Xania's 27

617 39 2
                                    

"Ternyata ini buku yang membawa Xania ke duniaku!" ujar Arthur sambil membolak balik buku ditangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ternyata ini buku yang membawa Xania ke duniaku!" ujar Arthur sambil membolak balik buku ditangannya.

"Jangan beritahukan Xania jika buku ini sudah ditemukan oleh ku!" perintahku kepada Daniel.

Arthur bertanya-tanya dalam benaknya, "Bolehkah aku egois sejenak?".

Arthur ingin Xania tetap berada di dalam rangkulannya, walaupun dia tau jika keadaan Xania disekitarnya hanya akan membuat kesusahan untuk Xania.

Tetapi sebagai manusia biasa dia juga ingin tetap bersama dengan kekasihnya, apakah harapannya salah?

"Tapi yang mulia..." sela Daniel dengan teebata-bata.

"Tidak ada tapi, cukup jalankan perintahku!" perintah Arthut tidak ingin dibantah.

"Baik yang mulia!" jawab Daniel dan meninggalkan ruangan kerja milik Arthur.

"Biarkan aku egois, aku tidak akan memikirkan apapun lagi aku hanya ingin berada disekitar kekasihku!" ujar Arthur dan memulai menulis epilog dari buku itu.

"Semoga saja tebakan Xania benar, ini akan berakhir persis dengan cerita di novel ini!" lirih Arthur yang sudah hampir hilang semangat.

"Arthur!" Panggil Xania yang tiba-tiba memasuki ruang Kerjanya membuat Arthur seketika klaang kabut.

Arthur mencoba untuk bersikap biasa saja, seakan tidak terjadi apapun. Ia tidak boleh terlihat mencurigakan di depan Xania.

Entah mengapa melihat wajah Xania saja sukses membuat Arthur gelisah sendiri, bukan kah ini sangat berlebihan? Ia terbiasa untuk mengintimidasi para lawan tetapi dia merasa gelisah dihadapan Xania saat ini, padahal Xania menatap dia dengan senyumannya.

"Kenapa kau telrihat sedikit pucat?" tanya Xania bingung dengan reaksi Arhur melihat kedatangannya, bukan kah seharusnya Arthur senang karna ia kunjungi?

Dengan sekali tarikan nafas Arthur menjawab Xania dengan suara yang mengelegar "Aku tidak apa-apa kau jangan khawatir hanya sedikit eh tidak terlalu banyak tugas maksudku terlalu banyak masalah saat ini."

"Kau mengapa gugup?" tanya Xania bingung membuat Arthur semakin berkeringat dingin.

Arthur berdehem oelan dan mengusap wajahnya dan kembali memberikan senyum tipisnya kepada Xania.

"Kau sudah sangat mencintaiku sekarang?" tanya Arthur membuat Xania memutar bola mata malas.

"Kau sangat mencemaskan ku, aku sangat bahagia kau perhatikan seperti saat ini!" imbuh Arthur dengan kedipan matanya membuat Xania melototkan matanya.

Xania mengebuskan nafas lelah memiliki Suami seperti Arthur, "Kenapa aku harus memiliki suami sangat percaya diri sepertimu?" Tanya Xania dengan nada berpura-pura frutasi.

"Kau harus berbangga memiliki diriku sebagai suami!" ucap Arthur tidak setuju dengan pertanyaan Xania.

"Jika aku memiliki suami seperti peng-" ucapan Xania terpotong dengan bentakan Arthur yang tiba-tiba.

Xania terdiam melihat wajah Arthur yang tiba-tiba mengeras, Xania padahal hanya berniat mengoda Arthur bukan benar-benar serius menginggat Naki salah satu pengawal kesayanganku.

"Coba saja kau berani menyebit namanya, maka kau jangan khawatir aku akan langsung meminta hakku!" ancam Arthur membuat Xania mengunci rapat mulutnya.

Memang benar, ia sudah sadar bahwa dia menyukai Arthur tetapi dia takut untuk memberikan hak Arthur untuk saat ini.

"Kita sudah menikah 6 bulan, wajar saja jika aku meminta hak ku bukan?" Tanya Aryhur semakin berjalan mendekati Xania membut Xania semakin berjalan mundur.

"Kau jangan berjalan mendekat terus kesini!" sentak Xania yang mulai ketakutan.

Xania merasa sangat menyesal dengan kelakuan Arthur saat ini, mengapa dia sangat hobi membuat Xania merasa takut?

Jelas saj Xania merasa sangat tajut, memang dia mulai bahkan sejak dulu menyukai Arthur hanya dia tutupi saja dengan bentakan-bentakannya, tetapi ia belum siap jika Arthur memaksa meminta haknya.

Rasanya Xania ingin menangis melihat Arthur yang terua berjalan mendekatinya, seperti polisi yang akan menangkap buronannya yabg telah kabur selama satu tahun. Benar-benar menakutkan.

"Kenapa kau juga ikut mundur?" tanya Arthur yang jiga merasa kesal dengan sikap waspada Xania.

"Kau jangan bersikap waspada seperti itu denganku, aku ini suami mu!" ucap arthur sambil menatik lengan Xania dan memeluk Xania dengan erat.

Arthur menciumi rambut Xania yang beraroma lavender dan meletakkan kepalanya di leher milik Xania. Arthur tau jika Xania merasa gelisah sekarang, tapi jika bukan sekarang kapan lagi dia akan membuat Xania merasa nyaman didekatnya.

"Arthur aku malu..." ungkap Xania dan tiba-tiba mendekap Arthur dengan erat.

Tentu saja hal itu membuat Arthur terkejut, jarang sekali Xania mau memeluknya bahkan nyaris tidak pernah. Mengapa tiba-tiba dia memeluk Athur. Jatung Arthu berdetak lima kali lebih cepat karna Xania.

"Kenapa kau malu sayang?" tanya Arthur sambil membingkai wajah Xania.

"Kita bahkan belum berbuat apapun.." lanjut Arthur membuat Xania membuang muka.

Arthur tidak membiarkan hal itu terjadi dengan rentang waktu yang lama, ia membawa wajah Xania agar kembali didepan wajahnya. Bahkan sangat dekat dengan wajahnya membuat Xania menutup matanya erat.

Hembusan nagas dari Arthur sudah sangat terasa diatas wajahnya, bahkan salah-salah ia bergerak mungkin bisa saja membuat bibir mereka berjumpa. Xania tetap menutup matanya gugup menunggu kelanjutan yang akan Arthur perbuat.

"Permisi yang mulia..." ujar Daniel yang tiba-tuba langsung masuk ke ruangan Arthur membuat Xania langsung melepaskan diri dari Arthur, dia sangat malu saat ini.

Xania berdiri tepat dibelakang Arthur agar Daniel tidak dapat melihat wajahnya yang sudah ia pastikan memerah seperti cabai.

"Apa kau tidak memiliki sopan santun kepadaku?" tanya Arthur kesal karna jarang-jarang Xania ingin ia cium dengan suka rela.

"Maaf yang mulia, saya lancang..." ungkap Daniel dengan kepala tertunduk, tetapi Xania melihat segaris senyum disana.

"Silahkan melanjutkan kegiatan spesial anda yang mulia." lanjutnya membuat Xania memelototlan matanya, bagaimana Daniel bisa seberani itu?

"Keluar kau!" usir Arthur dengan kesal karna kegiatannya digangu oleh Daniel.

Daniel hanya tertawa lebar sebelum meninggalkan ruangan Arthur, apakah selain dirinya Daniel juga tidak merasa tajut dengan Arthur? Berarti dia punya teman untuk membantah Arthur bukan?

"Apa yang sedang kau pikirkan sayang?" tanya Arthur sambil mengusap kepala Xania lembut.

Xania menyenggir terlebuh dahulu sebelum mejawab pertanyaan Arthur "aku berfikir untuk mengajak Daniel berkomplot agar kau sakit kepala!".

"Kau jangan berfikir yang aneh-aneh sayang, lebih baik kita melanjutkan yang tertunda tadi!" perintah Arthur dengan senyuman yang masih menetap di bibirnya.

"Kau-" perkataan Xania langsung terpotong dengan ciuman Arthur yang mengebu-gebu.

Semakin lama Xania merasa kakinya berubah menjadi jelly, ia yang sudah mengalungkan tangannya di leher Arthur hampir terlepas, untung saja Athur langsung mengendongnya seperti koala.

Xania tidak sadar jika Arthur telah membawanya ke ruangan istirahat Arthur yang berada di ruangan kerjanya, yang Xania fokuskan hanya mengapa Arthur bisa sejago ini membuatnya melupakan apapun di sekitarnya.

Bahkan Xania hanya mengeluarkan erangan saja ketika tangan Arthur sudah bergerak entah kemana saja, bukan hanya tangannya tetapi juga bibir milik lelaki itu.

Xania seketika menyesal, mengapa ia baru berani sekarang?

Xania Blues [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang