•° Tujuh Belasan °•

30 15 0
                                    

Tak terasa satu bulan berlalu. Kini SMA Angkasa Bhaktitama tengah menyiapkan acara untuk merayakan hari kemerdekaan. Para anggota OSIS dan pengurus kelas sudah disibukkan untuk mengajak para siswa berpartisipasi di hari penting itu.

Di kelas X IPS 3, suasananya sedikit ricuh karena beberapa orang sibuk mendaftarkan diri. Hampir seluruh siswa kelas X IPS 3 berpartisipasi, dapat dilihat dari pengurus OSIS yang dikerumuni banyak orang.

Sedangkan Arion hanya memperhatikan dari tempat duduknya. Dirinya sangat tidak tertarik dengan kegiatan apapun yang menguras tenaga.

"Arion aja tuh!"

Mendengar namanya disebut, Arion tadinya hampir masuk ke alam mimpi, langsung tersadar lagi. "Kenapa?," tanya Arion sambil tersenyum kikuk. Sedikit merasa tidak nyaman karena ditatap oleh teman-teman sekelasnya.

"lo ikut lomba lari ya," ujar Vano, si ketua kelas.

Arion menggeleng, tanda tidak mau. "Gak. Gue gak bisa, cari aja yang lain."

Si ketua kelas berjalan menghampiri tempat duduk Arion. "Kenapa? Takut kalah?," tanya Vano yang berusaha memancing Arion, dengan berpura-pura meremehkannya.

"Kaki gue pernah patah, jadi gak bisa lari cepet. Dah sana cari aja yang lain," Arion bohong untuk menolaknya. Tapi sebenarnya bukan itu alasannya.

Vano menghembuskan napas kasar, "Ayolah. Gak penting mau kalah atau menang, yang penting ikut aja dulu."

"Emangnya gue doang yang gak ikut? Kan masih ba-"

"Sisanya berhalangan, gak bisa hadir," Vano menyela ucapan Arion.

"Ayo lah, ion. Masa lari doang gak bisa?"

"Tau nih, ikutlah. Katanya solidaritas tanpa batas"

"Arion! Arion! Arion!"

Mendengar namanya disoraki, dengan terpaksa Arion mengiyakan, sebelum teman-teman sekelasnya semakin menjadi-jadi. "Tau deh, terserah!" ujar Arion pada akhirnya.

Setelah itu, kelas menjadi lebih tenang saat anggota OSIS menyuruh untuk diam. "Anjim! Kenapa gak nyuruh diem dari tadi sih?! Mampus dah gue" gumam Arion, mengeluh.

Karena tidak ada lagi siswa yang daftar lomba, dan tidak ada pilihan apapun lagi. OSIS pun mendaftarkan namanya Arion, sebagai peserta lomba, "Oke, Arion ya. Namanya sudah saya daftar." Ucap salah satu OSIS, yang membuat Arion melirik malas.

Dayyan yang baru memasuki kelas itu langsung menghampiri Arion. Pasalnya dari jauh dia mendengar di kelasnya, teman-temannya menyoraki nama Arion. "Yon, lo serius mau ikut lomba lari?," Dayyan memastikan keadaan temannya itu.

"Hmm."

"Hmm apa? Himpunan mahasiswa multimedia?"

Arion menatapnya tajam. Matanya seakan menusuk mata Dayyan. Dan hal itu membuat orang yang ditatap merinding. "Soudtracknya Nissa Sabyan," jawab Arion yang membuat Dayyan menghela nafas lega.

"Eh serius nyet. Nanti jan—"

Arion menatapnya tajam lagu. Lebih tajam dari yang sebelumnya. Seperti ingin membunuh Dayyan. Masalahnya, suara Dayyan itu sangat menggelegar di dalam kelas walaupun kelas sedang sangat ricuh.

"Oke oke. Maksud gue, gimana nanti keadaan lo abis lomba. Gue gak bisa gotong lo kalo lo pingsan soalnya pas lo lomba, gue juga lomba."

"Ya elah santuy aja. Gua bisa nenangin diri sendiri. Btw, ikut lomba apaan lo, Yan?" tanya Arion penasaran. Karena biasanya saat di SMP, saat ada acara seperti ini Dayyan selalu menyembunyikan diri entah di mana.

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang