Puisi Pahlawanku Menorehkan Bakti(Puisi Hari Pahlawan)

72 3 0
                                    

Puisi Pahlawanku Menorehkan Bakti(Puisi Hari Pahlawan)

Dibalik bulan november yang tertanggal
Tersembunyi kisah di dalam harunya kenangan
Dihari dan dimasa ini kita memperingati
Dimasa silam pahlawan tengah berjuang
Perang Surabaya dikira 3 hari menjadi 3 minggu
Bermodal tongkat dan tekat berupaya menegakkan keadilan
Berjuang menyatukan impian melahirkan kenyataan
Darah dan keringat teman setianya
Tubuh yang lelah dikalahkan tekat
Dan di Surabaya
Walau pamflet-pamflet disebarkan
Berisikan ultimatum yang mengancam
Walau takut melayang-layang di udara
Sebab telah dirajai suara pesawat mencekam
Namun dengan semangat dan cita-cita berkobar
Menyala-nyala membakar menghanguskan
Sisa-sisa nekolim, dibumi dicengkeram
Malahan membikin rasa pedih yang menyentuh
Membangunkan kesadaran yang senasib
Yang tertidur dan tenggelam dalam buminya bangsa Indonesia
Yang kini bangkit beranjak dari tidur
Sebab muncul gejolak-gejolak dalam hati
Suatu gerak perasaan yang bermuncullan
Ketika kemanusiaan dilukai
Oleh segala bentuk penindasan yang mengucur 
Lalu mengalirkan apa yang disebut darah yang merah itu
Untuk sebuah kemerdekaan yang suci
Serta tulang yang putih itu
Kini merah dan putih menjadi simbol
Abadi dalam benderanya seluruh Indonesia
Kemerdekaan bagi dan teruntuk rakyat Indonesia
Kemerdekaan memulihkan nama Indonesia
Nama yang terbenam, 350 tahun penjajahan
Selama itu pula terbenam 5 mutiara kita yang cermerlang
Kemerdekaan ini tidak diperoleh dengan gratis
Jutaan jiwa harus gugur tuk beroleh merdeka
Tak ada menikmati, kita hanya bisa membayangkan
Berabad-abad dikurung keputusasaan
Menyebabkan pelarian kepada dunia khayal
Kita makan tempe, dan bangsa kita diberi nama bangsa tempe
Bahkan tertulis peringatan di kolam renang
Terlarang bagi anjing dan Inlander/bumi putera
Anjing di dahulukan, dapat seorang yang rawan hati tidak tersinggung
Eksploitasi sumber daya alam, eksploitasi manusia
Abad 19 dipenuhi jeritan-jeritan ratap tangis
Anak-anak yang dilahirkan di abad 20
Bukan untuk bermimpi lagi, mereka dilahirkan untuk bangun
Bangun bersama Bergerak serentak
Tuk menghidupi mimpi dari benih-benih kelahiran yang ditanam sendiri
1908, tahun kebangkitan Nasional menjadi benih
1928, menjadi pendewasanya
1941-1945, tahun-tahun penasionalisasi bahasa, bahasa Indonesia
1945, menjadi tahun pembuktian dan pembuka mata dunia
1949, menjadi bangsa yang merdeka dan memberi nama kembali
Setelah berabad-abad dibelenggu ketakutan
Sekarang telah bersama kita, melawan bersama
Menghasilkan perjuangan panjang penuh jerih payah
Membikin sejarah baru, dimana kita menulisnya sendiri
Memiliki kemerdekaan, menentukan nasibnya sendiri
Kemerdekaan ini dari hasil perjuangan merdeka atau mati
Oleh pahlawanku yang gagah berani
Mereka yang dikandung dan dilahirkan 2 ibu
Generasi awal, lahir dalam kedewasaan kesadaran
Ketika kemanusiaan kita diinjak-injak
Belajar dari yang lampau
Dimana perjuangan kita dalam daerah yang kecil
Dan dalam kelompok yang kecil, belum lagi adu domba
Yang mana selalu membuahkan kekalahan
Sekarang tidak lagi, mereka dewasa fikirnya untuk bersatu
Melawan segala, menularkan semangat anti nekolim
Merekalah yang sadar, bahwa ...
Mereka telah bosan didikte, hidup tertatih-tatih
Mereka sudah bosan membungkuk dan meminta
Menunduk meminta, menunduk meminta
Yang tidak diberikan kepada seorangpun
Merasa rendah dan menjadi bangsa rendah diantara bangsa lain
Mentalitas yang mengurung cita-cita, kita hidup dalam kegelapan
Pahlawan engkau membuyarkan kegelapan, memberikan terang
Dimana perbedaan-perbedaan berhasil disatukan
Menjadikan perjuangan kedaerahan menjadi perjuangan kebangsaan
Membawa mimpi buruk lepasnya semua kendali penjajahan
Menjadikan tidak percaya mereka
Sedang di kami, kami ingin mengingini .....
Kebebasan ibu pertiwi, itulah pilihan yang diambil
Sekali-kalipun penuh liku jalannya menyesatkan jiwa
Membela negeri sampai mati, sumbangsih yang ikhlas
Hingga tiba merdekalah kami bangsa Indonesia
Kemerdekaan telah berkibar bersama benderanya
Revolusi telah terbakar bersama selesainya pembacaan proklamasi
Dan tahun-tahun setelahnya 
Penurunan bendera adalah harus melangkahi mayat-mayat
Segenap Rakyat Indonesia membela, 72 juta orang membelanya
Namun ingatlah merdeka bukanlah tujuan akhir
Ibu Pertiwi masih harus mendidik
Anak-anak yang lahir di abad 21 adalah pahlawan selanjutnya
Meneruskan cita-cita mereka yang badan sudah termakan tanah
Namun masih hidup, cita-cita tidak pernah mati
Sebab bangsa ini telah dan masih merdeka
Jangan engkau bunuh pahlawan untuk kedua kalinya
Dengan menbunuh cita-cita merdeka
Dengan kukusnya harapan kemerdekaan Indonesia setelahnya
Marilah kita ingat kembali, negara kita didirikan
Didasarkan kepada Pancasila, Undang-undang 1945
Terlukis abadi dalam ingatan bangsa turun-temurun
Sejarah kita mengingatkan kita kepadamu
Perjuangan kerasmu merebut tanah yang bisa dinikmati
Perjuangan menciptakan kemakmuran rakyat adalah perjuangan untuk kita
Jangan sampai ada tetap, gedung megah dibalas gubuk tiris
Rakyat kita marhaen, dan petani dan nelayan
Menghidupi mimpi dari padi yang ditanam sendiri
Menghidupi mimpi dari ikan yang ditangkap sendiri
Kesederhaan panutan hidup, dapat untung dilipat dan ditabung
Gotong royong sikap hidup
Membangun persatuan dalam lingkup
Harus diterapkan dan diupayakan
Supaya menjalar-jalar mengenai keseluruhan
Dari balik kata-kata yang tak sebanding tindakanmu
Terima kasih ini untukmu-pahlawanku.
Selesai

Puisi Untuk IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang