Pertentangan dan Rasa Sakit

771 107 82
                                    

Halo!
Lama gak berjumpa! Gimana kabar teman-teman hari ini? Makasih karena telah melakukan yang terbaik ya❤
Maaf aku updatenya lama banget.

Dan maaf kalau ada typo dan masih banyak kesalahan. Jangan sungkan untuk memberikan kritik dan masukan ❤

Selamat membaca. 💘

*

Perasaannya tak kunjung didengar. Orang-orang menulikan telinga, manusia membutakan mata. Kaki-kaki ringkihnya tak kuasa berdiri menyongsong angkasa, sesekali angin mengecupi dahi dan wajahnya yang telanjang dari air mata. Manusia tersesat itu hanya bisa berdiri di atas batu karang yang sebentar lagi akan hancur oleh debur ombak keseribu. Tiga purnama telah terlihat, sekarang di antara terik cahaya yang merambat membakar kulit putihnya yang pucat, seseorang itu kembali berteriak meski semua orang tetap tak acuh soal kehadirannya. Semesta yang luas merasa terlalu melampaui batas, untuk sekarang ia merasa harus untuk bermurah hati.

Maka ... beberapa detik berselang, kemudian mentari yang asalnya bergolak panas kini mulai memamerkan senyumnya. Ia menarik awan-awan pucat yang terserak menjadi sebuah koloni yang mampu melindungi sosok manusia itu dari panasnya cahaya. Tanpa bisa diduga sosok itu kemudian goyah, ia jatuh tersungkur di atas karang yang keras sekaligus rapuh.

Matanya terpejam, bulir air mata menyeruak hebat dari pelupuknya. Kaki-kakinya terluka, tetapi bahkan sakit fisik sekalipun tak bisa mengalahkan keadaan hatinya yang porak poranda. Mata yang seharusnya cemerlang itu kemudian terbuka, melihat pada tempat di seberang samudra yang dipenuhi sinar lembut, pohon kelapa yang melambai diterpa angin dan juga ... pelangi.

Manusia menyebut tempat itu dengan kebahagiaan.

Orang itu kemudian duduk meratap, berandai ia bisa berpindah dari tempat yang menyesakkan dada ini, berharap bisa bersua dengan ketenangan yang membuatnya merasa damai. Ia merasa tempat di seberang begitu menggoda hatinya, begitu menggoda jiwanya. Sebuah harapan perlahan terbit, meski beribu keraguan lebih dahulu menyerang, sosok itu tetap berpegang teguh pada semangatnya. Ia perlahan bangkit berdiri meski dengan lutut yang gemetar dan wajah yang basah oleh jejak air mata.

Matanya meruncing, kini kedua bola cerminan hati itu berbinar terang. Kedua tangannya terulur, menatap pada impiannya yang sebentar lagi tergapai dan dapat ia peluk sesuka hati.

Akan tetapi, ternyata mendapatkan sesuatu yang diinginkan itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Semesta tertawa pongah. Sulur-sulur mulai merambat dan menahan kaki-kakinya untuk tetap diam tak pergi ke mana-mana.

Mulutnya terkunci oleh harapan dan kebenaran yang bertolak belakang. Telinganya kembali tuli oleh desingan suara-suara orang terdekatnya yang terus berteriak dan mengucap kata-kata yang menusuk hati. Matanya kembali dihujam beribu belati yang kemudian menggelapkan hati.

Karang itu kini hancur. Tepat pada debur ombak keseribu, ia koyak dan tenggelam bersama  dengan seseorang yang menumpang di atasnya.

Sulur-sulur itu terus mengikat dan menyeretnya untuk terus terjerembab dalam kejernihan dan keheningan laut.

Seseorang itu kemudian berontak, tapi setelahnya kembali kaku dan lemas. Di antara gelembung udara yang terbang menuju permukaan, hatinya berbisik.

Bisikannya mampu terdengar oleh anemon laut warna-warni. Makhluk itu bergoyang ke sana-sini silih berbagi kabar untuk disampaikan pada makhluk laut lain. Ada yang tenggelam, sekarang manusia, katanya. Ikan-ikan badut berenang mengerubungi tubuhnya yang semakin jatuh tenggelam. Berenang melingkar seolah menjaganya dari hal buruk yang hendak datanag. Dinginnya laut mengecupi jantungnya, tetapi, hatinya yang semarak oleh semangat menemui kebahagiaan tak pernah padam meski dirinya ditiadakan.

--MoonStar--Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang