Sorry for typo...
~Happy Reading~Kobaran api menyeruak membakar setiap apa saja yang di lewati nya, tangan hitam kelam menyeretnya hingga terkapar di jalanan sepi yang begitu mencekat.
Suara teriakan yang terderam oleh tangisan serta hempasan angin membuat segalanya terasa mencekik nafasnya hingga ke dasar jurang.
Kilatan yang terlihat di matanya seakan hanya ilusi yang berusaha di tampiknya dengan sekuat tenaga.
Permohonan untuk membuat segalanya berhenti menjadi sia-sia, tubuh yang hangus terbakar berjatuhan di depan iris mata birunya kini.
Entah karma apa yang selalu menghantuinya sepanjang hidupnya kini.
Tangannya menggapai tubuh setengah terbakar itu dengan kalut, ucapan kata ibu terus di teriakannya meski tanpa suara yang keluar.
Kringg…
"Hah… hah… that's nightmare always coming back, wake up Grace that's not real." Ucap sang gadis yang kini terbangun dengan peluh menghiasi wajah ayunya.
Di tolehnya nakas samping tempat tidurnya kini, pukul 3 pagi. Entah sudah keberapa kali mimpi itu selalu menghantuinya, di sibaknya selimut hangat miliknya.
Mungkin secangkir coklat hangat di tengah musim dingin yang sialnya selalu di bencinya ini bisa membuat pikirannya sedikit tenang.
Tap…
Tap…
Tap...
Rumah besar ini terasa sepi setelah kejadian 4 tahun lalu yang menewaskan kedua orang tua gadis malang itu.
Di helanya nafas berat itu untuk kesekian kali, tangan kecil nya mengambil satu gelas merah maroon yang kini tengah terisi bubuk coklat seduh.
Tangannya dengan cekatan menyeduh secangkir mug coklat hangat, mungkin besok dirinya harus mengabari Uncle Smith untuk mengurus beberapa kepindahannya ke asrama.
Lebih baik di asrama daripada dirinya harus sendirian di rumah seluas ini yang kini terasa begitu dingin.
Di sesapnya coklat panas itu perlahan, otaknya masih memutar setiap adegan kala orang tuanya masih hidup.
Dia hanya gadis remaja kala itu, yang tak pernah mengerti jika kematian begitu menghantuinya sekarang.
Trak…
Di taruhnya gelas itu perlahan, kakinya membawanya ke arah balkon kamar tak berharap tidur karena itu pasti tak mungkin.
Berterima kasihlah Grace dengan mimpi sialannya yang selalu bisa membuat dirinya terbangun pagi buta dan kurang tidur beberapa tahun belakangan ini.
Matanya menatap sendu ke arah langit kelam di atas sana, andai keadaan bisa mendukungnya untuk menyusul kedua orang tuanya pasti itu sudah di lakukannya.
Sayangnya itu hanya mimpi belaka untuk Grace, senyum kecut di keluarkan tanpa sadar seakan sedang mengejek maut di depan langkahnya.
Bukan dirinya tak pernah mencoba bukan, karena percayalah luka sayatan di leher dan tangannya adalah bukti bahwa gadis remaja beranjak dewasa itu pernah bertegur sapa dengan maut meski hanya sejenak.
Jika saja Paman Smith tak menyelamatkan kala itu maka tamat sudah nyawanya, dan mungkin saja dirinya sudah bersama dengan kedua orang tuanya sekarang.
Tak terasa fajar telah menyingsing di ujuk Cakrawala, Grace membuka matanya lebar dunia memang indah tapi gelap malam jauh lebih mengusik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen - Jisung Yuna
Fantasy[Fantasy] [Mistery] [Academy Au] Sang terjatuh tak seharusnya melirik hal di luar batas wewenangnya, membuat takdir membuang dan mengucilkannya di siksa bumi terdingin... Rahasia tertutup yang kini mau tak mau harus terbongkar... Pergelutan ambi...