Pincang

7 0 0
                                    


7 Juli 2019

Selepas hari yang menguras rasa itu, aku sadari hidupku hanya milikku. Tiada seorang pun yang akan mempegaruhi hidupku selain atas keinginan tubuhku sendiri. Mungkin mereka mengira aku kuat, menjalani hari selayaknya tidak terjadi apa-apa. Kepasar, sekolah, dan menjalani hari sebagaimana mestinya. Itu yag dikata kebanyakan orang!

Kau tahu rsanya seperti apa? Berusaha tegar padahal rapuh, berusaha baik-baik saja dihadapan orang banyak padahal sepi dan sunyi justru yang kini setia menemani. Kau tahu, yang merasai hati ini hanya diri sendiri. penyesalan yang teramat panjang tak bisa di bagi memenuhi setiap hembusan nafas yang semakin terasa menyesakkan. Sesal memang selalu tak terduga datang tanpa sapa dan meghantui terus menerus. Namun aku sadar betul detak jantungku masih tetap menyala aku masih hidup bersama kenangan yang telah terkubur.

Entah apa yangkutakutkan, namun yang kurasa aku takut tiada orang yang memanjakanku lagi.Saat ia pergi untuk selamanya aku sadari betapa pentingnya kehadirannya dalamhariku, dalam waktuku dan untuk masaku. Aku rasa aku tlah pincang karna hatikuenggan untuk melanjutkan apa yang nyata didepan. Aku mencoba berdamai dengankesepian dengan kesendirian dengan luka yang ku rasakan. Aku nyaman tanpaorang-orang yang tidak memperdulikanku. Aku sadar, aku telahberubah. semakin dingin, semakin beku, dan semakin tak peduli. 

Tuhan tidaklah tidur, ia sedang sayang padaku menguji dalam banyak rasa yang berubah. kadang ku pertanyakan kemana harus ku melangkah tanpa ia petunjuk arah, tanpa sandaran juga tanpa harapan. mungkin benar kiranya hidupku kini telah pincang.

-------------

"Berdamai dengan Luka"

Mungkin benar, Aku tlah pincang

Berdamai dengan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang