06

18 8 2
                                    

Derap langkah kaki para perawat terdengar jelas di lorong rumah sakit yang lumayan sepi.

Mempercepat langkah ketika pasien yang tak sadarkan diri itu mengejang.
Seruan keras yang terucap dari sang gadis membuat para perawat dongkol mendengarnya.

"Sus, cepetan sus!!"

Dami, gadis itu mengikuti langkah kaki para perawat sambil memegangi tangan kiri sang pria.

"Iya mbak, sabar! Berisik anjim!!"

Dami terkejut mendengar tuturan perawat perempuan yang memegangi kantung infus Jungwoo.

"Weh?! Bar-bar sekali anda"

"Stop mbak!!"

?!

"Silahkan tunggu disini"

"Tapi saya mau ikut Sus!"

"Maaf ya mbak, tunggu disini dulu. Kami akan menangani pasien dengan cepat"

"Jangan cepet-cepet Sus, nanti ada yang keliru gimana?!"

Beberapa perawat yang berada di sana menoleh serempak ke arah Dami dengan mata melotot dan kening berkerut.

"E-ehh...ya maksudnya kita mau menangani pasien sekarang mbak. Biar cepet selesai. Biar mbaknya bisa cepet ketemu masnya"

"Oh yaudah. Gih sana masuk!"

Para perawat yang mendengar titah Dami langsung melengos masuk ke ruang IGD.

Gadis berambut hitam sebahu itu memandangi para perawat serta dokter yang menangani Jungwoo lewat kaca besar bening didepannya.

Ia meringis ngeri ketika melihat  dokter menusukkan jarum ke punggung tangan prianya.

Teringat beberapa waktu lalu, ketika ia dan Jungwoo sedang berjalan bersama tanpa tujuan jelas, tiba-tiba dari arah belakang mobil Avanza hitam menabrak lelaki manis itu.

Dami yang terkejut tidak bisa berkutik barang sedikit. Para warga setempat yang berada di lokasi kejadian bergegas menolong Kim Jungwoo.

Beberapa pemotor yang parkir di depan Alfamei turun tangan membereskan tersangka.

Beberapa pemuda yang berada di lokasi, sibuk merekam kejadian naas itu.

"Dami!!"

Seruan seseorang membuyarkan lamunan gadis yang sedang mondar-mandir di depan pintu kamar IGD.

"Mama?!"

Keluarga dari pihak Dami serta Jungwoo datang secara bersamaan. Entah siapa yang mengabari kedua belah pihak keluarga mereka.

Mereka menghampiri Dami dengan tergopoh, raut wajah khawatir terpampang jelas di wajah ibu Jungwoo.

Wajah letih itu bercucuran keringat serta apron yang masih melekat pada pinggangnya. Nafasnya memburu sehabis berlari dari rumahnya ke rumah sakit.

"Jungwoo! Gimana keadaannya?" Tanya ibu Jungwoo sambil menggoyang-goyangkan bahu Dami.

"Eum...Dami masih belum tahu tante. Dokternya belum keluar..." Tatapan matanya menyiratkan penyesalan, entah kenapa gadis yang sedang memikirkan senior tercintanya itu merasa bersalah.

Padahal sudah jelas ia juga termasuk korban. Tubuhnya terserempet bodi mobil waktu oknum bejat itu menabrak Kim Jungwoo.

"Lo gapapa? Mana yang luka? Emang tadi kejadiannya gimana? Kok sampai masuk IGD segala. Pasti parah banget lukanya kan?" Kini Yo Daesuk yang mencercanya dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kecelakaan tadi.

"Duduk dulu sayang, minum" Itu ibu Kim yang berbicara. Ia menyodorkan air kemasan pada Yo Dami, membuat Dami mau tak mau menerimanya dengan senyum tipis.

Saat akan membuka tutup botol, kakinya tiba-tiba linu. Ia hampir saja terjatuh jika tidak ada ibu Kim disana.

Ibu Kim dan ibu Dami memapah Dami, masing-masing satu lengan. Gadis manis itu tertatih-tatih ketika berjalan, kakinya yang terluka menjadi alasan.

Diperparah dengan acara berlarian di lorong rumah sakit. Ia meringis ketika melihat lututnya yang terluka. Kulitnya menganga menampilkan daging yang terkoyak.

Sehabis minum, ia mulai bercerita awal mula kejadiannya. Ia sempat dimarahi oleh orang tuanya karena ketahuan membolos.

Ibu Kim hanya bisa menangis dari tadi, sedangkan ayah Kim sibuk menenangkan istrinya.

"Dami, ayo ikut Ayah." Ayah Dami bangkit dari duduknya lalu bersiap memapah Dami.

"Kemana, Yah?"

"Ayah mau bicara empat mata sama kamu, sekalian obatin luka kamu" Ayah Yo mengelus surai halus putri bungsunya.

Kini ayah dan anak itu berada di taman rumah sakit. Sang ayah baru saja membantu putrinya duduk di kursi roda.

Luka-luka sang gadis sudah terobati. Ayah Yo baru saja akan berbicara, tapi disela duluan oleh putri bungsunya.

"Yah, aku minta maaf. Aku bolos sekolah tadi, aku gak jujur sama Ayah. Sebenarnya tadi aku emang niat berangkat sekolah, tapi pas dijalan aku ketemu kak Jungwoo––"

Ucapannya dipotong tiba-tiba oleh ayahnya.

"Ayah tau...kamu suka dia, kan?"

Dami gugup. Seperti sedang tertangkap basah sedang melakukan hal yang memalukan.

"Hahaha...itu wajar, nak. Semua orang berhak mencintai seseorang yang istimewa untuknya."

Ayah Yo mengelus-elus punggung tangan Yo Dami. Senyum hangat mengembang ketika memerhatikan wajah putrinya.

Jauh di lubuk hatinya, ayah Yo sangat berterimakasih pada Tuhan. Karena putrinya masih diberikan keselamatan atas kejadian naas yang menimpanya.

"Kim Jungwoo itu...Ayah kenal dengannya. Bahkan akrab."

Dami menoleh ke arah ayahnya. Matanya berbinar ketika indra pendengarnya menangkap kalimat yang diucapkan ayahnya dianggapnya sensitif.

"Oh ya? Wahh pasti karena dia teman lomba kak Daesuk kan?" Dami menerka.

"Bukan. Hayo coba tebak, darimana ayah tahu?" Kedua alis pria hampir setengah abad itu naik turun mengikuti kendali sang pemilik.

"Eum... jangan-jangan Paman Kim itu teman ayah?"

"Salah" Leher Ayah Yo bergerak ke kanan dan ke kiri.

"Terus? Apa dong?"

Ayah Yo terkekeh geli melihat Dami yang pasrah.

"Kim Jungwoo itu sebenarnya...


Karyawan kesayangan Ayah"

TBC-

Hai hello annyeong! Maafkan diriku yg terlalu lama up🙏 banyak tugas yg harus dikerjakan. Sampai-sampai pas mau lanjutin nih work, gak ada ide~  jangan lupa votementnya🌟

See you next chap!

NORMAL | KIM JUNGWOO (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang