Bab 19

40.4K 5.2K 188
                                    

Raksa mengedarkan pandangan, sejauh mata memandang terhampar puing-puing bangunan yang sudah hancur dibawa air. Iya! Raksa sekarang berada di lokasi bencana banjir bandang. Rencana awalnya hanya menyuruh managernya untuk mencari tahu keberadaan Aeleanne. Raksa pikir, Ayel belum sebegitu penting untuk hidupnya, sehingga harus ia turun tangan mencari tahu.

Tapi, mengapa ia semakin tak tenang, gelisah selalu. Setiap kegiatan yang di lakukannya tidak maksimal, selalu kepikiran dengan kondisi wanita itu, ia mengkhawatirkan keluarga yang menunggu kabar darinya. Disini ia yang menjadi harapan keluarga Ayel di kampung untuk mendapatkan informasi.

Dengan kebetulan-nya, ia dengan beberapa team ditunjuk sebagai perwakilan untuk serah terima donasi yang telah mereka kumpulkan, diserahkan kepada ketua relawan yang ada di lokasi bencana. Raksa pikir ini kesempatannya untuk sekalian mencari tahu, sambil menyelam minum air bukan? Awalnya—wira sang manager. Memberi tahu jika itu tidak wajib, jika Raksa menolak pun tak masalah. Di lokasi bencana juga keadaan tidak bisa di bilang baik, beresiko jika Raksa ke sana. Namun Raksa tetap Keukeh, berpikir ada hal terselubung yang harus ia pastikan.

Disinilah Raksa sekarang, lokasi bencana banjir bandang yang telah terjadi lebih dari beberapa Minggu yang lalu, namun kondisinya bukan lebih baik malah semakin memperhatikan. Puing-puing bangunan yang berserakan di sepanjang lokasi, rumah-rumah yang sudah rata dengan tanah, serta cuaca yang masih gerimis. Meski kini air telah surut, namun lumpur yang menggenang hari lebih dari mata kaki mengharuskannya menggunakan sepatu boots.

Raksa juga melihat ketika sudah berada di daerah pengungsian, tenda-tenda pengungsian yang awalnya tempat para korban berlindung, kini separuh sudah ikut hancur, oleh hujan deras beberapa hari lalu. Sungguh miris! Raksa bersyukur, ia masih bisa berlindung dengan nyaman tanpa harus berimpitan, dapat tertidur nyenyak tanpa harus tergigit nyamuk atau tak bisa tidur karena kedinginan.

Ketika di beri arahan mengikuti ketua relawan, dan team lainnya— Sedari tadi memang team yang datang untuk menyerahkan di ajak berkeliling  ke seluruh bagian lokasi, kini mereka menuju lokasi tempat relawan menginap.

"Raksaaaa.." Sapaan dari arah samping itu, menghentikan kegiatan Raksa yang sedang mengamati keadaan.

"Kamu ikut ke sini juga?" Tanya Raksa setelah melihat orang yang berteriak tadi.

"Iya nihh.. di tunjuk juga jadi perwakilan, nggak nyangka kita ketemu di sini? Tadi di rumah, ada Tante Vena Lo dateng."

Jangan bilang, ini Mama yang bilang gue kesini?

"Kamu keren banget hari ini, make boots segala lagi." Puji Amara setelah melihat penampilan Raksa.

"Biasa aja kok, sehari-hari juga gue kayak gini. Boots mah, biar lebih leluasa jalan di dalem nanti, katanya becek banget." Raksa tetep menanggapi ucapan Amara, meskipun ia agak terkejut wanita itu agak berubah dari SMA dahulu. Dulu wanita itu sangat lemah lembut, pendiam dan sopan. Tidak seberani ini untuk memuji lawan jenis dengan camblang.

Waktu memang bisa merubah kepribadian seseorang, bersyukur saja sih, wanita itu lebih berani. Dahulu padahal Raksa selalu menasehati Amara untuk lebih berani berbicara.

"Widihhh.. Rombongan udah jalan di depan itu, kalian berdua ini kok malah asik berduaan di sini." Goda Openg—salah satu penyanyi rock terkenal. Ia juga ikut dalam penyerahan kali ini. Perawakannya yang sedikit seram membuat anak-anak takut ketika mereka baru sampai tadi.

"Apaan sih peng, ngaco aja Lo kalo ngomong." Raksa dengan cepat menjawab. Lalu ia berjalan mengikuti rombongan yang sudah berjalan dahulu, diikuti oleh Openg dan Amara.

"Jadi gosip-gosip itu bener, kalo kalian pacaran, atau udah tunangan?"

"Menurut Lo, kita cocok nggak peng?" Raksa yang baru saja ingin menjawab dengan cepat di sela oleh Amara.
Raksa membiarkan, mungkin Amara ingin bercanda saja, mencairkan suasana.

Centang Biru ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang