[Romance]
Cerita tentang Jaemin yang jatuh cinta kepada seseorang yang misterius dan tertutup.
• BXB || GAY || HOMO || LGBT+
• Jeno x Jaemin
• Don't like this story? Please get away from here!
• First work! Jadi maaf kalo bahasanya aneh : )
• Kata...
Saat ini Jeno sudah diperbolehkan pulang. Ia sangat senang hari ini, Jaeminnya sudah kembali padanya. Ya walaupun ia harus berkorban untuk sakit. Sepadan lah untuk apa yang ia dapatkan.
"Nana pulang!" Teriak Jaemin saat sudah sampai rumahnya.
Jaemin membawa Jeno ke rumahnya karena di rumah Jeno sedang tidak ada orang. Mark sedang mengurus NCT yang pulang hari ini, appa dan eomma nya sudah pulang.
"Lho, Jeno? Kamu kenapa, nak?" Tanya Stefanie khawatir saat melihat Jeno dipapah oleh Jaemin dan Haechan.
"Makanya, kamu jangan nyakitin anak manis tante. Kena karma kan kamu" Ejek Stefanie.
Setelah bertanya begitu, mereka segera membawa Jeno ke kamar Jaemin karena Jeno sudah mengeluh pusing.
"Yaudah, na. Gue pulang dulu, ya. Soalnya di rumah lagi repot bikin pesenan kue" Pamit Haechan setelah menidurkan Jeno di tempat tidur.
"Yaudah, makasih ya chan" Sahut Jaemin.
Setelah Haechan pulang, Jaemin langsung menghampiri Jeno yang sedang mengeluh pusing.
"Ya ampun, na. Pusing banget kepala aku" Rengek Jeno.
"Iyaa jen. Ini lho makanya makan dulu. Baru abis itu minum obat, terus tidur" Ucap Jaemin sambil menyuapi Jeno dengan bubur.
Setelah selesai makan, Jeno segera meminum obatnya dan lanjut tidur. Kepalanya sangat pusing dari tadi. Rasanya seperti berputar jika bangun dari tidur. Lebih baik dia tidur dari pada pingsan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah permintaan Jeno tadi, Jaemin segera menepuk-nepuk pantat Jeno. Jeno yang sakit akan terlihat sangat berbeda dengan Jeno yang sehat. Jika Jeno yang sehat akan menyebalkan dan protektif dengan Jaemin, tapi Jeno yang sakit akan menjadi bayi besar yang harus ada di samping ibunya a.k.a Jaemin. Sungguh tsundere sekali seme Jaemin ini.
Hingga tak terasa, ia juga ikut tertidur sambil memeluk Jeno. Mereka berdua terlihat seperti pasangan suami istri yang baru saja menikah.
Cklekk...
"Na, Jen--" Ucapan Stefanie terpotong saat melihat kedua anak adam itu yang masih setia berpelukan dalam tidur. Hingga tak sadar, Stefanie mengembangkan senyuman lembutnya. Ia merasa sungguh bahagia saat melihat anaknya sudah tidak seperti kemarin.
"Bahagia selalu, Jeno dan Jaemin"
🧒
Jaemin terbangun pukul 6 sore. Dia merasa sangat lapar sekarang. Saat melihat sampingnya, Jeno masih setia memeluknya walaupun masih tidur.
Dengan perlahan, ia menyingkirkan tangan Jeno yang masih berada di atas perutnya. Setelah selesai dengan urusan tangan Jeno, dia segera mandi.
Ia mandi selama 15 menit. Rekor tercepat Jaemin mandi. Biasanya ia mandi sekitar 30 menit atau bahkan 1 jam. Ia mandi dengan cepat karena takut jika Jeno bangun dan tidak ada ia disampingnya, maka Jeno akan langsung ngambek.
Saat dilihat, Jeno masih saja tidur. Mungkin karena pengaruh obat yang ia minum tadi siang. Karena Jeno belum bangun, maka ia turun ke bawah untuk makan malam terlebih dahulu.
"Malam, mommy daddy" Sapa Jaemin saat melihat Stefanie dan Hajoon yang sedang makan.
"Malam sayang. Jeno belum bangun?" Tanya Stefanie saat melihat Jaemin turun sendirian.
"Belum, mom. Mungkin efek obat kali" Jawab Jaemin.
"Yaudah kamu makan aja dulu. Nanti abis kamu makan, bawain Jeno bubur nya, ya?" Pinta Stefanie.
"Iya, mom"
Setelah itu, keluarga Na menikmati makan malamnya dengan khidmat. Sungguh Jaemin merindukan momen seperti ini. Dimana mommy dan daddynya makan di satu meja. Biasanya hanya Stefanie dan Jaemin saja yang makan bersama, sedangkan Hajoon masih di kantor.
Saat asik makan, Jaemin dikejutkan dengan suara berat yang memanggil namanya.
"NA!!!" Yah siapa lagi yang memiliki suara seperti itu jika bukan Jeno.
"Mom, dad. Nana mau ke atas dulu, ya? Bayi besar nana udah bangun" Pamit Jaemin sambil membawa makanan nya serta bubur untuk Jeno.
"Yaudah, sana. Daripada bayi gede kamu nangis. Bahaya nanti" Ucap Hajoon sambil tertawa kecil.
Ia mulai melangkahkan kaki jenjangnya ke arah kamar. Setelah sampai di depan pintu, ia merasa mendengar suara seperti benda jatuh. Dengan segera ia membuka pintu kamarnya tersebut.