Malam Terakhir

3 0 0
                                        

Hari-hari kembali berlalu seperti biasa dengan kegelapan yang sama, pengunjung tetap yang sama rutinitas yang sama namun entah kenapa kali ini terasa berbeda.

“Hari ini aku boleh nginap disini? Malam ini aja...” bujuk Citra yang sedang duduk disamping ranjang Candra sambil menggenggam erat tangannya.

“Hmm terserah kamu.” Ucap Candra dengan suara lembut.

Belakangan sikapnya mulai berubah menjadi lebih hangat pada Citra, membiarkan apapun yang dilakukan Citra bahkan berbicara lebih banyak dari biasanya.

Tanpa meminta izin terlebih dahulu Citra berbaring disebelah Candra dan bersandar dilengannya. “Malam ini bintangnya banyak banget, berkelap kelip dilangit hitam membuat mereka terlihat semakin bersinar terang.” Citra selalu menjadi mata bagi Candra dengan menjabarkan hal-hal yang tak dapat dilihat langsung oleh matanya, membuat dirinya dapat membayangkan hal apa saja yang ada disekelilingnya seperti yang dilakukannya saat ini membayangkan pemandangan malam hari yang indah membuat dunianya yang gelap dan hampa sedikit demi sedikit berubah lebih cerah oleh kehadiran citra.

“Sebentar lagi kamu bakal bisa melihat mereka.” Kalimat yang sudah berulang kali dilontarkan oleh citra setiap hari. Kata-kata kosong yang membuat dirinya merasakan secercah harapan. Harapan yang membangun semangat ditengah ketidakpastian sang pendonor yang tak kunjung memberikan kabar terbaru.

“Seperti janji aku sebelumnya, sebentar lagi operasi cangkok mata kamu bakal dilakukan, semuanya bakal kembali seperti semula.” Citra mendekap erat Candra didalam pelukannya. Pelukan hangat yang mampu meluruhkan dinding hati Candra. “Terima kasih sudah ngizinin aku nemanin kamu dua bulan ini.” Suara Citra terdengar serak melepas pelukan dan menggenggam tangan candra dengan erat.

“Kamu bakal temani aku sampai aku selesai operasi kan?” tanya Candra namun tak ada jawaban dari Citra. Lengannya yang menjadi tumpuan kepala Citra terasa basah oleh tetesan air. Isakan tangis yang tertahan terdengar jelas ditelinganya.

“Kamu nangis? Kamu gak suka aku bisa ngeliat lagi?” tanya Candra.

“Bukan, ini tangisan bahagia karena kamu bakal bisa melihat lagi.” Kata Citra dengan suara parau.

“Kenapa kamu selalu nangis sih?”

“Nggak tau air mata aku tiba-tiba ngalir dan gak bisa berhenti.”

“Dasar cengeng.” Candra mengacak rambut Citra.

“Kamu gak mau tidur? Aku sudah mulai ngantuk.” Suara Citra terdengar semakin lemah.

“Aku belum ngantuk. Gak mau temani aku begadang aja?”

“Gak, mata aku sudah berat.” Perlahan suara itu semakin terasa menghilang.

“Kamu belum jawab pertanyaan aku, kamu bakal jadi orang pertama yang aku liat pas bisa ngeliat lagi kan?” Tak terdengar jawaban dari citra tampaknya ia sudah tertidur pulas. Tangan citra yang menggenggam erat tangannya pun terasa kaku dan semakin dingin. Candra mengecup kening Citra, membelai lembut pipi citra yang basah oleh air mata dan menyelimuti tubuh mereka berdua dengan selimut. Tak selang lama kantuk menyerang dirinya membuat matanya ikut terpejam.

Rainy Day (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang