LuLuVi

23 2 0
                                    

"Al-fatihah"

Usai membacakan Al-fatihah di makam kedua orangtuanya, Syaika menyeka air matanya.

Chika yg sadar bahwa Syaika tengah menangis itu pun mengelus punggung Syaika pelan.

"Udah tin, kita berdoa aja yg terbaik untuk mereka" Syaika pun mengangguk.

"Yaudah kuy balik. Gua dah kenyang" ucap Arif santai.

"Gak tau diri bener lu ini, dah di kasih makan udah ya?" Sinis Hans.

Dengan bangga Arif berucap, "so pasti dong. Perut gua aman, yg Laen bodo amat"

"Yaudah yuk" Syaika pun bangkit dari duduknya.

Mereka pun berjalan menuju mobil, sepanjang perjalanan pengunjung makam memandang heran ke arah rombongan Syaika.

Tapi mereka tak perduli dan masih berjalan dengan santai.

"Hans, lu inget LuLuVi nggak?" Tanya Arif saat mereka sudah masuk mobil.

Hans memasang seatbelt dulu baru menjawab. "Inget, ngapa emang?"

Hans pun mulai menjalankan mobilnya. Sedikit agak lama baru Arif kembali berucap, "Tadi gua ketemu sama mereka"

Citttt....

Hans meng-rem mendadak saat mendengar itu. Untung semua yg ada di dalam mobil tidak terluka.

"DEMI APA?" teriak Chika.

Syaika menutup telinganya saat mendengar jeritan super nyaring milik Chika itu.

"Iya, tapi mereka gak kenal sama aku" ucap Syaika lirih.

Hans dan Arif yg duduk di bangku depan itu menoleh. "Yakin mereka gak ngenalin elo? Gua rasa si kulkas itu kek peka gitu deh"

"Namanya Lucas Arif, bukan kulkas" ucap Syaika mengoreksi.

Ya, yg Arif maksud dengan LuLuVi itu adalah Lucas, Luna, Vina.

"Tau nih anak kalo ngomong suka gak pake pantat"

"Lah kok pake pantat bang? Bukannya pake otak?" Tanya Chika heran.

Hans dengan cepat menjawab. "Kan otaknya ada di pantat"

×××÷×××

"Yakin kalau perempuan tadi kak Kris?

Usai dari pemakaman tadi, Lucas dan kedua anak lainnya di antar kerumah mereka.

Setelah kepergian Syaika 4 tahun yg lalu, rumahnya di tempati oleh ketiga anak itu.

"Aku sangat sangat yakin. Wangi itu. Suara itu. Bahkan langkah itu benar benar milik kak Kris" ucap Lucas yakin.

Luna sempat ingin berucap sebelum di dahului okeh Vina. "Cuma ada satu cara untuk mengetahuinya-"

"KITA DATANGI HIDROGEN dan CARBON!"

××××÷××××

"Emang lu dulu bisa bawa pulang LuLuVi itu gegara apa lah Kris?" Tanya Arif saat mobil sudah kembali berjalan.

"Dulu waktu awal masuk SMA. Waktu itu aku baru pulang dari rumah Chika, di tengah jalan aku liat mereka yg saling peluk pelukan. Aku gak tega kan, yaudah aku bawa pulang" Syaika memulai ceritanya.

Sebelum melanjutkannya, Arif sudah lebih dulu bertanya. "Maaf nih, emangnya mediang bokap lu gak marah?"

Syaika pun terdiam dan tak dapat menyaut, kenangan ayah nya berputar di kepala nya. Tak terasa air mata pun turun dari peluo6 matanya.

"Y-ya-yahh jangan nangis geh Kris, gua gak sengaja nanya gitu" ucap Arif menyesal.

Syaika menggelengkan kepalanya. "Gak papa kok. Lanjut yah?" Arif Mengangguk.

"Nahh aku bawa pulang mereka kerumah. Oh iya kamu tanya Kenapa papa gk marah, karena waktu itu papa udah gak pulang lagi kerumah" ucap Syaika menahan rasa sesak di dadanya.

"Aku pikir, besoknya aku akan pulangin mereka, tapi ternyata mereka anak panti yg di usir karena panti nya terlalu bnyak anggota" Lanjut Syaika.

Hans dan Chika yg sudah tau bagaimana jalan ceritanya itu cuma diam dan mendengarkan saja.

"Terus terus gimana?"

"Terus terus ya nabrak lah dodol!" Hans yg jail itu berucap mengejek.

Arif tak peduli akan hal itu, ia malah membalikkan badannya untuk menghadap ke kursi belakang, tepatnya ke arah Syaika.

"Ya sudah, mereka aku angkat jadi keluarga deh" ucap Syaika santai.

"Tapi pas Lo pergi-"

"Hak asuh mereka jadi di tangan bibi Oliver. Karena seharusnya aku yg mewarisi semua milik papa, dan aku malah menghilang, jadi perusahaan dan seluruh aset papa ku jatuh ketangan bibi Oliver" lanjut Syaika memotong ucapan Arif.

"Tapikan elu anak sah nya, masa iya lu gak dapet secuil pun?" Ucap Arif tak Percaya.

"Padahal kalo lu jadi holkay kan gua juga yg untung" lanjut Arif dengan smirk nya.

"Makan Mulu pikiran lu Dugong!" Ejek Hans.

××××÷÷÷××××

Mereka pun sampai di apartemen Hans dan Chika. Arif sudah pamit duluan.

Mereka semua terpaku saat melihat apa yg sedang menanti mereka saat ini.

Di sana. Di depan pintu itu-

"Lucas, Luna, Vina"

××÷÷××

Kalo mau lanjut jangan lupa vote

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story In KairoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang