Narasumber Sebuah Kabar Kelicikan

383 64 55
                                    

Hai! Bagaimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya. Ini bab pembahasan mengenai Kamala-Jengga kuharap teman-teman suka.

Oh iya, kali ini Nadin bolehkah meminta untuk menekan tombol vote sebelum membaca? Jika berkenan silakan di tekan. Terima kasih dan selamat membaca❤ Btw, besok MoonStar update lagi. Mohon koreksinya jika ada kekeliruan.❤

Kamala Gersa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamala Gersa. Dahulu, jauh sebelum kejadian malang ini terjadi, Kamala pernah dibawa pada sebuah kebahagiaan. Di pelataran rumahnya yang kaya dihiasi pualam yang berkilat mewah dan cat-cat senantan pucat, Kamala duduk santai sambil memakan kue dadar gulung yang dibuat Amel tadi siang.

Menggigit dan menelan adalah kegemarannya saat ini. Amel begitu piawai membuat kudapan. Dari kudapan tradisional sampai membuat kue pastri yang sungguh sangat rapuh dan renyah bisa ia lakukan tanpa rasa sulit. Amelia Sumarni merupakan asisten rumah tangga senior yang paling lama menapak di tanah kediaman Aswangga. Kebetulan Amel merupakan orang kepercayaan yang lebih mengenal dekat dengan dua kembar, berbeda dengan asisten yang lain. Ah iya. Sekarang jam-jamnya sibuk. Pada Minggu sore, paviliun, taman belakang dan halaman depan kembali dibersihkan untuk kali kedua dalam satu hari. Di jam-jam segini, Amelia masih sibuk berkutat di dapur. Sekadar cuci-cuci perabot, atau masak untuk makan malam nanti.

Omong-omong soal makan, Kamala kini tengah terlena oleh rasa manis gurih dari isian kelapa dengan campuran gula merah yang melilit lidahnya tak berampun. Kulit kue yang lembut begitu nikmat saat ia kunyah, kelembutan dan segala perisa kini bersatu padu meninju hamparan reseptor pencecap rasa yang menggila akan kekayaan yang ditimbulkan. Kamala Gersa sangat menyukai makanan manis.

Jari jemarinya meraba piring yang ia pangku. Ternyata dadar gulung miliknya telah habis dilahap. Kamala tersenyum sumringah, ia segera beranjak dan berlari ke dapur. Helai lembut kelegaman malam yang mencucuk kepala turut bergoyang saat ia berjalan dengan langkah riang. Piringnya ia angkut di depan dada.

Amel sedang mencuci piring sambil berdendang kecil. Kamala meletakan piring di meja makan, ia mendadak terkikik. Ide jahil timbul di kepala tanpa bisa diduga-duga.

"Dor!" pekik Kamala sambil memeluk Amel dari belakang. Kejahilan makhluk menggemaskan itu membuat Amel terenyak sambil merinci rentetan latah yang sepanjang rel kereta.

"Mala ... Bibi udah tua atuh, sayang. Jantung Bibi tèh udah rapuh ...." kata Amel. Suaranya sarat akan keterkejutan, hal ini membuat Kamala merasa bersalah. Ia bergeser posisi, guna bisa menatap wajah yang sudah banyak dihinggapi keriput-keriput tipis itu dengan saksama.

"Bibi Amel, maafin Mala. Tadi aku salah, tapi jatah dadar gulung aku jangan dikurangi, ya? Mala janji deh, ngga akan kagetin Bibi lagi kaya tadi." ucap Kamala dengan penuh penyesalan. Kedua tangan menyentuh baju orang tersayang yang sedang berada di hadapan. Iris sepekat arang miliknya seperti biasa mampu menarik atensi siapapun dengan sebuah tembakan pandangan lekat.

--MoonStar--Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang