Dara menjabat tangan yang sedari tadi diulurkan oleh Arion. Jabatan tangannya dan tatapan Dara membuat Arion bergidik ngeri. Dara membuka suara, "Kenalin. Gue Adara Skandinavia Aulya. Yang mulai besok sampai seterusnya akan jadi saingan lo."Dara meninggalkan Arion. Tidak lupa membawa air mineral yang tadi ia jadikan hak milik.
Sedangkan Arion menatap punggung Dara yang pergi meninggalkannya. Arion masih merinding, "Alhamdulillah masih hidup. Tatapannya kayak mau nerkam gue. Gila, gue mending ketemu mbak kunti daripada ditatap dia. Lebih serem dia anying."
• • •
Dara masuk ke kelasnya. Aneh, kambingnya tidak ada. Maksudnya bukan kambing hewan, maksud Dara adalah kakak pembimbing. Suasana kelas pun menjadi ricuh.
Dara sedikit merasa bingung. Bagaimana bisa para manusia di kelas ini bisa kenal dekat secepat itu. Bahkan Dara sendiri belum kenal satu pun orang di kelas ini. Padahal ini sudah hari ketiga. Kemarin dan kemarinnya lagi hanya murid yang datang paling akhir yang duduk dengan Dara. Dan tentu saja ia tidak mengobrol atau ke kantin. Dia mencari tanda tangan OSIS. Tidak berguna, pikir Dara.
Tok! Tok! Tok!
Seseorang mengetuk meja di samping Dara. Reflek Dara menoleh. Matanya menangkap seorang perempuan cantik, namun tidak terlalu tinggi, serta gaya berpenampilan yang bisa dibilang elit.
"Boleh duduk di sini?" tanya perempuan itu.
Dara mengangguk samar. "Duduk aja, mejanya punya sekolah kok bukan punya gua," Dara mengonfirmasi dengan nada dingin.
Orang itu duduk. Gila banget. Ini udah jam berapa. Dan dia baru masuk kelas, dengan santainya. Tunggu, penampilan elit dan masuk telat dengan santainya. Ah, kini Dara mengerti. Orang kaya rupanya.
"Nama lo siapa?" tanya si perempuan tadi.
"Dara," jawab Dara singkat
"oh, Dara. Gue Ghea, Gheanda Faaza Adelia. Salam kenal yaa,” nada perempuan itu terdengar lebih santai saat menyebutkan namanya.
Dara pun banyak mengobrol dengan Ghea. Ya walaupun Dara jarang bicara, jujur saja topik pembicaraan dari Ghea itu asik. Dara tidak merasa bosan kalau mengobrol dengannya.
Waktu istirahat telah masuk. Dara bingung karena tanda tangan OSIS kurang satu. Sedangkan Ghea bilang dia sudah semua sejak hari pertama. Ya bisa jadi kan dia mengumpulkan seluruh anggota OSIS dan meminta tanda tangannya.
Dara memilih ke perpustakaan. Dia suka baca novel. Lebih tepatnya yang bergenre horor, apalagi pembunuhan berantai. Meski wajah dan kegemarannya seperti psikopat, dia masih punya hati yang hello kitty.
Perpustakaan di sini mengizinkan meminjam buku maksimal 3 buku. Dan tentu saja Dara meminjam 3 buku novel. Setelah itu ia berencana keliling sekolah untuk meminta satu lagi tanda tangan OSIS. Saat melewati laboratorium komputer Dara berjalan sambil melamun. Tiba-tiba....
Bruk!
Dara tidak sengaja menabrak seseorang. Ketiga buku novel dan buku tulisnya jatuh. Ia pum langsung menunduk untuk mengambil buku buku itu. Dibantu orang yang ditabraknya. "Maaf ya, kak. Gak liat tadi," Dara meminta maaf. Meskipun dingin dia masih punya tahu diri dan rasa bersalah.
"Iya dek. Gapapa," ucap seseorang itu, yang tampak seperti kakak kelas.
Kakak itu pergi. Dara baru sadar. Laki-laki itu pakai almamater OSIS. Dan dia belum pernah bertemu orang itu saat meminta tanda tangan. Dara pun buru-buru memanggil kakak kelasnya yang belum terlalu jauh, "eh! Kak!" panggil Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together
Novela JuvenilKisah Seorang remaja laki-laki yang bernama Daffin Damarion Ardiota yang memiliki saingan bernama Adara Skandinavia Aulya karena memperebutkan predikat murid terpintar. Suatu hari karena keisengannya, ia mendapat tantangan tak bermutu dari sahabatny...