Satu

47 2 0
                                    

Yoongi terbangun dari tidurnya yang cukup nyenyak di kamar kecil ukuran 2×2 yang ia kontrak selama setahun ini. Yoongi tak punya kesibukan apapun selain bermain gitar keliling komplek atau sambil menaiki kendaraan umum.

Tak ada yang namanya sarapan pagi dengan roti selai coklat dan secangkir susu hangat. Ia hanya bisa minum air mineral dari galon yang isinya semakin hari kian menipis. Ia hanya bisa makan jika sudah mendapat uang untuk membeli nasi bungkus di warteg bu Asti depan kantor milik orang lain.

Yoongi mengambil gitar yang selalu menemaninya dengan sabar, yang kuat di ajak mencari rezeki di kota yang cukup membuatnya lelah.

'Kita harus makan di warteg bu Asti' gumam Yoongi.

Yoongi mulai berjalan melewati lingkungan kumuh tempat tinggalnya. Beberapa tetangga menyapa dan sesekali menggodanya karena ketampanan wajahnya. Yoongi seorang pengamen dengan muka yang tampan.

Keluar gang ia segera menaiki bus yang penuh dengan para pekerja. Yoongi mulai memainkan dawai gitarnya, mulai menyanyikan bait bait lagi dengan syair yang indah. Beberapa penumpang mulai memfoto wajah tampannya dan yang lain memberi uang serta memasukkannya ke bekas gelas air mineral yang ia sisipkan di ujung gitar.

Perhentian bus telah berada pada tujuan terakhir. Yoongi memang selalu turun di tujuan akhir karena ia tau bahwa ada warteg murah yang sering di datangi oleh para pegawai kantoran untuk makan siang.

Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Itulah yang selalu Yoongi katakan jika menuruni bus yang ia tumpangi sejak pagi tadi.

"Uang hari ini cukup banyak, gue bisa beli telor balado sama isi ulang galon" Ujar Yoongi memberikan apresiasi pada dirinya dan segera melangkah menuju warteg yang telah ramai oleh pegawai kantor.

"Ayo lo bisa!" Gumam Yoongi.

Yoongi mulai memainkan gitarnya di hadapan para pembeli makanan di warteg itu. Mata pembeli mulai melirik Yoongi tak butuh waktu lama ia mendapatkan perhatian dari para pengunjung. Bait demi bait ia nyanyikan hingga pada ujung lagu, semua bertepuk tangan dan memberikan uang pada Yoongi. Ia tersenyum lebar dan sedikit membungkukan badannya memberi hormat atas tepukan yang diterimanya.

Pengunjung perlahan meninggalkan warteg, menyisakan Yoongi dan satu manusia mungil yang kini tengah menunggu makanannya siap sambil melirik jam tangannya.

'Dia tadi ngasih gue uang ga ya?' Tanya Yoongi pada dirinya.

Pria itu melirik Yoongi yang kini tengah melamun sambil melihat dirinya. Pria itu merasa risih dan memberanikan diri untuk bertanya.

"Halo mas, ada apa ya?" Tanya pria itu.

Yoongi tersadar dari lamunannya.

"Oh, tadi anda dengar saya nyanyi?" Tanya Yoongi datar.

"Dengar mas, bagus..."

Percakapan mereka terganggu oleh ibu warteg yang memanggil pria itu dan memberikan pesanannya. Pria itu terlihat sibuk dan segera pergi meninggalkan warteg dan Yoongi.

"Kan saya belum selesai dipuji nya malah pergi" Celetuk Yoongi.

Yoongi sadar bahwa waktunya telah terbuang dengan sia-sia, ia segera memesan makanan untuk makan siangnya kepada bu Asti, sang pahlawan saat ia lapar.

BodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang