20

382 25 0
                                        

~ Reconnaissance ~

-oOo-

Bila kalian bertanya bagaimana keadaan Jeno saat pulang, ia sangat kacau. Rambut dan baju yang acak-acakan, serta mata yang memerah. Ia sangat menyesal dan sedih karena dirinya sendiri yang masih tidak mempercayai kesetiaan Jaemin.

Saat pulang ke rumah, eomma nya langsung kaget melihat penampilan Jeno saat itu. Eunji langsung memeluk putri keduanya tersebut. Saat dipeluk oleh eomma nya, Jeno langsung menangis saat itu juga. Sama seperti Jaemin yang menangis sepanjang malam.

Setelah merasa lebih baik, akhirnya Jeno memutuskan untuk ke kamar. Eunji hanya bisa diam untuk saat ini.

"Maafin aku, na"

💫

Keesokan harinya, Jaemin merasa kepalanya sangat sakit. Alhasil dia memanggil Stefanie untuk membantunya ke kamar mandi.

"Kamu hari ini langsung ngampus?" Tanya Stefanie setelah selesai membantu Jaemin ke kamar mandi.

"Iya, mom. Hari ini aku mau ngumpulin tugas" Jawab Jaemin sambil mengeringkan rambutnya. Sekarang pusingnya sudah tidak terasa.

"Yaudah. Mommy tunggu dibawah buat sarapan. Oh ya, daddy kamu udah berangkat dari tadi. Jadi hari ini kamu naik mobil sendiri"

"Ok"

Stefanie sedikit lega, karena Jaemin sudah tidak seperti kemarin malam. Ia baru melihat sisi terhancur nya Jaemin kemarin malam. Sebelumnya Jaemin tidak pernah menangis sampai seperti itu.

💫

Berbeda dengan Jaemin, Jeno sekarang tampak sangat kacau. Baju yang tidak rapi, muka lelah, kantung mata yang semakin tebal, mata yang merah serta tampak seperti pandai, dan badan yang dulu tegap sekarang menjadi lemas. Sungguh seperti mayat hidup.

Eunji yang melihat anaknya seperti itu sangat sedih. Sooman sudah pulang ke Korea kemarin setelah konser, sedangkan Mark sudah menjemput Haechan. Tinggal ia sendiri di rumah.

"Jen, makan dulu. Nanti kamu sakit kalo gak makan" Ucap Eunji lembut.

"Ha? Iya. Ok. Jeno makan"

Eunji yang melihat anaknya seperti tak ada semangat hidup pun meneteskan air matanya.

"Kamu kenapa jen sebenernya?"

💫

Saat sampai di kampus, Jaemin langsung dikerubungi oleh para cewek-cewek yang sudah tahu kalau dirinya adalah pemegang SM Town & Cafe serta kekasih Jeno.

Jaemin yang merasa risih pun berusaha keras untuk keluar dari kerumunan itu. Ia risih karena ada banyak cewek yang mengajaknya berfoto bahkan meminta tanda tangannya.

Ia lupa jika sekarang ia sudah sangat terkenal di penjuru dunia. Ia juga tidak memakai masker atau jaket untuk menutupi wajahnya.

Ia merasa kalau tangannya itu ditarik oleh seseorang untuk keluar dari kerumunan tersebut. Saat sudah berhasil keluar, Jaemin segera melepaskan genggaman tangan orang itu pada tangannya.

"Lo siapa, sih?" Tanya Jaemin sewot

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo siapa, sih?" Tanya Jaemin sewot.

Orang tersebut membuka maskernya secara perlahan. Menampilkan wajah acak-acakannya. Jaemin yang melihat wajah orang itu hatinya merasa sangat sakit. Ia merasa telah menghancurkan hati kekasihnya. Ya, orang tersebut adalah Jeno.

"Kamu enggak apa-apa, kan?" Tanya Jeno khawatir.

Jaemin sangat ingin menangis sekarang, ia sungguh merasa bersalah akan keputusannya untuk ingin Jeno menjauh darinya. Ia sedih melihat Jeno yang masih saja perhatian kepadanya, walaupun wajah Jeno tidak menyiratkan hal itu. Wajah Jeno seolah menyiratkan kesedihan serta penyesalan yang teramat dalam.

"Gue gak apa-apa" Jawab Jaemin acuh.

Jeno yang mendengar nada bicara Jaemin yang dingin dan panggilan yang berubah menjadi gue-lo semakin merasa sedih. Sebelum air matanya tumpah di hadapan Jaemin. Ia lebih memilih untuk pergi.

Katakan saja kalau Jeno itu pengecut, ia seakan mencoba lari dari masalah. Ia tidak mau melihat wajah Jaemin terlalu lama. Ia masih ingin menghargai keputusan kekasihnya tersebut.

"Maafin aku, jen. Hiks..."

💫

Saat ini, bel tanda istirahat sudah berbunyi. Para mahasiswa yang merasa sudah kelaparan pun langsung menuju ke kantin. Tapi hal itu tidak berlaku untuk Jeno. Ia masih setia duduk di bangkunya saat kelas sudah kosong. Ia menghiraukan suara perutnya yang sudah meronta ingin diberi makan.

"Jen, lu kagak ke kantin?" Tanya Haechan saat sudah sampai di kelas Jeno.

Fyi guys, Jeno dan Haechan itu satu fakultas. Fakultas manajemen bisnis tapi mereka berdua tidak satu tingkat. Jeno satu tingkat lebih tinggi daripada Jaemin, Haechan, dan Lisa.

"Jen, lu dengerin gue. Masalah lu itu enggak bakal selesai gitu aja. Lu harus berjuang buat dapet maaf dari nana. Kalo lo nyerah disini, berarti lo jadi pengecut" Ucap Haechan menyadarkan Jeno.

"Iya, chan. Tapi gimana gue mau minta maaf kalo Jaemin sendiri yang minta buat break dulu. Gue ngaku gue emang salah. Gue emang salah udah bohongin Jaemin. Gue salah chan. Gue cuma nggak mau hubungan gue ini jadi kacau. Gue nggak mau" Sesal Jeno sambil menangis.

Haechan yang melihat Jeno menangis pun juga ikut menangis. Ia tidak menyangka jika Jeno yang selama ini terlihat kuat bisa menangis juga.

Tanpa disadari Jeno, Jaemin dari tadi sudah berada di pintu kelasnya. Ia mendengar semua ucapan Jeno. Ia juga ikut menangis. Ia merasa sangat bersalah akan keputusannya.

"Na, lo udah liat kan? Gimana kacaunya Jeno kalo lo nggak ada di samping dia? Lo harusnya mikirin juga perasaan dia kalo mau buat keputusan. Apalagi ini menyangkut hubungan  lo. Gue cuma mau pesen, jangan egois" Nasehat Lisa.

Mereka berdua sebenarnya kesini menemui Haechan. Jaemin sangat ingin bercerita tentang masalahnya pada Haechan. Hanya Haechan dan Lisa lah yang bisa memberikan dia nasehat. Tapi ternyata, ia sudah keduluan Jeno.

"Te amo, Jeno"...


TBC

Typo bertebaran...

Huwaa... Kenapa konfliknya jadi makin panjang gini? Eh, tapi gak apa-apa lah. Buat ngolor chapter juga.

Stay tune!!!

Mysterious [Nomin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang