Atas Nama Kematian

12 0 0
                                    


2 Juli 2019

            Aku merasa dunia tak benar benar memihakku. Bagaimana tidak , aku yang dari kecil terbiasa bermanja manjaan dengan mama. Kini mendapatkan sebuah jalan yang sama sekali tak pernah terlintas dalam pikranku. Jalan yang bagiku buntu di usia ku yang masih sangat belia, bahkan dalam masa transisi menjadi remaja. Masa dimana orang lain mungkin sedang menikmati masa labil, membutuhkan perhatian dan tentunya kasih sayang yang lebih dari orang orang yang di cintainya.

Tepat hari selasa malam, tanggal 2 agustus 2019 silam. Alloh merindukan Orang yang kusadari sangat aku sayang... 

Orang yang baru kusadari satu satunya tempat ternyaman... Orang yang baru kusadari telah mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkanku...

Orang yang selalu menunggu kepulanganku hingga larut malam bahkan pagi menjelang...

Orang yang selalu ada buatku, memperhatikanku, menghawatirkanku tanpa balas imbalan.

Ya... Dia mama... Mamaku... Alloh begitu menyayanginya... Alloh merindukan mama untuk kembali padanya...

              Malam itu, seakan denting jam berhenti berdetak. Tetiba mereka semua memelukku dalam air mata dan mengingatkan satu hal yang belum sampai ku maknai bagaimana rasanya, satu kata tentang ikhlas sedang aku hanya dapat berteriak tak jelas. Ingin ku salahkan tuhan tapi itu jelas saja menyalahi aturan. Aku kehilangan pelipur resah, aku tersesat karna bintang pedoman tak lagi menunjukan arah, aku tak tau apa yang harus ku lakukan. Air mata mengalir syahdu hingga mulut pun menganga seakan tak percaya dengan apa yang harus ku hadapi kini. Ingin rasanya ku robek urat ingin rasanya ku cabik daging segar agar ku tak merasai sakit ditinggal ia yang kusayang.

                Sesaat ku terduduk dalam bayang masa silam, masa-masa yang kulali dengan mama. Ya, hampir dua tahun ini mam sering sakit-sakitan keluar masuk rumah sakit. Tubuhnyapun semakin tak bugar dan melemah, mungin tuhan telah merindukannya melebihi cintaku keadanya hingga tuhan telah menginginkan mama kembali padanya.

Kepergin mama meninggalkan sayatan mendalam yang sangat sulit untuk sebentar saja ku hilangkan. Seandainya kamu pertanyakan apa yang selalu ku lantunkan dalam do'a malam, akan aku jawab! Aku hanya bertanya pada tuhan. Aku bertanya pada tuhan, "kapankah jasadku diterimanya pada pelabuhan atas nama kematian?" 

-------------

"Berdamai dengan Luka"

Terkadang hidup memang tak baik-baik saja


Berdamai dengan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang