"dekk buruannnn nanti kita ketinggalan pesawat!"
Syaika dan Chika yg baru saja keluar dari asrama itu menatap Hans jengkel.
"Bantuin atuh jangan ngomong doang." Balas Syaika.
"Tauk nih si Abang, gak kasian sama Chika yg bawa banyak barang. Dih gak kasian sama bini nya ih" dumel Chika kesal.
Hans mendekati Chika dengan tatapan jail nya. "Utututuuu kasian banget si istrinya Abang ini" Hans mencolek pipi Chika.
Chika menghempaskan tangan Hans kasar. "Nih kalo mau bantu, bawain!" Pinta Chika kasar.
Dengan senyum nya, Hans mengambil alih koper itu. "Enteng gini kok" ucap Hans santai.
Chika hanya mendengus, sedangkan Syaika sudah memberhentikan sebuah taxi.
"Udah ayo, nanti lagi berantemnya kalo udah sampe rumah" ujar Syaika.
Hans menatap Chika. "Denger tuh dek, Tina bilang berantemnya nanti kalo udah sampe rumah. Di kamar kan Tin?" Ucap Hans menaikan turunkan alisnya itu.
"Aduhhh duhhh ketinggalan pesawat nih kayaknya kita. Yok Tin buruan, tinggalin aja om om mesum di sini" dengan cepat Chika menarik Syaika memasuki taxi.
"Idih, gua di bilang om om mesum? Chika dah lupa sama si Baginda yg otak mesumnya lebih parah" ucap Hans menggelengkan kepalanya.
10 jam 25 menit sudah mereka melakukan perjalanan. Dan tibalah mereka di Bandara Soekarno-Hatta.
"Indonesia i'm coming" teriak Syaika kala kakinya menginjak tanah Indonesia.
"Mau langsung pulang apa gimana nih?" Tanya Hans pada istrinya itu.
"Pulang aja deh bang, capek tauk" Hans mengangguk.
Lalu Hans menarik Syaika yg sedang asik memandangi sekeliling bandara itu.
"Kak, Indonesia jadi adem yah setelah aku tinggal 4 tahun" ucap Syaika di tengah perjalanan.
"Bukan Indonesia yg jadi adem, tapi kamu kan udah biasa di Mesir yg suhunya panas gitu" sahut Chika. Syaika pun hanya mengangguk.
Hans memberhentikan sebuah taxi dan memasukkan semua koper itu kedalam bagasi, lalu ia mengatakan tujuan Mereka pada sang supir.
Selama perjalanan, Syaika dan Chika asik sendiri dengan pembicaraan mereka seputar keseharian mereka, amalan amalan mereka. Sedangkan Hans? Jadi nyamuk dia.
"Gua yg udah nikah, tapi gua yg berasa jomblo" monolog Hans.
"Sudah sampai?"
Mereka pun sampai di sebuah apartemen. Syaika menatap bangunan di hadapannya itu.
"Kalian tinggal disini?" Tanya Syaika.
Kedua pasangan itu mengangguk. "Yaudah yuk masuk" ajak Chika.
Mereka pun masuk kedalam gedung apartemen itu. Hans pun membantu kedua perempuan itu untuk membawa barang mereka.
Mereka memasuki lift, dan Chika menekan anggka 4. Setelah lift terbuka, Chika dan Syaika dengan enaknya meninggalkan Hans sendirian di lift itu dengan semua barang-barang.
Hans berdecak sebal. "Ck gila ini mah parah, berasa babu bener gua"
Terpaksa Hans pun harus membawa barang barang itu sendirian.
Dengan mulut yg masih saja berkomat Kamit merutuki nasibnya,ia pun membawa semua barang itu dengan susah payah.
Sebuah pintu apartemen terbuka, dan sosok itu tak sengaja melihat Hans yg sedang kesulitan membawa barang.
Orang itu mendekati Hans untuk memastikan penglihatannya. "Pakde Hans?" Panggil orang itu.
Hans menatap ke arah orang yg memanggilnya itu. Matanya membesar, namun tak bertahan lama karena ia segera menormalkan raut wajahnya itu.
"Sip ada lo Rif, bantuin gua gih. Banyak nih bawaan gua" ucap Hans.
Dia Arif Baginda Siregar, salah satu sohib Hans yg tinggal di apartemen itu juga namun dengan hunian yg berbeda.
"Males lah, lu kan kuat" balas Arif.
Arif menengok ke kanan dan kiri. "Mana si Chika?"
"Dah masuk ke rumah duluan dan ninggalin gua" ucap Hans miris.
Arif tertawa terbahak bahak. "Kasian banget sih pakde Hans ini"
Tak peduli dengan panggilan tak mengenakan itu, Hans menyodorkan koper Syaika pada Arif.
"Bawa nih!"
Karena koper itu tak terasa berat, Arif pun menerimanya. Mereka berjalan menuju rumah Hans yg ternyata berseberangan dengan rumah Arif.
"Assalamualaikum"
Chika yg sedang menonton TV dan Syaika yg sedang melihat-lihat foto yg tertempel di dinding itu pun menoleh.
"Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh" sahut keduanya.
"Ehehehe susah ya bang bawa kopernya? Maaf yah" ucap Chika cengengesan.
"Iya susah, Untung ada si Baginda tadi" sahut Hans kesal.
Kemudian tak lama dari itu Arif muncul dari pintu. "Ni koper sapa sih Hans? Chika ya? Dasar cewek" cibir Arif.
"Woy pakabar lu Chik? Makin putih aja" sapa Arif.
"Kayak yg lu liat, gua Baek Rif. Lu sendiri pa kabar? Mana bini lu?" Tanya Chika yg melihat kebelakang Arif.
"Blom ada gua mah Chik, ntaran aja kalo dah Nemu yg pas" sahut Arif .
"Yg pas apanya Rif?" Tanya Hans ambigu.
Arif cengengesan. "Ya itu lah, lu mah sok polos njirr jijik gua"
Hans tertawa. "Iya gua paham. Lu kan guru gua"
Arif terkejut. "Mana ada ya anjir, yg ada gua yg berguru sama lu. Tapi bangke nya lu malah tobat" sahut Arif tak terima.
Syaika datang dari dapur dan meletakkan 4 cangkir teh di meja itu.
"Ini teh nya"
Arif, Hans dan Chika yg sudah duduk di sofa itu mengangguk.
"Cewek ini sapa Hans? Bini kedua lu ya? Gila parah, gak puas emang punya 1 bini?" Tuduh Arif.
Arif pun mendapatkan hadiah Bogeman dari Hans. "Sembarangan, dia ni babu gua tau. Impor dari Kairo" ucap Hans dengan nada candaannya.
Arif semakin tercengang. "Gila! Bener bener gak puas lu sama Chika sampe bawa babu buat puasin Lo? Bangsat lu anjirr"
Plakkkk.....
Arif pun mendapatkan tamparan di wajahnya itu. "Kalo ngomong suka asal. Dia Kristina Asera? Lo lupa sama dia?" Ucap Chika murka.
Arif menaikan sebelah alisnya dengan wajah konyol. "Mana percaya gua kalo dia si bantet itu. Emng sih badan nih orng rada mirip sama si Kris" ucap Arif menilai tubuh Syaika.
"Dan setau gua Kris itu bobrok anaknya. Dan gua yakin Kristina gak mungkin mau pake cadar" ucapnya lagi.
Syaika pun mengambil alih koper yg berada di samping Arif. Ia mencoba mencari sesuatu di sana. Sedangkan yg lainnya hanya memperhatikan itu.
Dengan senyum licik di balik cadarnya itu, Syaika melemparkan sesuatu ke arah Arif.
"KECOA!!!!!!!"
****
Dah panjang nih. Gantung yah? Gapapa sih gantung dikit.
Jangan lupa vote and comen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story In Kairo
FanficBeasiswa lanjutan membuat Syaika melanjutkan kembali studi nya di Kairo, Mesir. Melanjutkan pendidikannya di Kairo ternyata adalah pilihan yg sangat bagus bagi Syaika, karena di saat yg bersamaan pula kedua sahabat dekatnya mendapatkan beasiswa di K...