"Kandas apaan, yang ada duit gue yang kandas disini" aku menjawab pertanyaannya.
"Lawak lo, btw ini lo di buru buru ga sama dilla?"
"Engga ko, eh minumannya udah jadi tuh." Aku dengan cepat berdiri dan mengambil kedua minuman yang arindra pesan tadi. Aku kembali duduk dan mengeluarkan handphone ku.
"Lo kalo di motor jangan main hp gitu, bahaya. Kalo gue rem mendadak gimana? Nyuksruk lo, nanti gue yang bayar rumah sakitnya, ogah gue."
"Bawel lo, iya gue tau" aku mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tas ku. Aku meminta arindra untuk membukanya.
"Damn, this bracelet is so cute tho. Punya lo?" Dia membukanya dan mencoba memasangkannya ke pergelangan tanganku.
"No. It's your sister's."
"What the-, my sister's? This thing is not cheap aleyna, and why do you want to give it to her?"
"Waktu gue liat gelang ini tiba tiba inget adik lo aja, bakalan lucu kalo dia yang pake"
"As her brother, i really appreciate it, thankyou so much. She'll be fuckin love it." Raut wajah nya yang terkejut dan sangat heboh itu membuat aku terbahak.
"pffttt- HAHAHA" aku menunjuk mukanya.
"Hah? Lo kenapa?" Woah lihat lah ekspresi mukanya bisa berubah sangat cepat, sekarang muka heran ingin tahu nya membuatnya terlihat konyol.
"Ekspresi lo haha, gue gakuat liatnya" akhirnya aku behenti tertawa, menyesap minumanku.
"Eh ayo, lo ada perlu sama nathan kan? Dilla juga bakal ngomel kalo dimsum nya udah dingin" aku merapihkan barang barangku, menepuk pundak arindra mengisyaratkannya untuk berdiri."Okai, lets g-
"Heh, lo mau nenteng nenteng minuman gitu? Bentar, gue minta kantong dulu ke mas nya" aku memotong omongannya.
SKIP
RUMAH DILLA"SAT LAMA BA- OOWWW ADA YANG ABIS JALAN NEHHHH" Dilla mengejeku dengan suara nya yang sangat kencang, sepertinya aku akan pindah rumah kalau aku adalah tetangganya.
"Gausah teriak teriak yaampun, nath lo bisa tahan sama beginian? gapaham gue AW!" Dilla menoyor kepalaku
"Pelet gue kan kuat le" nathan hanya bisa menggusak kepala pacarnya itu, tidak heran dengan kelakuannya karena sudah terbiasa. Garis bawahi epribadi, TERBIASA
Kita berempat menghabiskan waktu dengan bermain kartu uno, truth or dare, dan lainnya. Asal kalian tau, Dilla adalah pemain yang paling semangat disini, padahal dia juga yang sedang sakit sampai nathan menungguinya, benar benar anak ini.
Cukup lama kita bermain, mama dilla datang menghampiri kami dan kami makan malam bersama. Mama dilla mempunyai sifat yang sama dengan dilla, santai dan pandai membuat suasana hangat. Aku biasa memanggilnya bunda, karena bunda yang memintaku untuk memanggilnya seperti itu.
Aku membuka handphone ku untuk melihat waktu, sekiranya sudah terlalu malam untukku diam di rumah orang.
"Shi-"dilla membekap mulutku secara tiba tiba membuat ku melotot ke arahnya. Ups- aku lupa disini ada bunda.
"Bunda, aku izin ke depan ya, mau telfon mama" setelah bunda menganggukan kepalanya, aku pergi ke depan dan segera menelfon mamaku, aku lupa mengabarinya sampai ada 10 chat darinya menanyai kapan aku pulang. Selamat aleyna, kau akan disuguhi sesuatu yang mengenyangkan malam ini.
"Assalamualaikum ma... maaf aku baru buka hp hehe, aku lagi jenguk dilla ma terus ditawarin makan malem sama mamanya, aku gaenak kalau nolak" aku mendengarnya mendecak kesal, untung papa ku di luar kota kalau tidak ma-
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE
Teen Fiction"Kenapa lo masih bertahan aja sih?" tanya arindra dengan kesalnya "karena rasa gue udah terlalu jauh" aleyna menjawab datar Melupakanmu adalah hal tersulit jika tidak ada kedatangannya, dan dengan keberadaannya aku bisa merasakan getaran pada hatiku...