Nura akhirnya turun ke ruang keluarga setelah shalat isya. Disana sudah ada orang tuanya menunggu.
"Nura kamu duduk disebelah sini" ajak Ami sambil menepuk kursi di tengah-tengah Ami dan Hardja.
🍪🍪🍪
"Ada obrolan apa nih mah kayaknya penting banget?" Tanya Nura.
"Emm.. gini.. insyaAllah, sekitar satu mingguan lagi ada laki-laki yang akan menghitbahmu" jawab Ami hati-hati.
DEG!!Nura benar-benar terkejut atas ucapan mamah nya barusan. Seketika banyak pertanyaan yang terlintas di pikirannya. Cowok seperti apa dia? Apa dia orang yang ia kenal sebelumnya? Dan apakah dia bisa menuntun dan membimbing Nura untuk selalu berada dalam ketaatan kepada-Nya?. "Ya Allah apa ini, kenapa begitu tiba-tiba. Ya Rabb hamba tidak tahu apa rencana-Mu, apa yang harus hamba lakukan.." monolognya dalam hati.
"Nur.." suara Hardja menyadarkan Nura.
"Eh iya?" Jawab Nura kembali pada fokusnya.
"Papa dan mama tetap akan mengembalikan lagi keputusannya pada mu" ucap Hardja.
"Dia anaknya teman mama pas SMA. InsyaAllah laki-laki itu baik. Karena mama kenal banget sama ibu nya, ya pasti Rumi juga mendidik putranya dengan baik. Rumi itu orangnya ramah, cantik, cerdas, solehah juga. Dia selalu juara satu di kelas bahkan juara umum di satu angkatan. Wahh pokoknya dia hebat. Tapi setelah Rumi menikah dengan pria muslim Amerika dia ikut dibawa suaminya. Tapi sekarang Anaknya lagi ada tugas di Indonesia." Sambung Ami.
"Mama tapi itu kan ibunya, gimana kalau anaknya gak gitu?"
"Buah jatuh tidak jauh dari pohon sayang.." jawab Ami.
"Kayaknya Nur harus minta petunjuk dulu deh sama Allah. Nur gak tahu dia laki-laki seperti apa. Nur pikirin dulu aja deh"
"Iya boleh Nur. Kita kembalikan lagi keputusannya pada mu." Jawab Ami.
Nura mengangguk lalu berdiri dari kursi dan berjalan menuju kamarnya di lantai dua. Selama berjalan ke kamarnya Nura masih memikirkan hal itu.
Hari terus berganti. Selama satu Minggu ini Nura selalu berdoa meminta petunjuk pada Rabb nya. Apa ia harus menikah muda? Apa ia sanggup? Tapi gapapa juga sih jika ia harus menikah muda toh menikah adalah ibadah terlama. Penyempurna iman. Tapi tak dapat di pungkiri ada sedikit rasa khawatir yang Nura rasa karena ia belum mengenal pasti laki-laki itu. Nura yakini dalam hatinya bahwa ini jalan untuknya dari Allah. Nura meluruskan niatnya supaya apapun keputusannya nanti akan ia niatkan karena beribadah kepada Allah. Masalah cinta atau tidak gimana nanti saja.
Dan malam ini keluarga dari laki-laki yang akan menghitbah Nura akan datang sekitar pukul 08.00 malam.
Di kamarnya Nura duduk di samping ranjang menunggu panggilan dari mamah nya. Nura berharap semoga pilihan ini tepat.
Tok tok tok!
Pintu terbuka dari luar dan menampakkan sosok ibu yang sangat Nura sayang. Ia menghampiri Nura.
"Sayang, ayo ke bawah mereka sudah datang." Ajak Ami.
Nura hanya menganggukkan kepalanya lalu ikut berjalan keluar bersama Ami.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wife
ChickLitDario Barayev Axton -berusia 27 tahun -playboy -bermain wanita -tidak percaya tulusnya kata 'cinta'. Kalian tahu philophobia? Ya, rasa takut akan merasakan cinta atau jatuh cinta. Mungkin inilah phobia yang dirasakan laki-laki ini. Labiba Prisha...