04 - Berpisah Sejenak

628 106 15
                                    

Hanya ada ukiran senyum di wajahnya, lagi-lagi ia memasang ekspresinya seperti itu.

"Kok malah senyum?" Tanyaku bingung padanya, yah.. secara logika aku baru saja memberikan sebuah peringatan untuknya. Tapi ia hanya menjawab dengan cara itu.

Gadis yang ada di hadapanku hanya menggelengkan kepalanya pelan, "Ini udah siang kak, mereka pasti sudah dijalan." Yah dengan alasannya yang seperti itu, kami memutuskan untuk mempercepat acara jalan-jalan kami yang mendadak ini.

Tangan kami saling bergenggaman kembali, "Kak Doy memang lagi ga sibuk?" Sejenak aku memikirkan jadwalku. Sejujurnya, aku tak selalu mengetahui jadwalku hanya melalui Kak Kun lah aku mengetahuinya.

"Ga tuh, saya memang lagi senggang aja." Ia hanya mengangguk ceria dengan wajahnya yang sangat indah di bawah pancaran sinar matahari yang tidak terlalu menusuk.

Sambil menikmati perjalanan kami, suara burung bersaut sautan yang menambah kesan sangat indah di desa ini. Desa yang berada di pedalaman kota ini termasuk menarik dan hebat karena masih sangat terjaga.

"Yehwa," Panggilku sambil memandangi langit yang cerah dengan paduan warna biru itu, sangat jauh dari keadaan di keramaian kota yang tertutup dengan gedung-gedung bertingkat.

"Iya?" Yah... aku menggigit bibirku sebentar, berusaha mengeluarkan pertanyaan sedikit demi sedikit agar tak terlalu canggung di perjalanan.

"Kamu setiap hari ngapain?" Pertanyaanku akhirnya terlepas dari pemikiranku yang cukup memikirkan dengan matang untuk memberikan pertanyaan itu.

"Aku cuma main sama anak panti, mungkin juga jalan-jalan sekotar desa atau kota..." Ia melepas genggaman tangan kami, dan menceritakan sedikit kisah dari hidupnya yang menurutku sangat hangat di dengar.

Yah, dia sangat asyik menjelaskan kehidupan sehari-harinya.

"Kamu ga kuliah?"

Dia menghentikan pembicaraannya, dan hanya tersenyum canggung. Ah—apakah aku menghancurkan suasana ini? Sungguh aku sangat merasa bersalah sekarang.

"Ga kuliah, karena ga mampu.. hehehe.." Detak jantungku berdetak ratusan kali lipat, yah aku seperti benar-benar merusak moment kami ini.

"Tapi kamu....sekolah akhir kan..?" Tanyaku dengan ragu, yah kalian bisa mengataiku bodoh karena terus melanjutkan topik ini.

Seperti ada yang memerintahku untuk berbicara dan bertanya seperti itu.

Angin menghebuskan dengan sangat lembut, daun-daun berguguran dimana mana. Ntahlah, tapi pertanyaanku sama sekali tak di respon darinya.

"Yehwa, kamu tau lagu saya darimana?" Akhirnya aku memutuskan untuk mengganti alur topik kami.

"R-radio, sama televisi Kak"

Yah, cukup logis untuk dipikirkan. Groupband kami cukup terkenal di kalangan remaja.

Perjalanan kami sudah hampir selesai, tapi sepertinya aku tak ingin cepat-cepat berakhir. Kejadian yang sangat langka untuk benar-benar menikmati keindahan di sekitar.

Aku mengantarkannya di depan gerbang, dan penghuni panti ternyata sudah pulang. Aku di perintahkannya untuk menyumput karena mengingat bahwa aku adalah seorang idol.

"Terimakasih kak, sampai jumpa!" Yehwa melambaikan tangannya, "Jangan lupa untuk dengarkan lagu saya."

Apakah ini akan menjadi pertemuan terakhir bersamanya?

Ataukah ini adalah awal dari cerita kami sebenarnya? Ah, aku berharap apa sih.

Ia menganggukan kepalanya, mengeluarkan tongkat panjang yang bisa di lipat itu dari kantungnya. Yah, sepertinya ia sudah mempersiapkan itu.

BONEKA SOSIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang