5. MARKAS

2.8K 217 9
                                    

Sudah dua hari ini Anna tak melihat keberadaan Alister. Laki-laki yang akhir-akhir ini membuatnya kesal.

Oh ya sekedar informasi, sekarang dia sudah menjadi murid SMA Garuda. Seragam putih birunya sudah terganti menjadi seragam putih abu-abu.

Anna mengedarkan pandangannya ke penjuru koridor kelas 10 yang sudah sepi. Pasalnya sekarang sudah jam pulang sekolah. Disini hanya tersisa dia dan Kania.

Mereka berdua belum pulang karena ada rencana yang harus mereka laksanakan.

"Gini ya. Kamu nanti harus temenin aku ke tempat ini. Entar kita grebek bareng-bareng kayak di drakor gitu. Kamu tau kan?" tanya Anna mulai menjelaskan.

Kania mengangguk-angguk. "Iya, aku tau. Eh tapi kalo mau grebek gitu biasanya di pipinya dikasih garis. Biar keren,"

"WAH!! Iya, kamu pinter!!" Anna menepuk tangannya. "Eh, tapi kamu punya?"

"Aku gak punya," jawab Kania cemberut.

"Ya udah pake tanah aja gimana?" tanya Anna yang dijawab anggukan cepat dari Kania. "Yey! Ayo kita jalan,"

Mereka berdua mulai berjalan keluar dari sekolah yang sudah sangat sepi. Hanya tersisa anak-anak ekskul.

"Kamu tau jalannya?" tanya Kania ikut melihat kertas yang Anna lihat.

Anna menunjuk map yang tadi malam dia buat. "Semoga kita nyampe ya,"

"Ngomong-ngomong kita ngapain kesitu?" tanya Kania yang sebenarnya bingung.

"Aku cuma mau dia minta maaf sambil sujut di depan aku. Kalau dia belum lakuin itu, aku bakal ganggu dia terus," jawab Anna yakin. Sangat yakin.

"Wah! Kamu hebat ya!" Kania menepuk kedua tangannya.

"Iya dong," Anna tersenyum bangga. Dia melihat-lihat sekitar. "Eh kayaknya kita udah nyampe deh,"

Ia mempertajam penglihatannya saat melihat tempat yang lumayan kumuh dan menyeramkan. Disana terdengar gelak tawa dan juga ada motor-motor besar yang terpakir di depannya. "Aku yakin mereka disana,"

"Eh, kamu gak jadi pake tanah?" tanya Kania menunjuk tanah basah di sebelah mereka.

Anna melirik sekilas, kemudian mengangguk. Kedua gadis itu mulai membuat garis di pipi mereka masing-masing. "Ihh kamu lucu!!" riangnya saat melihat Kania yang sudah sangat imut.

"Kamu juga tau!!"

"Ya udah, ayo kita jalan," Anna menarik tangan Kania ke arah tempat itu. Tempat yang diyakini sebagai tempat anak nakal itu.

WUJANG

"Wujang," gumam Anna membaca nama yang tertulis berantakan di pintu.

Gelakan tawa dari dalam semakin terdengar. Membuat gadis itu semakin semangat untuk masuk.

Kakinya berjalan ke arah dalam. Tanpa mempedulikan tarikan Kania yang tangannya sudah gemetar.

"Anna, kita pulang aja yuk. Aku takut bunda nyariin," bisik Kania. Matanya menyapu ke sekitar ruangan. Ruangan tempat penyekapan seperti di film-film.

BRAK

"ANAK NAKAL!" teriak Anna setelah mendorong pintu kasar. Tangannya mengelus lengannya yang lumayan sakit.

Ruangan yang tadinya diisi gelak tawa kini sudah hening. Para penghuni ruangan sudah menatap sang pelaku terkejut dan bingung.

Tapi perhatian Anna tetap ke arah laki-laki yang kini tengah duduk santai di sebuah sofa lapuk.

"Anna," Kania menarik pelan tangan Anna yang ingin berjalan ke arah pentolan sekolah itu.

ALISTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang