Kenal?

16 4 2
                                    

Saat keluar dari apartemen itu, Syaika langsung menuju lift. Ternyata lift itu hendak tertutup, tapi Syaika menahannya menggunakan tangan.

"Ngapain lu Kris?"

Syaika menoleh, ternyata di lift itu ada orng lain selain dirinya.

"Aku mau pergi"

"Pergi kemana?"

"Pergi-"

"Jangannn tinggalkan aku..... Ku mohon kepadamu.... Tak sanggup diri ini.... Hidup tanpa dirimu...."

Syaika terkekeh mendengar suara fals itu. "Nyanyi apa sih Rif, mending diem aja"

"Bodo" sahut Arif kesal.

Ting!

Pintu lift terbuka, Syaika dan Arif pun keluar dari lift itu.

Arif menarik ujung pakaian Syaika. "Ehh sabar"

Syaika menoleh dan menaikan sebelah alisnya. "Kenapa?"

"Gua ikut elu yah?"

Syaika semakin merasa heran dengan itu. Agak lama berfikir, Syaika pun paham apa yg Arif inginkan.

"Yaudah ayo, mumpung aku lagi ada uang"

Arif pun tersenyum lebar mendengar hal itu.

Perlu kalian tau, dulu saat masih SMA, Arif itu adalah manusia pecinta gratisan. Dia selalu meminta traktir dari kawan kawannya, atau paling tidak meminta bekal kawannya.

"Masih aja gak modal" guman Syaika terkekeh.

Untungnya Arif tidak mendengar hal itu, dia membayangkan perutnya yg akan aman sebentar lagi.



"Tempat apaan ini anjir! Lu mau bunuh gua?" Teriak Arif marah.

Bagaimana tidak? Syaika membawanya ke sebuah pemakaman orang Kristen.

"Sembarangan, aku mau nengok orng tua aku kok" ucap Syaika santai.

Arif pun teringat dengan latar belakang Syaika yg merupakan yatim piatu.

"Duhh duh sorry ya Kris, gua lupa kalo lu-"

"Udah gapapa" potong Syaika cepat.

Syaika pun berjalan menuju makam kedua orangtuanya di ikuti Arif di belakangnya.

Namun saat makam itu sudah tampak di mata, Syaika menghentikan langkahnya.

Di sana, orang-orang yg tidak ingin Syaika temui. Orang-orang yg selalu mengucilkannya. Terlebih saat Syaika menjadi mualaf.

"Ngapa berhenti Cok? Panas njirr disini" ucap Arif yg menghalangi panas matahari menggunakan Khimar panjang milik Syaika.

Syaika masih tak bergeming barang sedikitpun, ia masih terpaku menatap orang orang itu.

"Vina! Lihat itu, kakak itu menggunakan pakaian yg panjang sekali" salah satu anak remaja yg berada di rombongan yg tak ingin Syaika itu ingat.

"Vin, kau tau. Guruku bilang wanita seperti itu yg di sebut orang Islam" sahut anak remaja lainnya.

"Untuk apa seorang Islam berada di pemakaman orng Kristen?" Tanya anak remaja yg mengenakan topi.

"Sudah sudah, sebaiknya kalian abaikan saja. Lebih baik tidak usah mengusik orng lain" ucap seorang wanita.

"Hei Lucas, bukannya kakak Kristina itu sekarang menjadi Islam" tanya Luna.

"Entahlah, bibi tidak pernah menyinggung dia lagi" sahut Lucas.

Syaika yg merasa namanya di sebut itu pun tersadar dari lamunannya.

"Lucas, Luna, Vina" guman Syaika yg hanya dapat di dengar oleh Arif.

Merasa sudah tidak terlalu panas, Arif pun keluar dari jilbab Syaika.

"Lu kenal mereka Kris?" Tanya Arif penasaran.

Syaika mengangguk antusias. "Mereka keluarga dari ibuku. Dan makam yg sedang mereka datangi itu makam ibuku" ucap Syaika dengan nada yg mulai bergetar.

"Tenanglah anak muda, jangan bersedih, ada Baginda disini" ucap Arif menenangkan Syaika.

Syaika pun hanya mengangguk. "Yaudah kuy samperin" ajak Arif.

Syaika menggeleng. "Mereka gak mungkin Nerima aku setelah aku masuk Islam" tolak Syaika.

"Gila, diskriminasi"

"Yaudah kalo gitu lu traktir gua makan aja dlu, ntar kita balik lagi deh" tawar Arif.

Syaika pun setuju dengan tawaran itu, dan mereka pun pergi mencari sebuah rumah makan terdekat.

Ditempat lain...

"Ishh si Abang kemana sih? Ngambil mobil kok lama bener" dumel Chika.

Hans sudah setengah jam yg lalu meninggalkan Chika dan belum kembali.

Tin tin!

Suara klakson mobil itu membuyarkan lamunan Chika. Kaca mobil itu turun setengah dan memperlihatkan wajah Hans.

"Ayo dek buruan"

Chika pun langsung masuk ke dalam mobil tanpa pikir panjang karena terik matahari cukup menyiksanya.

"Ke mana sih kok lama banget!" Tanya Chika saat mobil sudah mulai berjalan.

"Ya ngambil mobil lah, kemana lagi?"

"Masa iya sampe setengah jam sih bang, Abang mau ngejemur aku yah?" Tuding Chika kesal.

"Maaf atuh, tadi tuh Abang kebelet, jadi Abang ke kamar mandi dulu" ucap Hans membelai wajah Chika menggunakan tangan kirinya.

Chika pun mengangguk, tapi sebentar! Chika merasa ada yg ganjil disini.

"PANTESAN TANGANNYA BAU!"

****

Sedikit aja yah?

Gakpapa, sedikit dikit lama lama menjadi bukit. Jadi kalo part nya sedikit dikit ntar jadinya cerita panjng yekan.

Nahhh tugas kalian sekarang tuh vote and comen

Story In KairoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang