03.45 a.m || Jakarta
Setelah tubuhnya merasa cukup beristirahat Nura mengerjapkan matanya berusaha membuka mata perlahan. View pertama yang ia tangkap adalah punggung laki-laki yang begitu lebar dan kekar dibalik kaos hitam polosnya tertidur memunggungi Nura. Ia sedikit kaget. Nura masih belum bisa percaya bahwa malam tadi tidurnya tidak sendiri. Mungkin mulai saat ini dan seterusnya Nura harus mulai terbiasa dengan kondisi yang berbeda ini.
Nura beristighfar melihat tubuhnya yang masih mengenakan gaun pengantin, bisa-bisanya ia tidak mengganti terlebih dulu gaunnya sebelum tidur. Dan anehnya ia merasa nyaman-nyaman saja. Mungkin karena ini kebiasaan Nura jika ia terlalu cape lalu ketiduran ia tidak mempermasalahkan baju apa yg ia kenakan saat itu.
Nura melihat ke arah jam dinding dan menyadari sebentar lagi waktu subuh. Ia bangun dari ranjang lalu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Nura menikmati mandinya di pagi buta, karena di jam-jam segini air terhitung lebih dingin tapi Nura sangat menyukainya.
Setelah ritual mandi ala-ala Nura yang mungkin memakan waktu 15menit, di dalam kamar mandi ia sangat kebingungan. Ini nih kebiasaan lupanya kumat. Tidak membawa handuk. Masih mending saat Nura dikamar masih sendiri, tapi sekarang beda lagi. Dan yang lebih parahnya Nura tidak punya stok pembalut disini. Saking sibuknya di acara pernikahannya kemarin ia lupa dengan hal kecil yang sangat berharga itu. Mau tidak mau Nura harus menggunakan cara ini.
"Mas Baraaa!" Teriak Nura dari balik pintu kamar mandi. Tidak ada sahutan. Mungkin ia harus berusaha lebih keras lagi.
"Mas Baraaaa!!!" Dorr dor dor!!
Kali ini suara Nura bersautan dengan tangannya memukul pintu agar bara terbangun.Diruangan berbeda.. tidur Bara sedikit terusik dengan suara gaduh yang berasal dari kamar mandi. Ia terpaksa membuka mata.
"Mas Baraa Banguunnn!! Nur minta tolong!" Dorr dor!!
Suara gaduh itu terdengar lagi ditelinga Bara. Ia geram karena tidurnya diganggu padahal ia baru bisa tidur jam 02.00 pagi. Terpaksa Bara melangkahkan kaki menuju suara.
"Berisik! Ada apa?!" Tanya Bara ketus dengan muka bantalnya di depan pintu kamar mandi.
"Emm.. maaf.. Nur minta tolong ambilkan handuk. Nur lupa bawa" jawab Nura dibalik pintu dengan nada sopan.
Bara melangkah dengan malas mengambil handuk Nura. Tak lama kemudian ia kembali lagi dan mengetuk pintu kamar mandi. Pintu terbuka sedikit dan hanya mengeluarkan tangan Nura. Bara memberikan handuk itu. Saat Bara akan melangkah kembali ke ranjang..
"Mas tunggu!"
"Apa lagi?!"
Sebenarnya Nur ragu mengucapkan ini, karena sangat privasi. Ia malu.
"Nur ga punya stok pembalut. Jadi... Minta tolong belikan. Soalnya Nur ga mungkin keluar seperti ini" cicitnya.
Seketika rasa kantuk Bara hilang. Yang benar saja ia disuruh membeli benda keramat itu. Ia tidak tahu apa-apa tentang itu. Bara mulai berpikir dan tak lama ia menemukan ide.
"Sebentar!"
Bara melangkahkan kaki menuju telpon yang ada di kamar hotel ini. Ia menghubungi resepsionis.
"Halo ada yang bisa kami bantu?" Suara wanita disebrang sana.
"Tolong antarkan pembalut ke kamar nomer 702. Jangan lama" permintaan sekaligus perintahnya. Ada sedikit gengsi bagi seorang Bara meminta benda itu.
"Baik pak. Mohon maaf untuk ukurannya yang berapa cm? Yang wing atau non wing?"
Pertanyaan apa ini. "Apapun itu bawa saja semua!" Jawab Bara.
"Baik pak, mohon ditunggu."
Tak lama suara pintu bel terdengar. Bara membuka pintu dan mengambil barang pesanannya tak lupa memberikan uang dan juga tips kepada pelayan itu.
Bara kembali mengetuk pintu kamar mandi. Setelah pintu terbuka ia langsung menyodorkan keresek berisi pembalut ke celah pintu. Lalu kembali ke ranjang melanjutkan tidurnya.
Nura kaget. Kenapa pembalut yang Bara beli sebanyak ini. Sangat lengkap mulai dari ukuran yang pendek hingga panjang dan juga ada yang wing dan non wing.
Nura keluar dari kamar mandi dengan rambut yang di bungkus handuk. Nura bergeleng-geleng kepala melihat Bara yang kembali tidur.
"Mas bangun salat subuh dulu" yang dibangunkan masih tidak bergeming.
"Mas bangun udah siang, nanti waktu subuh nya keburu habis!"
Seketika Bara bangkit dari kasur menuju kamar mandi dengan tidak santai. Bukan karena takut kesiangan, hanya saja Bara pusing dengan ocehan Nura yang dari tadi terus menyuruh-nyuruh. Bara sendiri heran kenapa ia mau Nura suruh-suruh. Akhirnya dengan malas Bara melaksanakan shalat subuh.
Nura menghela nafas melihat suaminya itu. "Apa yang salah? Shalat kan wajib. Ga seharusnya juga dia seperti itu, kayak anak SD aja" Pikir Nura.
Seperti yang terdapat pada surat Al-Kausar, Allah memerintahkan shalat dan berkurban karena Allah memberikan banyak kenikmatan untuk mereka yang beriman, sedangkan para orang kafir membenci Nabi yang mengatakan keturunan Nabi terputus karena semua putranya wafat maka sesungguhnya merekalah yang terputus.
Lalu Nura melanjutkan aktivitasnya. Bersyukur semalam saat keluarganya akan pulang ke rumah, Ami menitipkan baju ganti untuk Nura.
"Jangan ganggu saya lagi, biarkan saya istirahat!" titahnya kepada Nura. Setelah shalat subuh Bara kembali tidur.
Untungnya ini hari Minggu. Tidak ada jadwal kuliah untuk Nura. Dalam satu Minggu Nura kuliah hanya empat hari saja. Dan untuk Bara sendiri ia bisa menyesuaikan Jadwalnya. Nura sedang sarapan sendiri di kamar hotel karena Bara sedang asik dengan bantal dan selimutnya. Mungkin Bara akan langsung makan siang saja nanti. Sarapan sudah termasuk pelayanan bagi room VVIP. Rencananya mereka akan pulang siang ini. Nura melakukan aktivitas lain sambil menunggu bara bangun.
To be Continue......
❤️❤️❤️
Kasih bintang yaa.. harus! Kudu!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wife
ChickLitDario Barayev Axton -berusia 27 tahun -playboy -bermain wanita -tidak percaya tulusnya kata 'cinta'. Kalian tahu philophobia? Ya, rasa takut akan merasakan cinta atau jatuh cinta. Mungkin inilah phobia yang dirasakan laki-laki ini. Labiba Prisha...