Delapan

12 2 0
                                    

Yoongi masih terdiam di kamarnya, formulir yang tadi ia bawa masih kosong, tidak ada yang ia isi satupun. Ia masih menatap formulir itu, sangat lama sampai akhirnya matanya perih.

"Perih banget anjir" Teriak Yoongi.

'Gue gatau harus ngisi atau engga, tapi gue pengen banget jadi penyanyi dengan lagu buatan sendiri dan terkenal kan jadinya wajah tampan ini punya fans' gumam Yoongi.

Tiba-tiba suara telefon berdering yang selalu mengganggunya setiap malam mengacaukan perdebatan di hatinya. Ia segera mengangkat telefon itu. Terdengar suara berat disana, yang memelas kepada Yoongi.

"Pulang" Ujar seseorang disana.

"Gabisa, ini pilihan saya tolong lihat saya sukses dengan cara sendiri" Jawab Yoongi tegas.

"Ibumu sakit"

"Saya tidak percaya pada anda"

"Ayah tidak berbohong"

Suara itu, suara yang Yoongi benci sejak ia pindah ke kontrakan ini. Suara yang tak ingin dia dengar namun, mau tak mau harus ia dengar setiap malam. Kini, pria disana yang ia sebut ayah memberi informasi tentang ibu kesayangannya. Yoongi tau bahwa ayahnya itu tidak berbohong.

"Ya" Jawab Yoongi singkat.

"Rumah sakit cemara lantai paling atas ruang VVIP 6"

Informasi terakhir yang ia dapat dari telefon tersebut adalah dimana ibunya di rawat. Yoongi mengerti bahwa seharusnya ia pulang untuk sekedar menjenguk ibunya, tak perlu ke rumahnya tapi hanya ke rumah sakit.

Yoongi tau apa yang harus ia lakukan sekarang.

BodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang