03/04 - Sampai Jumpa

666 131 20
                                    

Haloo readers tercinta✨
menurut kalian lebih suka sering up tapi ceritanya pendek atau sekali seminggu ceritanya panjang? comment yaa!







———

Karena sudah dapat dipastikan bahwa ia sedang ketakutan—hm... sebenarnya aku juga belum terlalu paham dengan ekspresinya tapi entah mengapa raut wajahnya seperti menjelaskan itu padaku.

"Ya? kenapa?" Ucapku bertanya kepada pemilik badan besar dengan dipenuhi otot itu.

"Ya, saya hanya menyapanya sebentar. Kamu siapanya ya?"

"Kenalannya,"

"Oh, Yehwa kamu kenapa ga ngabarin aku aja buat nemenin kamu?"

Pernyataannya itu cukup membuatku tak mengerti dengan keadaan sekarang, apa yang dimaksud olehnya?

"Aku gaperlu ngabarin kamu, aku ga selemah itu." Jelasnya sambil bersuara di balik tubuhku, suaranya sedikit samar namun terdengar jelas.

Tapi ntah mengapa raut wajah lelaki itu sedikit meremehkannya, rasanya ingin kutinju saat itu juga.

"Pffft—ah, ini aku mau nganter barang-barang lagi yang ga kepakai di rumah. Tapi kamunya malah gaada"

Yah, aku seperti tembok penghalang diantara mereka berdua.

"Gausah." Balasan Yehwa cukup membuatku terkejut, padahal ada seseorang yang ingin menyumbang ke panti asuhannya tapi malah ia tolak dengan mentah-mentah seperti ini?

Tunggu, sepertinya lelaki ini tak datang sekali atau dua kali.

"Loh kenapa?"

"Simpen aja mereka ga butuh, aku bisa beliin buat mereka"

"Kamu mau beliin pake apa? Modal bantuan pemerintah? Jangan ngaco deh Yehwa"

Tapi aku berpikir kembali secara logis untuk tak menahan mentah-mentah obrolan mereka berdua, karena itu adalah masalah mereka sendiri. Aku tak perlu untuk ikut campur.

Tapi sepertinya kali ini aku harus ikut campur.

"Maaf, saya duluan bareng dia kami mau pergi ke arah perkotaan. Kamu bisa dateng lagi besok." Tegasku sambil mencekram tangan Yehwa dan menuntunnya dengan cepat untuk menghindari lelaki tersebut.

Pria itu sepertinya menatap kami sepanjang jalan, dengan senyumnya yang sedikit.... agak menyeramkan?

Yah, tubuhnya yang sangat besar itu mungkin memengaruhinya.

"K-Kakak idol loh, jangan gegabah"

"Udah, ikutin aja."

Yah, mungkin pilihanku sedikit gegabah tapi sejujurnya aku lebih ingin melihat Yehwa tenang terlebih dahulu. Apa aku boleh tahu masalah tentang mereka berdua?

"Mau kemana?" Tanya Yehwa kepadaku dengan cengkraman tangan yang berada di telapak tanganku.

"M-makanan kucingnya tadi ketinggalan.."

"Nanti saya belikan lagi, tenang saja"

"Hng.. o-oke kak.."

Dia terlalu percaya padaku, tapi tak percaya dengan pria besar tadi. Aku merasa menjadi orang yang istimewa.

Yah, sebenarnya aku juga tidak tahu akan membawanya kemana. Hanya memotong jalan terus-terusan, dan menghindari mobil-mobil yang masuk ke arah desa.

Sejujurnya aku hanya berbohong dengan perkataan tadi, aku tak gegabah untuk memilih jalan ke arah kota. Karirku akan hancur dengan kekonyolan diriku sendiri.

"K-Kita mau ke kota?" Tanya gadis itu lagi, ntah mengapa matanya tertutup dengan durasi yang lama.

"Engga lah, gamungkin saya senekat itu." Sambil memperlambat langkah kaki ku, menuntunnya dengan berhati-hati kembali.

"Oh.. ok.." ujarnya.

"Yehwa,"

"Ya?"

Dia tak membuka kelopak matanya sama sekali, hanya menjawab dengan santai tanpa memberhentikan langkah kakinya.

"Kenapa tutup mata terus?"

"Sakit ka kalau kena angin hehehee.." Jawabnya dengan tawa ciri khas miliknya yang renyah.

"Kok bisa sakit?"

"Ga tau, rasanya kayak di tusuk sama angin"

Yah sebuah pengetahuan baru.

Sekarang kami sudah berada di dekat pohon yang sedikit rimbun, barisan pohon yang terlihat memberi selamat datang ke arah kami itu lah yang menambah kesan indah di jalan ini.

"Yehwa, tadi siapa?" Tanyaku sambil menghentikan langkah kaki sejenak.

"Tadi itu cuma a-anu"

"apa?"

"Yah.. cuma yang suka donasiin di panti aja" jelas Yehwa. Senyumnya nampak indah jika dilihat langsung dari sini. Ah, tak perlu secara langsungpun jika kamu melihat gambarnya pasti akan langsung jatuh hati pada dirinya.

"Yahh, saranku jangan deket-deket sama dia." Jawabku, tapi ntah mengapa wajah Yehwa kembali memucat dan menunjukan senyuman palsunya itu, sangat terlihat jelas perbedaannya.

"Eung—memangnya kenapa?"

"Yah, kelihatan banget kalau pria itu kasar. Kamu harus berhati hati sama dia, saya cuma takut ada hal yang tidak diinginkan terjadi." Tukasku





.
.
.
.
To Be Continued
(Jangan lupa votenya!^^)

BONEKA SOSIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang