Bab 6

55.3K 6.8K 157
                                    

Raksa memutuskan kembali ke kamar, setelah acara makan malam selesai, ia malas berlama-lama di ruangan itu. Selain malas mendengar ceramah panjang sang Mama. Raksa pun malas melihat kemesraan sang kakak dengan istrinya. Alfi enak-enakan bermesraan sedangkan anaknya dia yang menjaga. Untung saja Alif anak yang sangat menggemaskan, sehingga Raksa dengan suka rela menjaga.

Alif telah tertidur, tak ada alasan lagi bagi Raksa untuk berada di sana. Raksa melangkahkan kaki menaiki tangga menuju kamar.

"Mau kemana, Lan?" Alfi bertanya ketika melihat sang adik sudah melangkahkan kaki menaiki tangga.

"Tidur," singkatnya. "Rusak mata gue lama-lama di bawah, melihat hal yang tak patut di lihat." Ucap nya sakartis.

"Iri bilang boss!" Teriak Alfi mengejek.

Raksa hanya membalas dengan mengacungkan jari tengahnya.

"Makanya cari istri." Samar-samar Raksa mendengar suara sang kakak ketika dirinya sudah berada di dalam kamar.

Raksa siap merebahkan tubuhnya ke kasur yang terlihat menggoda membuat matanya mengantuk, namun urung ketika diedarkan nya pandangan tidak melihat benda pipih alat komunikasi semua umat, miliknya.

Ketika matanya melihat kearah bawah, dilihatnya handphone telah tergeletak di lantai. Untung saja ada selimut yang melapisi handphone tersebut sehingga aman. Ini semua karena kehebohan sang Mama ketika mengajak dirinya untuk makan tadi, sambil berteriak heboh seperti keadaan genting saja, hingga Raksa tidak menyadari handphone ditangannya tadi langsung terjatuh bersama selimut ketika ia refleks berlari.

Ketika membuka handphone yang baru saja diambilnya tadi, tampak beberapa panggilan tak terjawab dari sahabatnya yang baru saja menikah tadi pagi. Mengapa lelaki itu malah mengganggu dirinya, bukan menikmati malam pertama, herannya.

Akhirnya dengan inisiatif ia menelpon balik Fadel. Baru saja satu detik panggilan langsung terhubung.

"Hehh! bocah tengil apaan maksud Lo!" Teriakan dari sebrang sana mengejutkan Raksa, dijauhkan nya handphone untuk meminimalisir kerusakan pada gendang telinganya.

"Santai kalik!" Teriak Raksa ikutan ngegas.

"Lo ngegas banget! Santai aja dong jangan dendam sama gue." Ucapan dari sebrang sana menimbulkan kerutan di dahi Raksa. Sungguh ia tak tahu maksud ucapan Fadel. Bukankah Fadel duluan yang ngegas kepada dirinya?

"Apaan sih, Lo! Dendam apaan?"

"Enggak usah jadi udang di balik batu ya elo!" Sahut Fadel terdengar emosi.

Raksa tambah mengkerutkan dahi, "Udang di balik batu apaan? Istri Lo ngidam bakwan udang? Wahh gila ya elo Del, baru aja nikah istri Lo udah ngidam aja." Balas Raksa ngawur.

"Enggak usah becanda, Lan!" ucapan tajam bernada serius itu membuat Raksa menenggakkan tubuh.

"Ya udahh maaf deh, kalo gue ganggu malam pertama Lo," ucap Raksa sedikit tak enak. Mengira Fadel marah karena kegiatannya terganggu.

"Apaan sih bahasan Lo udah ngalor ngidul ke sana," imbuhnya. "Pokoknya gue mau Lo jelasin perasaan Lo sekarang dengan jujur, besok kita ketemuan, gue ajak anak-anak yang lain sebagai saksi."

Centang Biru ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang