nine | library

98 18 82
                                    

________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________

Yoora dan Haebin menatap miris cowok berambut kuning neon dari ambang pintu kelas. Cowok itu terlihat mengantuk dan duduk tidak bergairah di sebelah tempat duduknya. Yang Yoora perhatikan, Yeonjun hanya menatap langit biru lewat jendela kelas dan melipat kedua tangannya di atas meja sebagai bantalan kepala. Ia sama sekali tidak tertarik dengan presensi guru Agama yang mulai menjelaskan materi. Ah, bukannya ia memang selalu seperti itu? batin Yoora.

Istirahat sudah selesai dari sepuluh menit yang lalu, namun Yoora sengaja mengulur waktu dan pergi ke toilet untuk berkali-kali membasuh wajahnya karena tidak siap untuk duduk satu bangku dengan si bejat yang tidak bisa ia terima sebagai ketua kelasnya.

"Apa lo gak bisa duduk sama gue aja gitu, Bin?" gumamnya dengan memelas, sayangnya gadis bernama Haebin itu malah tersenyum kala menatap Soobin yang juga membalas senyuman dan melambaikan tangan padanya.

'WTFFF! Kenapa temen gue harus jatuh cinta secepat ini ya tuhan...'

Berfikir untuk menjauhi Choi Yeonjun memang tidak ada akhirnya bagi Yoora, ia memutuskan untuk masuk ke kelas dan perlahan duduk di sebelah cowok itu.

"Hai, Mniez."

Lihat, dari sapaannya saja Yoora sudah merasa muak dengan segala kejametannya dan ingin kembali ke toilet saja.

Yoora bangkit dari duduknya berniat akan izin ke toilet, namun pada saat bersamaan Beomgyu yang duduk dibelakang mereka mengacungkan tangannya lantas ia berkata dengan suara baritonnya, "Pak! teman kita yang satu ini sudah menjabat sebagai ketua kelas baru, can we applaud him?"

Yoora akhirnya kembali duduk dan mengurungkan niatnya.

Guru agama yang sudah berumur dan kekurangan rambut itu mengangguk, "Semuanya tolong berikan tepuk tangan dan doa untuk Choi Yeonjun."

Seisi kelas memberinya tepuk tangan dengan meriah, kecuali Yoora.

"Yoora tepuk tangan," bisiknya tepat di telinga Yoora. Membuat Yoora mau tidak mau harus menggerakkan kedua tangannya itu.

"Kamsahamnida, sudah lama sekali pak saya ingin berada di jabatan ini dengan sekretaris saya," katanya mulai berlagak, hih menyebalkan.

"Bagus Choi Yeonjun, semoga kamu dengan Yoora bisa amanah," balas Guru Agama itu dan melanjutkan mencatat di papan tulis.

Yoora semakin resah dan kembali menunjukkan tatapan miris pada gurunya.

"Lo gak mau nanya kenapa gue kes—"

Yoora mengacungkan tangan kanannya, "Pak? Apa saya boleh izin ke toilet?"

treat you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang