4.Estimate

105 60 237
                                    

Happy reading wak ☘️.

...

"Kau bisa cepat sedikit tidak Lean, aku sudah sangat-sangat lapar." Dinnan sejak tadi terus saja mengatakan itu dan memegang perutnya, karena memang benar dia sedang kelaparan dan sahabat nya ini sangat lama hanya untuk menulis beberapa materi yang tadi sempat tertinggal.

"Iyah baiklah-baiklah aku sudah selesai Din, memangnya kau tidak membawa bekal?" Leanna melirik sebentar pada Dinnan sebelum melanjutkan perkataannya
"Biasanya juga setiap hari kau membawa bekal dan tidak boleh tertinggal kalau soal makanan, kenapa sekarang kau tidak membawanya?"

Dinnan mendengus, apa Leanna tidak tau situasi dia sedang lapar? Malah terus-terusan di cecar oleh pertanyaan yang tidak penting.

"Sudahlah nanti saja kita membahasnya Lean, ayo kita kekantin saja dulu okeh."

Setelah itu Dinnan langsung menyeret tangan Leanna agar cepat sampai ke kantin, cacing di perutnya sudah memberontak sejak mata kuliah pertama di mulai.

Di sinilah dua gadis itu sedang berada, kantin. Yah setelah Dinnan menyeret Leanna untuk cepat-cepat kekantin sesampainya mereka langsung memesan makanan karna sudah di pastikan Dinnan sudah tidak tahan lagi ingin segera memakan sesuatu.

"Jadi jawab pertanyaan ku tadi, kenapa kau tidak membawa bekal? tumben sekali." Leanna menatap Dinnan yang sangat lahap memakan soto yang dia beli tadi, apa Dinnan baru saja kerja rodi sampai makan begitu lahap seperti tidak ada waktu untuk berhenti memakannya.

"Em akhu tadhi paghi thidak shempat menyhiapkan mhakhanan."
Mulutnya masih penuh tapi Dinnan tetap menjawab pertanyaan Leanna dari pada Leanna terus saja bertanya.

Leanna menggeleng kan kepalanya gadis ini tidak bisakah dia menelan dulu makanannya baru menjawab pertanyaan darinya. ''Kau ini. Telan dulu makanan mu Dinnan, lihat kau sampai menyemburkan kuah sotonya pada bajuku." Leanna menunjuk bajunya yang terkena kuah dari mulut Dinnan.

"Maaf-maaf kau tau aku lapar, jadi aku tidak bisa berhenti makan Lean."
Setelah itu Dinnan menyengir pada Leanna, dasar sahabat kurang ajar dia membuat pakaian Leanna kotor dan hanya menyengir menanggapinya, sungguh Leanna sangat beruntung mempunyai sahabat seperti Dinnan.

Leanna menghela nafas, baiklah dia harus bersabar dengan Dinnan. Sabar Leanna sabar.
"Baiklah ayo kita kembali ke kelas, sebentar lagi mata kuliah akan di mulai." Leanna pun berdiri dan pergi ke tukang Abang soto untuk membayar soto dia dan Dinnan. Setelah itu dia menghampiri Dinnan yang baru menghabiskan minuman nya.

"Okeh ayo aku sudah kenyang, aku sudah bersemangat." Leanna terkekeh, tentu saja semangat perut dinnan kan sudah terisi dengan satu mangkok soto berukuran jumbo.

Ya sudah lupakan porsi makan Dinnan, sekarang dua gadis itu sudah bersiap untuk pergi.

Tidak lama setelah nya mereka berdua pun melenggang pergi meninggalkan kantin, saat berjalan menuju kelas tiba-tiba Dinnan menanyakan sesuatu yang sudah sangat ia ingin tanyakan.
"Emm Lean, apa kau sudah mendengar bahwa Lendra tidak lagi berhubungan dengan Salsa."

Leanna melirik Dinnan, sahabatnya ini sepertinya selalu update tentang gosip-gosip yang ada di kampus, buktinya dia selalu tahu berita yang sedang hangat di perbincangkan di kampus.

"Aku tidak peduli Dinnan, sudah biarkan saja bukankah itu sudah pilihan Lendra sendiri untuk memilih Salsa. jadi sudah lah biarkan saja mereka mau berhubungan atau tidak itu urusan mereka." Yah walaupun jujur dalam hatinya dia merasa sedikit senang, sedikit yah ingat sedikit loh.

"Tapi menurutku ini aneh, bukankah Lendra sudah mengincar Salsa lama bahkan dia memanfaatkanmu hanya untuk mendapatkan mantan teman kita itu."

"Dia tetap teman kita tidak ada mantan teman Dinnan."

PENGORBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang