"Kim Jungwoo itu karyawan kesayangan Ayah"
"Yang bener, Yah?"
Pria tua itu mengangguk lemah.
"Kenapa ayah gak cerita sama aku? Kak Daesuk udah tau?"
"Daesuk tau dari dulu. Maaf sayang, ayah bukannya gak mau cerita ke kamu. Tapi Kim Jungwoo itu nggak mau kamu tahu"
"Kenapa?!"
"Karena dia suka kamu"
––·––·––·––
"Dami! Ngelamun aja lo!"
Seorang gadis berponi menjentikkan jari di depan wajah Dami yang sedang melamun di sofa kamar inap Jungwoo.
"Eh? Seje? Kok lo disini, kapan datengnya?"
"Yeu, Lo mah dari tadi gue panggilin malah bengong. Mikirin apa sih?"
Yang ditanya hanya tersenyum masam. Ia diam saja mengabaikan teman akrabnya, Sejeong.
"Heh! Gue baru tau setelah keserempet mobil, seseorang jadi bisa budeg seketika" ucap Sejeong sarkas.
"Apasih, Je!" Dami mendengus tak suka ketika Sejeong mengoloknya.
"Ya lo juga! Orang nanya mah dijawab malah diem aja kayak patung. Cosplay lu?!"
"Sshhhttt!!! Diem ah, pusing gue"
"Kenapa sih? Punya masalah hidup apa lo? Sini cerita!" Sejeong menarik pergelangan tangan Dami untuk mendekat ke arahnya.
Dami? Gadis itu pasrah saja.
Klekkk
"Je, jangan teriak-teriak coba. Kak Jungwoo lagi istirahat tuh" Ryujin memasuki kamar inap Jungwoo dengan membawa bungkusan cokelat di tangannya.
"Ih? Kok gue, noh salahin Dami juga. Dia kan yang teriak duluan"
"Ih? Kok gue? Ya lo itu yang duluan teriak"
"ENAK AJA! YA LO DULUAN LAH!"
"TUH KAN LO YANG TEREAK DULUAN!"
"GUE TEREAK GARA-GARA LO, BABI"
"APA? BABI? LO YANG BABI DASAR BABI"
"Stop deh kalian! Kenapa malah jadi ribut sih?! Nanti kalau kak Jungwoo kebangun gimana?" Ryujin berusaha menengahi pertengkaran kedua sahabatnya ini.
"MAKSUD LO APA? LO GAK SUKA KAK JUNGWOO SADAR, GITU? DAJJAL EMANG LO!"
"LO NGATAIN GUE DAJJAL?" Ryujin ikut emosi. Ia membanting bungkusan yang sedari tadi ia bawa.
"Ada apa ini ribut-ribut?"
Ketiga gadis yang asik gelut itu menoleh serempak ke pemilik suara. Mereka semua terkejut dengan keadaan kim Jungwoo yang mulai sadar.
"Kak! Jangan bangun dulu. Aku panggilin dokter" Dami dengan sigap berlari keluar kamar memanggil dokter yang menangani Jungwoo.
Sedangkan Sejeong dan Ryujin hanya terdiam canggung. Mereka berdua sama-sama merasa bersalah karena telah membuat keributan di kamar pasien.
"Ryujin, itu apa yang jatuh?" Jungwoo membuka suara memecah keheningan.
Ryujin mengerutkan kening, lalu segera melihat ke arah lantai yang dipijaknya.
"Oh!" Dengan cepat dia mengambil bungkusan cokelat yang tergeletak di lantai.
"Siapa yang taruh di bawah sih?"
Sepertinya ia lupa bahwa tadi dirinya sendiri yang melempar bungkusan itu ketika sedang adu mulut dengan teman-temannya."Lo sendiri yang buang" sahut Sejeong.
"Lah masa?"
"Dasar tua bangka.." Ucap Sejeong lirih. Lirih sekali, hingga Ryujin tidak mendengarnya.
"Emang itu apa, Yu?" Jungwoo menunjuk-nunjuk bungkusan cokelat milik Ryujin.
"Oh ini...nasi padang kak, kakak mau?" Tawar gadis cantik didepannya.
"Kalau kamu tanya mau? Ya mau lah. Tapi enggak deh, kamu makan aja" tolak Jungwoo dengan lembut.
"Yahh, padahal sebenarnya ini buat kakak sih. Tapi kalau kak Jungwoo gak mau, yaudah sih aku kasih ke Dami aja" jawab Ryujin.
Sejeong yang dari tadi menyimak, memutar mata hazelnya sebal.
"Kak, gimana kondisinya? Udah enakan? Ada yang sakit nggak?" Sekarang giliran Sejeong yang berbicara.
Gadis berponi itu melangkahkan kakinya menuju ke ranjang Jungwoo. Ia duduk di kursi yang berada di samping ranjang.
Memandang senior yang dikagumi sahabatnya dengan sorot kesedihan. Hingga tanpa sadar, tangan yang lancang itu menggenggam tangan kiri si pasien.
"Eh?" Jungwoo terkejut, ia berusaha menarik tangannya dari genggaman lembut sang gadis berponi.
"Bentar kak. Bentar aja." Katanya memohon.
"Je, gue keluar dulu. Mau beli minum" ucap Ryujin sesaat sebelum keluar dari kamar inap Jungwoo.
Saat di depan pintu kamar, Ryujin memandang kedua insan itu dengan pandangan marah.
'Sumpah demi apa njirr! Seje kok lancang banget sih? Dasar gatel tuh anak! Untung gak ada Dami, coba aja kalau ada...' ––Suara hati seorang Ryujin
"Yu? Ngapain disini? Kim Jungwoo gimana?"
"Eh kak Doy, eum itu...kak Jungwoo udah sadar, tapi belom di cek dokter."
Pria bermarga Kim itu mengerutkan kening. "Kok belum di cek? Emang kemana dokternya?"
"Gak tau kak, tadi Dami langsung manggil dokter, tapi belum balik juga sampai sekarang"
"Oh, terus kamu mau kemana? Kok diluar?" Tanya Doyoung.
"Aku mau beli minum kak, sekalian nyariin Dami. Lama banget dia" jawab Ryujin.
"Yaudah, kalau gitu kakak masuk dulu ya" Pria dengan julukan kelinci itu hampir saja membuka pintu kamar Jungwoo jika saja Ryujin tidak menahannya.
"Gawat nih kalau sampe Kak Doy liat Seje sama Kak Uwu didalem. Mulutnya kan ember banget_-"
"Yu? Ngapain, kakak mau masuk. Jengukin Uw–"
"Gue harus ngelakuin sesuatu biar Kak Doy gak jadi masuk sampai Dami datang"
CUP
Netra Doyoung terbelalak lebar ketika Ryujin dengan beraninya mencium pipinya. Ia sebegitu terkejutnya hingga mendorong Ryujin menjauh.
DUAK
Tapi sayangnya, karena dorongan itu terlalu kuat hingga gadis terbentur pintu kamar Jungwoo.
"AWWW"
"Eh, ma-maaf Ryu. Kamu gapapa?" Tanyanya sambil membantu Ryujin berdiri imbang.
"Sakit kak!" Gadis yang baru saja mengecat warna rambutnya menjadi pirang itu mengusap kepala bagian belakangnya.
"Iya maaf. Kamu sih.."
Di saat Doyoung mengusap kepala Ryujin sehabis terbentur, tiba-tiba datanglah Yo Dami dan dokter serta beberapa perawat wanita.
Para perawat serta dokter segera masuk ke kamar pasien, melewati para remaja yang sedang berhadap-hadapan dengan pandangan serius.
TBC-
Fyi, disini Dami sm Jungwoo tuh belum pacaran ya...buat yang belum paham. See you next chap 👻
KAMU SEDANG MEMBACA
NORMAL | KIM JUNGWOO (Hiatus)
RomanceKata orang, Sekolah Menengah Atas adalah momen yang paling berkesan di masa remaja. Karena di masa itu semua remaja akan menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, mencoba menjalin asmara ataupun kegiatan baru lainnya. Perumpamaan itu memang tidak...