Peter Pan Syndrome

34 6 0
                                    

Holaholahola.........

Cieeee yg lagi baca wattapd cieeee...

Ciyeee ada yg kangen ceritanya author ciyeee

Ciyeee ada yg enggak ciyeee

Ciyeee yg belum tekan 🌟 nya ciyeee

Ciyeee yg sekarang udah tekan 🌟 nya ciyeeeee

Ciyeee yg masih mau baca ciyeeee

Dah lah, nnti readers nya marah ke author...

Oke, HAPPY READING 💖

🥇🥈🥉

Singkatnya tak semua orang yg tampak normal itu normal. Banyak di luar sana orang abnormal yang bersikap normal.

Namun tak sedikit pula orang normal yang sengaja bersikap abnormal agar mendapatkan perhatian.












Usai menyelesaikan urusannya di panti, Kabir pun membawa Syaika, Chika dan Hans ke sebuah restoran.

"Oke Syaika sesuai janji ku, aku akan mentraktir mu makan sepuasnya" jawab Kabir.

"Kenapa harus Syaika yang kau traktir?" Tanya Chika heran.

"Iya, karena Syaika harus mendapatkan jatah dari hasil kerja ku?" Jawab Kabir.

"Hah?! Kenapa gitu?" Tanya Hans terkejut.

"Paman Wildan bilang, jika aku ingin Syaika bersama ku maka aku harus menjadikannya istri. Ibu ku bilang Seorang suami harus menafkahi istrinya" jelas Kabir.

"Jadi itu sebabnya kau memaksa ku menerima jatah itu" guman Syaika pelan.

Kabir pun mengangguk antusias, Karena memang itu lah tujuannya. "Dan itu juga alasan ku ingin bekerja menjadi CEO di perusahaan ayah" tambah Kabir.

"Jadi kau ingin menjadikan Tina, ehh Syaika istrimu?" Tanya Chika agar semuanya jelas.

Syaika tampak hendak menahan Chika agar tidak menanyakan lebih. Jujur Syaika merasa malu saat Chika menanyakan hal itu. Karena topik ini terlalu sensitif di telinganya.

Tidak sampai disitu, jantung Syaika berdegub begitu kencang kala Kabir mengangguk dengan semangat.

"Ibu bilang istri adalah teman seorang pria dalam hidupnya. Selamanya" ucap Kabir kembali.

"Jadi maksudmu?" Hans pun ikut bertanya.

"Jadi, karena aku ingin berteman dengan Syaika selamanya, maka dari itu Syaika adalah istriku. Dan sekarang Syaika akan mendapatkan nafkah dari ku" jawab Kabir dengan bangga

Jantung Syaika kembali berdegup dengan kencang, sedang pria yang baru saja mengatakan hal itu tampak tak merasa bersalah sama sekali.

Drrrtttt... Drrrtttt

Ponsel Kabir bergetar dan mengundang perhatian dari mereka yang berada di meja tersebut.

"Paman Wildan menelpon ku, aku pamit sebentar yah, kalian pesan saja makannya. Kabir yang akan teraktir" ucap Kabir lalu meninggalkan meja tersebut untuk menjawab panggilan itu.










Kini Syaika mendapatkan tatapan membunuh dari kedua sahabatnya yang meminta penjelasan lebih tentang perkataan Kabir tadi.

"Lo gada niat mau jelasin?" Tanya Hans dengan nada sarkas nya.

Story In KairoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang