Edo mencocokkan alamat dengan gedung berlantai enam itu. Prima design, itu namanya, cocok dengan kartu nama yang dipegang oleh Edo.
Edo melangkah walau ragu, dia melewati pintu kaca dan langsung disambut oleh satpam. Edo tau, dia dipandang aneh oleh satpam itu, mungkin karena dia hanya memaki celana jins belel dan baju kaus yang warnanya telah pudar.
"Maaf, mau cari siapa, ya?"
Nada itu terkesan menyelidik. Langkah Edo terhenti.
"Saya disuruh menemui ini," sahut Edo sambil menyerahkan kartu nama milik Anita. Pria bertubuh gemuk itu memandang Edo dan kartu nama secara bergantian.
"Tunggu di sini! Siapa namamu?"
"Baik, Pak. Saya Edo."
Edo berdiri menunggu persis di dekat pintu kaca, tatapan heran dan ingin tau selalu mengarah padanya. Sebagian besar dari mereka berpakaian rapi dan modis. Ada juga berpakaian gaul, tapi baju yang digunakannya jelas barang bermerek.
"Mas sudah ditunggu, di lantai dua. Mas lihat saja ruangan yang pintunya memakai cat warna ungu muda."
"Makasih, Pak." Edo tersenyum semringah.
Dari pada mengunakan lift, Edo lebih memilih menggunakan tangga manual. Lantai dua itu ternyata berisi beberapa meja kerja yang orang-orangnya fukos dengan komputer masing-masing. Sama sekali tak mengacuhkan Edo.
Edo melihat, ada satu ruangan yang sama persis seperti yang dijelaskan oleh Pak Satpam. Pintu dengan cat ungu muda.
Edo mengetuk perlahan, terdengar sahutan dari dalam.
"Masuk!"
Tampaklah seorang wanita berkaca mata tengah sibuk mencoret-coret sebuah kertas yang dibentangkan di meja berukuran lebar.
"Permisi." Edo masuk dengan canggung.
Wanita itu mengenakan blezer biru laut dengan tanktop hitam di bagian dalam, dipadukan dengan celana dasar bewarna hitam. Rambutnya yang panjang bewarna cokelat tua diikat sebagian, dan sisanya menjuntai di punggung.
"Silahkan duduk! Aku tau kamu akan datang," kata Anita dengan senyum menang, dia menaruh pensil di tangannya di atas meja komputernya.
"Jadi, saya ingin tau, pekerjaan apa." Edo tak ingin berbasa-basi. Edo merasa, aura penguasa wanita di depannya cukup kuat, dia selalu menatap lawan bicara tepat di mata dan memberikan kesan intimidasi.
"Santai dulu, kamu mau minum apa?"
"Tidak usah."
Anita tersenyum tipis.
"Baik, saya akan jelaskan."
***
Uni, kok updatenya cuma dikit?Sayku, aku lagi bagi waktu, antara KBM dan wattpad, dari pada nggak update, aku usahakan walau dikit.
Di KBM app, pembaca dibayar Lo, kamu tinggal share cerita, jika yang mendapat Share membaca, maka akan tertera royaltinya di menu Afiliasi secara otomatis. Follow akun aku di sana ya. Kebanyakan penulis femes di wattpad pada pindah ke sana.😁
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI KONTRAK(AN)
ChickLitCantik, kaya, sukses, semua ada pada Anita. Kecuali suami. Di usianya yang ketiga puluh dua, dia masih melajang. Saat desakan menikah bagaikan teror, Anita pikir, dia butuh suami kontrak. Dan Edo, si pengamen ganteng cocok untuk itu.