Sorry for typo...
~Happy Reading~Grace dan Willona berjalan beriringan dengan senyuman manis di wajah Grace. Tour sekolah ini adalah hal yang begitu menakjubkan bagi Grace sepanjang hidupnya. Disini tidak ada tatapan menghakimi yang selalu Grace dapatkan. Bahkan dia juga mendapatkan beberapa teman yang cukup menyenangkan.
Grace harus mengucapkan banyak terimakasih untuk Sang Paman yang sudah bersusah payah mencari sekolah ini untuknya.
Tep...
Langkah Willona berhenti tepat di depan sebuah pintu kayu besar, matanya menatap Grace seakan tak rela.
"So, this your class Grace and good luck. Aku hanya bisa mengantarkan mu sampai sini." Ucap Willona dengan senyuman manisnya.
"I'm so nervous Ona." Grace yang mendengar itu merasa gugup sekarang.
Bagaimana pun dia adalah anak baru yang belum kenal siapapun di kelasnya, membuat jantung Grace bertalu begitu berisik.
"It's okey, just let in. Nanti akan ada beberapa dewan siswa yang memandu mu." Willona berusaha membuat Grace sedikit berani.
"O-okey, thanks for everything Ona." Sahut Grace seakan tak yakin, tapi setidaknya dia harus berani bukan.
"No problems, bye Grace." Ucap Willona sembari melambaikan tangannya.
"Bye." Grace membalas dengan wajah tak rela.
Dia harus berpisah dengan gadis seramah Willona.
Grekk...
Blam...
Pintu itu pun terbuka dengan sendirinya, Grace sudah tidak terlalu kaget sekarang. Kakinya melangkah mantap memasuki kelas miliknya hingga siluetnya hilang di balik pintu besar kokoh itu.
"Cih ini sangat membuat ku mual. Grace White, kita lihat sampai kapan kau bisa bertahan?" Suara dengan penuh iri dengki itu terlontar mulus dari bibir semerah Cherry Willona.
Benar-benar gadis yang sangat licik, topeng yang dipakainya sangat sempurna. Itulah mengapa Joanne begitu tidak suka dengannya.
Toh Willona tidak peduli dengan penilaian orang seperti mereka. Hanya cara ini lah dirinya bisa bertahan dari kerasnya takdir dan kali ini Willona akan ikut andil dalam perang takdirnya dengan Grace White.
"Tidak akan lagi ku serahkan Peter padamu, Grace White." Kalimat penutup itu terlontar bertepatan dengan hilangnya siluet Willona.
Tanpa sadar sepasang mata sendu menatapnya dengan iba.
"Andai kau bisa menerimanya, mungkin kau lebih bahagia." Namun sayang suaranya tidak akan pernah didengar oleh Willona yang begitu keras kepala.
Grace memasuki kelas yang cukup nyaman bila dilihat. Matanya menelisik setiap sudut kelasnya yang begitu lengkap. Banyak lukisan yang cukup menarik mata Grace. Lukisan dengan sentuhan warna coklat yang begitu terlihat familiar di matanya. Mungkin nanti Grace bisa bertanya pada teman sebangkunya.
Namun ini sangat terlihat aneh dengan beberapa pot-pot di atas meja para murid. Pot itu terbuat dari gerabah dan sepertinya tengah berisi sesuatu yang aneh menurut Grace. Uap panas seakan menyembul dari arah pot-pot itu yang Grace sendiri tidak yakin itu aman.
"Who are you?" Suara deep itu membuat Grace menoleh.
Seorang lelaki paruh baya dengan dandanan cukup eksentrik bertanya padanya dengan intonasi menekan. Membuat Grace cukup takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen - Jisung Yuna
Fantasy[Fantasy] [Mistery] [Academy Au] Sang terjatuh tak seharusnya melirik hal di luar batas wewenangnya, membuat takdir membuang dan mengucilkannya di siksa bumi terdingin... Rahasia tertutup yang kini mau tak mau harus terbongkar... Pergelutan ambi...