Wahai, Langit ...
Tanyakan pada-Nya, mengapa Dia menciptakan sekeping hati ini?
Begitu rapuh dan mudah terluka ...
Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta
Begitu kuat dan kokoh saat berselimut cinta dan asa ...Mengapa Dia menciptakan rasa sayang dan rindu?
Di dalam hati ini ...
Mengisi kekosongan di dalamnya
Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasihMenimbulkan segudang tanya
Menghimpun berjuta asa
Memberikan semangat ...
Juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira
Mengapa Dia menciptakan kegelisahan dalam relung jiwa?
Mengimpit bayangan
Menyesakkan dada ....
Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa ...
~Sayap-Sayap Patah, Kahlil Gibran~
Cinta memang ajaib. Berkali terluka bahkan patah, tetapi atas nama cinta dia sembuh dengan sendirinya.[Aku sedang di rumah Aina, aku mau melamarnya. Aku gugup. Khawatir jika orangtuanya menolakku lagi.]
Kubaca sekali lagi pesan WA yang dikirim oleh Arya. Baru sebulan lalu, Arya bercerita dia ke rumah Aina untuk meminta restu hubungan mereka. Namun jangankan bicara, orangtua Aina bahkan tidak sudi bertemu Arya.
Apes bener, saat perjalanan pulang dari pasar, tiba-tiba rantai sepeda motor Putra putus. Seperti pertanda, putus sudah harapan merajut kasih bersama Arya.
Apa yang harus kubalas? Haruskah kuberi dukungan doa seperti selama ini yang kulakukan, ataukah mengabaikan kenyataan bahwa dia tak pernah memberiku kabar duka ini?
[Jangan gugup. Bismillah, Insyaallah kali ini kamu diterima. Aku selalu mendoakan yang terbaik.]
Ah, tak kusangka kalimat itu yang kukirim. Mendoakannya? Benarkah aku tulus? Mengapa seperti mencabut duri yang tertusuk di ibu jari. Sakit. Namun, tetap harus dilakukan.
“Ra, motornya sudah selesai diperbaiki, tuh.” Ibu menepuk bahuku.
“Berapa, Pak?” tanyaku pada pemilik bengkel.
“Tiga puluh lima ribu,” jawabnya.
Aku mengeluarkan uang dari dalam dompet dan menyerahkannya. Selama lima belas menit perjalanan, pikiranku tersita pada Arya. Di benakku, terbayang dia sedang duduk bersitegang dengan orangtua Aina. Bagaimanapun, aku jadi penasaran ingin tahu hasil pertemuan Arya ke rumah Aina. Namun, aku tidak cukup punya keberanian menanyakannya.
***
Libur lebaran telah usai. Hari ini pertama masuk kantor setelah libur seminggu. Aku takut bertemu Arya, takut menghadapi kenyataan. Bukankah biasanya orang akan melakukan resepsi pernikahan di bulan baik ini?Dua minggu berlalu, kabar yang kukhawatirkan tidak pernah terdengar. Namun, sikap Arya tidak seperti biasa. Dia menjaga jarak. Aku tak pernah tahu dan tak pernah berani bertanya. Sampai kenyataan itu terungkap dengan sendirinya.
Kemarin, tanpa sengaja aku melihat wallpaper di layar ponselnya saat meletakkan berkas di atas meja kerjanya. Foto selfie Arya dan Aina berlatar laut. Sepertinya, laut itu adalah tempat pertama kali Arya menciumku. Ironis sekali. Rian membawaku ke tempat itu, lalu aku membawa Arya ke sana. Kemudian, Arya mengukir kenangan di sana bersama Aina.
“Bapak dengar, Pak Arya sudah melamar kekasihnya,” ucap Pak Prapto ketika aku mengecek stok barang di gudang. Pak Prapto menjabat sebagai Kepala Gudang.
Aku menghentikan sejenak kegiatanku, serasa lemas sendi-sendi jariku. Harusnya berita ini tidak mengejutkan, bukankah sebelumnya Arya juga sudah mengabariku. Namun, tak kusangka berita ini juga diketahui oleh Pak Prapto.
“Kamu juga sudah dengar?” tanyanya kemudian.
“Sudah, Pak,” jawabku terbata.
“Bapak tahu kalian dekat, semua juga bisa lihat. Memang wajar, karena kalian masih sama-sama single. Tapi, kalau Pak Arya sudah melamar kekasihnya, tandanya dia sudah serius. Kemarin saat selesai dinas luar, Bapak iseng nanyain hubungan Pak Arya dengan kamu. Katanya, kalian cuma teman dan Pak Arya sudah melamar kekasihnya. Bapak bicara seperti ini karena merasa sebagai yang paling tua di kantor ini, Bapak berkewajiban mengingatkan jika ada yang salah. Bapak cuma nggak mau kamu lebih terluka dan meminta Pak Arya untuk tidak memberikan harapan padamu,” ucap Pak Prapto hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan dan Kenangan
Romance"Aku tidak punya alasan mencintai, seperti kayu habis dibakar api atau daun yang jatuh oleh angin. Aku hanya tahu bahwa saat ini aku mencintaimu dengan sepenuh jiwa, jiwa yang terluka." Kinara Larasati mencintai dan menganggap Arya Alvaro adalah jod...