SBDM | PART 8

307 32 16
                                    

Jangan lupa vote dan komen.

Happy reading:)

"DARI MANA AJA KAMU?" teriak seseorang saat Awan hendak akan menaiki tangga rumahnya.

"Dari rumah sakit Pah," jawab Awan, lesu.

Orang yang berteriak tadi itu adalah ayahnya Awan. Namanya Jaya. Lelaki dengan berbadan tegap itu mendekati Awan yang sedang menundukkan kepalanya.

"Papah udah bilang jangan pernah temui perempuan itu lagi!" bentak Jaya.

Awan mendongak dan menatap ayahnya sinis. "Papah gak berhak untuk larang-larang aku ketemu sama Sela!" teriak Awan.

Plakkkkk

Pak Jaya menampar Awan dengan keras membuat Awan meringis kesakitan. Awan sudah terbiasa dengan tamparan ini. Dia selalu menerimanya setiap hari.

Awan menatap ayahnya dengan marah ditambah kecewa. "Terus aja papah tampar aku setiap hari kayak gini. Mungkin, emang bener kalau aku itu bukan anak papah sama mamah. Kenyataanya anak papah sama mamah itu cuma Reno yang selalu kalian bangga-banggain dan di puji-puji," teriak Awan dengan mata yang berkaca-kaca.

Awan dan kakaknya —Reno— memang selalu dibanding-bandingkan. Tapi yang paling unggul di mata orang tuanya itu cuma Reno bukan Awan.

Sinta —Ibunya Awan— hanya bisa menatap kedua orang itu dari kejauhan. Sinta tidak sanggup untuk melihat Awan yang selalu ditampar oleh Jaya. Padahal Sinta sudah menegur suaminya untuk membiarkan Awan melakukan suatu hal yang ia mau. Tapi, suaminya terlalu keras kepala.

"Kamu berani ngomong kayak gitu sama papah?" bentak Jaya.

"Aku berani karena aku benar Pah! Seharusnya Papah biarin aku untuk lakuin hal yang aku mau. Aku enggak mau turuti apa kata papah," jawab Awan sedikit membentak.

Sudah cukup Jaya selalu mengatur hidup Awan. Harus inilah harus itulah. Sedangkan Awan adalah tipe orang yang ingin bebas. Dia juga ingin melakukan hal yang ia sukai.

"Dan satu hal lagi. Jangan pernah larang aku untuk ketemu Sela. Karena Sela itu adalah satu-satunya orang yang sayang sama aku di dunia ini," tegas Awan dengan marah.

Jika menyangkut Sela. Maka, Awan akan membelanya ataupun sampai mempertaruhkan nyawanya untuk dia. Karena Sela adalah orang yang selalu menyemangati hidupnya selama ini.

"Kenapa kamu jadi keras kepala kayak gini Wan? Oh Papah tau, pasti Sela udah hasut kamu kan," tuduh Jaya membuat Awan semakin marah.

Awan mengepalkan tangannya kuat. Ia paling tidak suka ketika ada yang menuduh tidak-tidak pada Sela —perempuan yang ia sayangi—

"Jaga bicara anda!" ujar Awan penuh penekanan.

Awan kemudian melenggang pergi. Ia tidak mau berdebat lagi dengan papahnya. Rasanya ia bukan anak dari keluarga ini. Kalian bisa lihat, tidak ada yang pernah membelanya. Termasuk juga ibunya yang selalu diam saat Awan dimarahi oleh papahnya.

Awan menghapus setitik air mata yang berhasil keluar. Ia rindu masa kecilnya yang dipenuhi dengan senyuman. Bukan dengan kekecewaan. Lelaki itu menghidupkan motor dan langsung melaju dengan kecepatan tinggi.

******

Lintang sedang lari sore sendirian di sekitar lapang kota. Sesekali ia berhenti sejenak akibat terlalu lelah setelah beberapa menit berlari. Biasanya ia jarang lari sore. Tapi, entah kenapa hari ini dia ingin sekali lari sore.

"Air minum ini berapa Bu?" tanya Lintang pada ibu pemilik warung. Perempuan ini kehabisan minum yang ia bawa dari rumahnya. Maklum lah, Lintang kan orangnya mudah haus.

Seperti Bulan Dan Matahari (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang