Besoknya, sampai di kampus Rosie langsung menatapku ngeri. "Buset, itu mata kenapa? Abis nangis lo? Apa gak tidur?"
"Dua-duanya." Jawabku jujur. Lagipula tak ada gunanya juga berbohong. Anak ini pasti akan tahu. Kami melangkah bersama menuju kelas dan Jung Jaehyun sudah duduk di baris ketiga dari belakang, tempat biasa kami duduk. Aku duduk di tengah, sengaja sekali formasi ingin introgasi. "Nanti aja abis kelas gue ceritain."
Rosie paham, begitu juga dengan Jaehyun yang hanya mengangguk. Selama kelas, aku berusaha mati-matian untuk konsentrasi. Menyibukkan pikiran dengan contoh soal hingga teralihkan. Hari ini kami memiliki dua mata kuliah yang hanya berjarak satu jam kosong. Alih-alih bercerita, kami memilih makan. Aku mengatakan bahwa akan cerita nanti, setelah rangkaian perkuliahan selesai. Di sinilah kami, duduk melingkar di depan kelas yang sudah kosong bersama dingin hujan yang baru turun.
"Jadi, bagaimana? Kenapa muka lo jelek banget seharian?"
Jaehyun menoleh, "emang dia pernah cakep? 'Kan kaga?" Tambahnya atas ucapan Rosie.
Aku langsung menyentil lengannya. Dasar mulut sembarangan!
"Cakep mulu ya gue. Ampe banyak yang ngantri." Sombongku dengan bangga.
Jaehyun dan Rosie saling menatap kemudian tertawa geli. Tangan Jaehyun dengan ringan melingkar di bahuku sementara Rosie mengusap rambutku. "Anak muda, untuk apa banyak yang ngantri kalau lo stuck sama satu orang?"
Mulut mereka memang sekurang ajar ini. Aku kadang heran kenapa bisa berteman dengan mereka. "Ya, mau gimana? Maunya gue juga kaga demen, tapi kaga bisa."
"Cobalah. Mau gue kenalin gak? Ada nih banyak yang mau deketin lo." Rosie membuka aplikasi percakapannya yang kemudian diturunkan oleh Jaehyun.
"Sabar kawan. Ini temen lo cerita dulu lah bete kenapa?" Rosie langsung menepuk keningnya, baru ingat hal yang paling penting.
Aku tertawa kecil sambil bersandar di bahu Jaehyun dan tangan melingkar di pinggangnya. Jaehyun itu hangat, seperti beruang yang bisa kupeluk tanpa komentar. "Biasa lah. Gue kalau bete 'kan alasannya sama terus."
Jaehyun hanya menepuk puncak kepalaku. "Ngapain lagi emang dia?" Tanya Rosie dan mengalirlah ceritaku tentang perkara lupa mengucapkan ulang tahun Younghoon. Emosiku keluar. Amarah yang ditahan sampai akhirnya menangis karena lelah sendiri. "Kaya, bisa-bisanya dia ngomong gitu padahal gue udah update tentang acara kita dan persiapan dari pagi. Terus juga dia pasti tahu kalau gue jadi MC, tapi masih ngomong kaya gitu? Nyebelin banget asli. Kenapa sih?"
Rosie di sampingku mengeluarkan tisu dan mengepuk punggungku. Sementara Jaehyun membiarkan jaketnya basah oleh air mataku. "Terus udah lo ucapin?" Pertanyaan Jaehyun aku jawab dengan gelengan.
"Gue masih sebel jadi tadi pagi gue kirim aja kadonya pake ojek online ke rumahnya." Kataku sambil menghapus air mata, "bodo deh dia suka apa enggak. Gue males ketemu."
"Ya udah mau makan apa sayang?" Tanya Jaehyun.
"Piza," Rosie berbisik di telingaku. "Martabak, pancong keju, es kelapa, sama ayam goreng."
Aku menoleh ke Jaehyun yang hanya menghela napas. "Hadeh, yaudah ayo ke apartemen gue aja dah nanti kita pesen sekalian."
"Asikkk!" Rosie paling semangat soal beginian memang. Aku juga sih. Cara menghibur Jaehyun memang paling juara.
• • •
Ya, aku juga kalau ditraktir langsung senang
-amel

KAMU SEDANG MEMBACA
lovesick girl.
Fanfiction"Lucunya, gue masih aja suka sama lo." Warning: mengandung kata-kata kasar.