Hai, ini Lalisa dan ini keseharianku.
Tunggu, bagian awal terdengar seperti pembukaan di kartun, tapi ya sudahlah, siapa peduli?
Omong-omong, aku serius soal kalimat pertama. Ini akan jadi keseharianku-entah-sampai-kapan. "Tinggal beres-beres ya, abis itu closing." Kata Jung Seungchan. Dia anak tahun pertama yang bekerja lebih lama dariku. Bisa dibilang, meski di kampus dia jenior, di tempat kerja dia adalah senior.
"Aku cuci piring ya Chan, kamu nanti beresin depan. Gak apa-apa?" Tanyaku yang sebenarnya masih agak canggung untuk mengangkat piring kotor. Anggukan dari Seungchan membuatku menghela napas lega.
Sudah terhitung tiga minggu aku bekerja di sini, namun mengambil piring kotor benar-benar sulit dilakukan. Aku agak kaku untuk meminta piring kotor dan melayani di meja depan. Paling hanya sekedar mencatat pesanan kemudian kembali bersembunyi untuk mencuci piring. Tidak banyak yang harus kucuci sebenarnya karena sejak tadi sudah dicicil. Hingga piring tambahan dari Seungchan datang dan langsung kebersihan.
Setelah selesai, aku keluar, membantu yang belum sempat dilakukan oleh Seungchan. "Hari ini dijemput siapa Kak?" Tanya Suengchan, aku tahu sebenarnya ia mau meledek. Karena sudut bibirnya terangkat naik. Dasar bocah menyebalkan.
"Gak tau. Tapi yang pasti gak mungkin Kak Taeyong sih. Dia lagi ke Bogor 'kan?" Seungchan masih sibuk menyapu saat aku bertanya. Belum mendapatkan jawaban yang diinginkan, aku kembali bertanya. "Kalo aku gak dijemput, kamu mau anterin gak?"
Wajah Seungchan menjawab semuanya. Wajah datar tanpa minat yang menyebalkannya lebih-lebih dari Lucas—adikku yang lagi di asrama. "Ok, ok, gak bakal nanya lagi."
Kami fokus membersihkan sampai Seungchan berdeham. "Bukannya gak mau. Tapi gak boleh sama Bang Taeyong karena gue bawa motor, katanya nanti lo masuk angin."
"Hah?" Aku kaget. Beneran deh. Masa cuma karena masuk angin? Ya, kalau secara logika benar sih, tapi ini baru pertama kali aku mendengarnya sehingga agak kaget. "Gue bisa pake jaket?"
"Jangan ngomong sama gue." Balas Seungchan sambil masuk ke ruang loker. Aku mengikuti dari belakang. Kami sama-sama tak mengganti pakaian karena shift di minggu ini telah selesai. Lagipula, seragamnya harus dicuci. Ugh, baunya sudah tak jelas.
"Terus gue balik sama siapa?" Aku sebenarnya hanya bergumam karena benar-benar tak tahu.
Helaan napas di sisiku terdengar jelas. "Yaudah gue anterin, tapi ini keinginan lo ya Kak. Nih, pake jaketnya."
Aku menurut, memasang jaket dan kembali mengikuti Seungchan dari belakang seperti anak ayam. Kami tutup lebih awal. Aku bersyukur tidak mendapatkan shift di akhir pekan sebab memikirkannya saja sudah membuat mual.
Aku menghela napas dengan gelengan kepala kasar. Aku berhenti di depan motor bebek berwarna merah muda dan banyak perlengkapan berwarna emas. Sudah kelas ini motor yang sudah dimodifikasi. "Ugh, helmnya cuma satu?"
"Iya. Lo aja yang pake. Pala gyr keras kok. Tenang aja." Tanpa aba-aba, Seungchan membantu memasang helm.
"Ehek." Dehaman tersebut membuat kami berdua menoleh dan saling tatap. Entah kenapa saat ini kami merasa seperti dipergoki sedang selingkuh. Tidak. Kami tidak melakukan itu. Aku menggeleng, kenapa juga aku merasakan hal seperti itu? Hah, pikiran gila, hentikan. Pikiran gila, buang jauh-jauh.
Kepalaku sakit saat Seungchan mendorongku maju dan berbisik, "selamatkan aku." Dari iblis berwajah malaikat yang baru datang.
Haha, aku rasa malam ini aku akan pulang dengan dipenuhi kedinginan malam—juga ditemani tatapan yang siap membunuh itu.
•••
Hehe hei
Selama hari Senin
Semoga hari kalian menyenangkan!
-amel
KAMU SEDANG MEMBACA
lovesick girl.
Fanfiction"Lucunya, gue masih aja suka sama lo." Warning: mengandung kata-kata kasar.