Afterall the world is a stage and the stage is a world of entertainment.
-Alastor《■■■■■》
Bumi sudah tamat, mungkin hanya menunggu waktu hingga benar-benar hancur.
Mulai dari hewan sampai manusia sudah banyak kembali alam, sudah menyatu.
Sementara para manusia yang tersisa kini dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok atas, menengah dan bawah.
Mereka yang berkuasa dan punya banyak uang, tinggal di bagian bumi paling baik. Athelier namanya. Bangunan megah, air berlimpah, makanan layak, kehidupan tenang dan nyaman. Tidak ada hal yang kurang. Semua berkecukupan bahkan lebih.
Mereka yang pintar dan memiliki kemampuan tinggi, tinggal di bagian bumi layak. Paraghon namanya. Bekerja sama dengan penghuni Athelier, menghasilkan dan membangun fasilitas-fasilitas yang akan dinikmati oleh kaum Athelier juga nantinya. Semua hal disokong penuh hingga mereka tidak kekurangan.
Dan sisanya dipilih untuk diperkerjakan secara keji atau dibiarkan mati.
Pada mulanya aku lega karna termasuk dari seratus dua manusia yang dipilih untuk diperkerjakan. Tapi kelamaan, kemanusiaanku dipertanyakan, apalagi kewarasanku. Para pekerja seperti kami dituntut untuk tidak berekspresi dalam bentuk apa pun, tidak boleh tertawa, tidak boleh marah dan tidak boleh menangis tanpa izin dari mereka.
Tidak ada yang tahu kenapa.
Yang kami tahu hanya bagaimana cara bertahan hidup di bagian bumi yang hampir hancur ini. Gersang dan tidak bersahabat, jangan sebut laut, pohon saja jarang terlihat. Tanahnya memerah dan terkadang berasap saat malam hari, Avalon namanya.Orang-orang atas itu sering kali membuang limbah mereka, tidak peduli lalu tertawa, dan kami tidak diizinkan marah.
Pekerjaan yang kami lakukan pun tidak ada yang terasa normal, menjadi bahan uji coba adalah salah satunya. Seperti apa yang mereka lakukan padaku dan sebelas orang lainnya beberapa tahun lalu. Mereka melakukan uji coba tentang batas maksimal manusia mengalirkan air mata.
Selama hampir tiga puluh enam jam kami dipaksa untuk menangis, berbagai cara dilakukan. Mulai dari pengancaman hingga penyiksaan, ditusuk dengan jarum yang sudah dibakar sampai dipaksa agar mata tidak tertutup.
Semua mereka lakukan agar uji cobanya berhasil, aku terlalu ngeri untuk menjelaskan detailnya. Ingatan itu masih menjadi mimpi buruk bagiku sampai detik ini.
Tapi sekarang aku sudah bisa bernapas lega, sudah bertahun lamanya. Aku sekarang sudah baik-baik saja, sudah bisa aku tertawa, sudah bisa aku menangis bahkan marah. Namaku Abighail, satu-satunya penghuni Avalon yang berhasil menyusup masuk ke Athelier.