#14

26 1 0
                                    


"Maaf om, temen saya cuma becanda" ujar Tiar menundukan kepalanya

"Lain kali becandanya jangan terlalu jauh, kalian itu masih sekolah" ayah putri ketus

"Iya sekali lagi maaf ya om, saya dan teman saya izin pamit" Tiar merasa tidak enak dengan ayah putri dan memutuskan untuk cepat pulang

"Kalian hati-hati di jalan ya" ucap ibu pada gio dan tiar

***

"Gue minta kalian hajar ini orang sampai babak belur" raihan menunjukan foto pada dua preman

"Siap bos, jangan lupa bayarannya" preman itu menggesek gesek jarinya menandakan meminta uang

"Gampang duit mah,yang penting kalian beresin kerjaannya" raihan menatap tajam kedua preman itu

"Oke bos, kita cabut duluan" preman itu pergi mencari orang yang ada di foto tadi

Kedua preman itu mencari sesuai perintah raihan.
"Kita tungguin dia disini aja" perintah preman yang satu

"Emang kita lagi nungguin siapa sih?" tanya preman yang berkepala plontos

"Nunggu anak macan, puas loe" preman yang grondong geram dengan kawan tololnya

"Gue kan nanya, kenapa loe sewot" sinis preman plontos

"Berisik loe, lihat tuh target mulai mendekat" preman itu menunjuk ke arah mobil berwarna blue black.

Kedua preman itu menghadang mobil itu dan orang di dalamnya keluar dan ternyata dia adalah Fajar Ali Gymnastiar.

"Woy, ngapain loe ngalangin  jalan gue" tiar berteriak pada preman yang ada dihadapannya

"Jangan banyak bacot loe" preman itu memulai perkelahian tanpa basa basi.

Perkelahian itu terus berlanjut sekitar 10 menitan. Dua lawan satu tentu saja tidak mudah, tapi bagi Tiar yang udah biasa berkelahi pada zaman dia nakal dan liar itu mudah-mudah susah.

Perkelahian itu dimenangkan Tiar dan preman itu kabur lari kocar kacir. Akan tetapi, perkelahian itu meninggalkan luka lebam di jidat, pelipis, dan bibir tiar.

"Sebenernya siapa sih mereka? Gak jelas banget tiba-tiba ngehajar gue" gerutu Tiar

***

"Ayah, lain kali jangan kayak tadi" komentar putri pada ayahnya

"Kayak tadi gimana?" tanya ayah

"Ya tadi, ketus banget sama temen putri, kan jadi gak enak sama mereka udah bantuin aku sama ibu" putri memanyunkan bibirnya menandakan sebal

"Ayah cuma ngingetin mereka untuk gak becanda kejauhan, salahnya dimana?" ujar ayah putri

"Iya deh ayah selalu bener" putri pergi ke kamarnya

Ibu menyusul putri ke kamarnya untuk menenangkan anaknya
"Put, kamu gak boleh gitu sama ayah, ayahkan cuman ngingetin lagian kamu udah tahukan karakter ayah gimana." ibu membelai rambut putri

"Iya bu, maafin putri" putri memeluk ibunya

"Ya sudah sekarang kamu makan dulu terus minum obatnya" ujar ibu keluar dari kamar putri

Ayah putri memang seperti itu. Bukan dia galak, tapi dia khawatir sama putri. Takut apa yang udah kejadian keulang lagi. Layaknya seorang ayah memang seperti itu apalagi putri anak semata wayang. Seorang ayah akan lebih extra menjaga anaknya apalagi perempuan, beda dengan anak lelaki.

***

"Tiar kamu kenapa babak belur gitu? Abis tawuran kamu?" tanya papah tiar terdengar cemas

"Bukan tawuran pah, tadi di jalan ada yang nyerang tiar tiba-tiba" tiar merebahkan tubuhnya di sofa

"Coba papah lihat muka kamu" papah tiar menyentuh lukanya

"Aw, perih pah" keluh tiar menahan perih

"Ya udah kita ke rumah sakit aja" ajak papah tiar

"Gak usah pah, di rumah juga bisa diobatin" tolak tiar

"Iya terserah kamu deh, orang tua itu cuman pengen yang terbaik buat anaknya" cerocos papah

"Iya tiar tahu, tapi ini udah malem jadi gak usah ke rumah sakit, lagian ini cuma luka biasa" ujar tiar meyakinkan papahnya





Thanks for all
Budayakan vote and komen share juga
Vote vote and vote gaes

senja dan fajar [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang