"KECOA!!!!!!!"
Arif yg tadinya duduk di sofa itu kini sudah beralih berdiri di atas meja.
"Woy jangan Naek naek Rif nanti patah!" Teriak Chika tak terima meja nya di injak injak.
"Mana kecoa nya mana?!" Teriak Arif histeris.
"Itu di atas kepala kamu!" Teriak Syaika yg ikut histeris (boongan:v)
"Aaaaaa KECOA!!"
"TOLONG!!! ADA KECOA!!!"
"HANS TELPON POLISI CEPET!!!"
tak ada habis habis nya Arif berteriak histeris karena makhluk yg bernama kecoa itu.
Sedangkan Syaika sudah tertawa terbahak-bahak melihat hal itu.
"Kamu masih belum berubah Rif, masih aja takut kecoa. Ahahaaa"
Arif yg sadar dirinya di tipu itu pun menatap syaika tajam. "Lu benran Kristina?" Syaika mengangguk.
Mata Arif memincing tajam.
"Apa makanan kesukaannya?" Tanya Arif mencoba mengetesnya.
"Mangga"
"Apa pelajaran favoritnya?"
"Biologi"
"Berapa mantannya?"
"Ada 2, tapi gak ada yg di anggep."
"Semua mantannya cuma sekedar formalitas kalo dia cewek normal yg masih suka cowok" lanjut Syaika lengkap dengan penjelasannya.
"Anjirrr lu tau semua. Oke ini terakhir, berapa ukuran 'itu' punya dia"
Tanya Arif sambil menunjuk ke arah dada Syaika.
Syaika merasa tak terganggu dengan pertanyaan itu, dia mencoba mengingat.
"34 cup A"
Arif menunjuk Syaika ambil berteriak.
"Nah! Fix lu bukan Kristina, karena yg gua tau punya dia itu 32 cup B"
Pletakk....
"Darimana lu tau anjirrr?!" Teriak Chika marah setelah ia menjitak Arif.
Arif mengusap kepalanya sambil mengaduh sakit. "Gila gila, kenapa lu sekarang jadi algojo sih Chik"
"Lagian gua belajar dari Hans kok buat baca ukuran-"
Pletakkkk.....
"Kapan gua ngajarin elu ya bangsat! Sembarangan lu kalo ngomong" teriak Hans cepat.
Arif berlari kebelakang Syaika untuk bersembunyi. "Gila Kris, laki bini sama aja sama sama algojo" ucap Arif takut.
Syaika menarik tangan Arif yg memegang ujung bajunya itu. "Makanya berubah, masih aja mesum!" Ejek Syaika.
Dengan menjadikan tubuh Syaika sebagai tameng, Arif berjalan menuju pintu apartemen. Setelah berhasil membuka pintu yg tidak tertutup sepenuhnya itu, Arif berlari memasuki apartemen nya.
"Ahahhaa, coba tadi kamu pukul paha nya aja Chik. Itu kan kelemahan dia hahahha" tawa Syaika pecah seketika.
"Dah udah lah, nih! Kamar lu yg ono noh!" Tunjuk Hans yg sudah jengah mendengar tawa garing Syaika itu.
Dengan patuh Syaika mengikuti apa yg kakaknya katakan itu. "Bang, tumben si Arif maen kesini" tanya Chik penasaran.
"Dia gak main, cuma tadi Abang minta tolong bantu bawa barang aja" ucap Hans lalu menyeruput teh yg Syaika buat tadi.
"Besok Chika mau ketemu mamah pkoknya bang" paksa Chika.
"Lusa aja dek, kita istirahat dlu. Nanti kita kabarin ke mamah kalo kita udah pulang" dan Chika mengangguk patuh.
Syaika POV
Hufftt akhirnya sampai juga.
Whoaa hebat yah mereka sudah memiliki rumah sendiri. Jujur aku salut sama kak Hans dan Chika.
Sudah lama seja terakhir kali aku menginjakkan kaki di Indonesia, tapi rasa sesak itu masih ada.
Aku mengeluarkan sebuah album foto dari koperku. Ku buka Album itu setelah aku duduk di ranjang.
Di dalam album ini banyak sekali kenangan kenangan yg sengaja aku bawa untuk mengobati rindu ku ada Indonesia.
Pada halaman pertama berisi foto foto masa kecilku. Foto itu hanya berisikan foto aku dan ayah ku.
Di halaman kedua masih sama, hanya berisikan fotoku dan ayah. Foto ulang tahun ku bersama ayah, foto ulang tahun ayah, dan juga foto ulang tahun ibu yg kami rayakan.
Di halaman berikutnya berisikan foto foto masa SMP ku. Di halaman ini sudah mulai ada orang baru. Chika dan Hans, mereka adalah sahabat pertama ku.
Di halaman selanjutnya.........
Piipipipp pipipppp
Ku ambil handphone ku yg berdering. Ahhh ternyata alarm pengingat. Ternyata hari ini-
HARI PERNIKAHAN AYAH DAN IBU!
ahhh aku jadi sedih, seharusnya jika mereka masih hidup, aku pasti bisa merayakan hari ini bersama mereka.
Author POV
Karena hari itu adalah hari jadi pernikahan ayah dan ibu Syaika, ia pun berinisiatif untuk mengunjungi makam kedua orangtuanya."Kak, Chika, aku izin keluar yah?" Pamitnya pada sahabatnya itu.
"Yaudah, jangan pulang malem!" Peringat Hans keras.
Syaika mengangguk dan keluar dari apartemen itu. Hans kembali melanjutkan kegiatannya mengulas pelajarannya.
Chika yg juga tengah asik menggambar itu menatap Hans. "Abang!" Panggil nya.
"Hmm"
Hans berdehem tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku buku kedokteran itu.
"Kalo Tina pergi sendirian, ada kemungkinan dia ketemu sama mereka Dong" ucap Chika panik.
Hans pun langsung menutup buku nya. "Anah iya juga, bisa bahaya"
"Yaudah yuk kita cari, pasti belum jauh" ajak Chika.
Chika pun segera bangkit. Hans juga ikut bangkit. "Buruan bang!" Teriak Chika.
"Sabar aelah" teriak Hans juga.
Hans pun akhirnya muncul lagi. "Lama amat sih, ngapain?"
"Nih" Hans menunjukkan sebuah kunci.
"Kunci apa nih?"
"Kunci mobil"
"Mobil siapa?" Tanya Chika bingung.
Hans menghela nafas. "Mobil kita lah cantik" ucap Hans gemas.
"Lah bukannya mobil itu ada di rumahnya ibu?"
Hans menggeleng. "Tadi nya, tapi kemarin pakde Marno anterin mobilnya"
Chika pun hanya ber-oh saja.
Mereka pun pergi ke parkiran. "Kamu tunggu di depan aja, Abang mau keluarin mobilnya dulu"
"Oke jangan lama lama" Hans hanya mengangguk.
"Anjir gua kebelet boker" ucap Hans panik.
Saat ia hendak mengeluarkan mobilnya, ia pun merasa sakit di perutnya.
"Dah lah bodo gua tinggal boker dulu" ucap Hans pergi begitu saja.
***
Aduh kasian tuh Chika nya nungguin si Hans boker dulu.
Oke dehhh seee youuuu next partttttt
JANGAN LUPA VOTE AND COMEN!
KAMU SEDANG MEMBACA
Story In Kairo
FanfictionBeasiswa lanjutan membuat Syaika melanjutkan kembali studi nya di Kairo, Mesir. Melanjutkan pendidikannya di Kairo ternyata adalah pilihan yg sangat bagus bagi Syaika, karena di saat yg bersamaan pula kedua sahabat dekatnya mendapatkan beasiswa di K...