•° Rumah Arion °•

19 7 0
                                    

Setelah hari ulang tahunnya, Dara tidak begitu bersemangat. Dia tidak sehat, tubuhnya drop. Makin parah ketika hari terakhir PTS genap. Padahal ia sudah minum obat penurun panas, namun belum juga sembuh.

Belajarnya menjadi sedikit terganggu karena kondisi kesehatannya. Dara takut nilainya turun lagi. Ujian sebelumnya Dara peringkat dua saja sudah dihadiahi tamparan oleh ayahnya, bagaimana jika nilainya turun lagi? Mungkin Dara bisa disiksa lebih buruk lagi.

Dara berjalan lesu di koridor sekolah yang sudah sepi. Tadi ia duduk cukup lama di bangkunya karena terlalu pusing. Kali ini Dara berharap Arion datang menawarkan jasa antar pulangnya lagi kepada Dara.

Tapi sepertinya nasib baik sedang tidak berpihak pada Dara, ia harus menerima kenyataan jika Arion tidak ada di depan sekolah. Biasanya laki-laki itu menunggunya walaupun Dara keluar sangat lama. Dara menghela nafas pasrah. Mungkin Arion juga lelah harus selalu menunggunya dan mengajaknya pulang namun selalu ditolak oleh Dara.

Sial untuk kedua kalinya hari ini, tidak ada angkutan umum yang lewat padahal Dara sudah menunggu sekitar 20 menit. Mau tidak mau Dara harus pulang jalan kaki. Sebenarnya tidak harus jalan kaki, tapi Dara tidak ingin membuang uang berharganya untuk naik angkutan online. Lebih baik ia belikan nasi padang.

Dara berjalan menunduk upaya meminimalisir rasa pusingnya. Tiba-tiba seseorang melewatinya dari samping dan berdiri di depannya. Hal itu membuat langkah kaki Dara terhenti. Ia mendongakkan kepalanya untuk mengetahui siapa yang menghadang jalannya.

Ah, ternyata itu Arion. Tolonglah mengapa engkau tidak muncul dari tadi wahai Daffin Damarion. "Kok lo jalan?" tanya Arion. Dara menghela nafas. "Tadi gue nyari lo, tapi lo gak ada. Tadinya juga gue mau naik angkot, tapi gak ada yang lewat. Yaudah gue jalan," jawab Dara sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.

Kali ini Arion tidak bisa menunggu Dara karena tadi temannya mencontek punya Arion, tapi malah Arion yang dikira mecontek, jadi ia mengerjakan ulang di ruang guru. Arion memicingkan mata. Tidak biasanya Dara menunggunya. Biasanya Arion harus menunggunya dan mengajaknya pulang baru ditolak. Silahkan digaris bawahi kata ditolak.

Ada yang aneh dengan Dara. Arion sedikit membungkukkan tubuhnya untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Dara. Yang dia liat wajahnya pucat seperti orang tidak sehat. Arion menempelkan tangannya di dahi Dara. "Mau ngapain lo?" tanya Dara.

Ternyata Dara demam. Tubuhnya sangat panas. Bisa jadi tangan Arion yang hangat sekarang sangat dingin bagi dahi Dara. "Lo sakit. Ayo ke klinik," ajak Arion sambil menarik pelan tangan Dara.

Dara menahannya. Dia merasa tidak perlu itu. Ia ingin pulang, minum obat, lalu tidur. Bukannya Dara takut suntikan atau apapun itu, Dara hanya tidak suka bau rumah sakit. Itu mengingatkannya pada ibunya. "Gak. Tolong anter gue pulang," tolak Dara.

"Udah berapa lama lo gak sehat kayak gini?" tanya Arion. Dara tidak tahu pasti itu kapan. Yang jelas satu atau dua hari setelah hari ulang tahunnya. "Sabtu? Minggu? Antara itu. Gue gak inget. Udah ayo anter gue pulang," jawab Dara.

"Itu lo sakit Dara!" bentak Arion yang membuat Dara sedikit kaget. "Apa gue harus galak dulu biar lo nurut sama gue?! Iya gitu?!" Kini Arion benar-benar marah. Dara sedikit takut. Namun marahnya Arion berbeda dengan marah ayahnya.

Dara menunduk, dia benar-benar takut. Mungkin jika dia tidak salah dia bisa melawannya, namun dia sadar dia agak batu dengan orang yang peduli dengannya.

"Ayo ke klinik. Gue gak mau lo sakit," ujar Arion menarik tangan Dara. Mereka ke klinik sesuai arahan sang pengemudi, Arion. Tidak ada percakapan antara mereka, Dara masih takut sedangkan Arion fokus mengemudi.

"Jangan tolak kepedulian gue, Ra."

•••

Di sepanjang perjalanan menuju Klinik yang cukup lumayan jauh dari sekolah membuat Dara semakin lelah, kepalanya sangat pusing, Membuat keseluruhan yang ia lihat menjadi gelap. Sehingga membuat kepalanya terjatuh kepundak Arion. Arion yang menyadarinya, langsung menarik tangan Dara untuk memegang pinggangnya agar tidak jatuh.

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang