Hari ini para siswa-siswi sudah mulai kembali ke sekolah untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sebelum bel masuk, seperti biasa Dara belajar materi hari ini yang akan dipelajari. Dikarenakan juga kelas belum terlalu penuh, jadi Dara bisa konsentrasi dan mudah mencerna materi yang ia pelajari.
Brak!
Ghea yang baru datang, langsung menggebrak meja Dara. Sengaja, karena ingin mengusili si empunya. "Serius banget mbak belajarnya!"
Dara yang tadinya sedang fokus membaca buku, tentu saja terkejut karena ulah perempuan bernama Ghea itu. "Jangan kayak setan deh lo, ganggu orang lagi belajar aja," ujar Dara, lalu kembali fokus pada bukunya.
"Hehe, ya maaf mbak," Ucap Ghea dan langsung menaruh tasnya, duduk di sebelah Dara.
Merasa diabaikan. Ghea mendengus sambil melirik Dara. "Lu baca buku ap-. Astaga Daraaa! Itu tangan lo kenapa diperban gitu?! Pasti lukanya parah ya, Ra?," Ghea merasa panik sendiri dan mendekat ke arah Dara, saat melihat telapak tangan teman sebangkunya itu dibalut perban.
Dara berdecak sebal. "Gak usah lebay deh. Ini gapapa, cuma kebeset cutter," jawab Dara dan menyingkirkan wajah Ghea yang mendekat cukup dekat dengan wajahnya.
"Kata lo gapapa? Buset, gue gak ngerti lagi sama lo, Ra," ujar Ghea dan memalingkan wajahnya ke arah pintu.
Dari pintu ada seseorang masuk ke dalam kelas, dan berjalan menghampiri meja Dara, membuat mata Ghea mengikuti gerak-gerik orang itu.
"Dara," Panggil seseorang itu. Dara yang mendengar namanya dipanggil pun mendongakkan kepalanya, guna melihat orang yang tadi menyebut namanya.
Orang itu adalah Anya. Siswi yang kemarin dibantu oleh Dara dari pembullyan. Anya menaruh kotak makannya di meja Dara. "Eum. Gue bawain kue buat lo. Makasih ya yang kamaren, karena udah nolongin gue, sampai-sampai tangan lo luka." ujarnya.
Dara mengernyit heran, haruskah seperti ini? Bukan apa-apa, Dara menjadi merasa tidak enak, padahal ia ikhlas menolong Anya. Dengan sedikit tak enak hati, Dara mengangguk. "Gak gue terima kalo nanti lo ga ikut gue sama Ghea ke kantin."
Anya berpikir sebentar. "Eumm. Gimana ya, Ra"
"Kalo lo gak mau, gue gak mau nerima kue lo ini. Terus nanti gue bilang Clarissa buat bully lo lagi," ujar Dara yang memaksa Anya secara tak langsung.
"E-eh, jangan gitu dong. Yaudah deh gue ikut." Balas Anya sambil tersenyum kecil.
Tak lama mereka berbincang-bincang. Ghea juga langsung dekat dengan Anya karena kepribadiannya yang ramah dan friendly. Tak lama kemudian bel masuk pun berbunyi. Kegiatan belajar mengajar akan segera dimulai.
•••
Kriiing!
Bel istirahat pertama berbunyi. Sesuai kesepakatan, Anya benar-benar diajak dengan sedikit pemaksaan oleh Dara dan juga Ghea. Sesampainya di kantin ketiganya memesan menu makanan yang ada.
Mereka mencari meja yang kosong untuk di tempati. "Duduk di sana aja, Ra," Ujar Ghea menunjuk ke arah meja yang kosong. Dara melihat yang di tunjukkan Ghea. Namun, di sebelah meja itu ada Clarissa and the genk. Dara sangat peka pasti Anya sangat takut. Dan benar saja, saat Dara melihat wajah Anya, wajah perempuan itu terlihat sedikit risau. "Jangan takut. Ada gue," bisik Dara.
Mereka pun memutuskan berjalan ke arah meja itu. Clarissa yang menyadari kedatangan Dara, ia mulai pergi dari mejanya diikuti dengan teman-temannya yang lain.
"Ngapa tuh orang, kita dateng malah pergi," ujar Ghea merasa bingung.
Dara memutar bola matanya malas. "Makan aja sih. Ribet amat hidup lo mikirin hidup orang. Kurang capek tadi belajar fisika?," ujar Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together
Fiksi RemajaKisah Seorang remaja laki-laki yang bernama Daffin Damarion Ardiota yang memiliki saingan bernama Adara Skandinavia Aulya karena memperebutkan predikat murid terpintar. Suatu hari karena keisengannya, ia mendapat tantangan tak bermutu dari sahabatny...