《■■■■■》
Abe tampak gundah sesampainya di kamar. Berulang kali ia memandangi jam dinding di kamarnya. Ada perasaan bersalah bercampur takut dalam dadanya. Ia masih tidak percaya bagaimana bisa Rowena yang beberapa saat yang lalu bersamanya kini telah dibunuh dengan keji.
“Ya ampun! Apa ini yang kudapat setelah berhasil tinggal di Athelier? Di mana semua perasaan tenang yang selama ini kuidamkan?” gumam Abe. Nyatanya pertanyaan yang sama selalu muncul dalam pikirannya, Memang sejak kecil dirinya selalu menjadi lelaki yang overthinking pada segala hal. Terlebih saat dirinya mengenal alkohol dan sejenisnya. Semakin pikiran-pikiran tersebut membebaninya, semakin banyak botol alkohol yang ia habiskan untuk menenangkan dirinya.
Tiba-tiba ia teringat akan perkataan Rowena.
“Apa aku memang membenci Klaus? Ah kurasa tidak. Mungkin aku seringkali berseteru dengannya. Bahkan tak jarang pula kami berkelahi hebat. Namun itu bukan berarti kami saling membenci, bukan?”
“Aku ... aku hanya ....”
***
Beberapa jam yang lalu di Pos Tiga Belas.“Klaus, apa kau tahu kalau orang-orang Avalon akan bekerja di sini?” tanya Abe memulai pembicaraan.
“Tentu dan itu terdengal konyol bagiku.” jawab Klaus sinis.
Baru-baru ini terdengar rumor tentang para penghuni Avalon yang akan dipekerjakan di Athelier. Bahkan rumor tersebut dikonfirmasi oleh para petinggi di Athelier lewat pengumuman di tiap kluster. Berita ini tidak terlepas dari pro dan kontra para penghuni Athelier yang lain.
“Apa maksudmu konyol? Ini kesempatan mereka untuk hidup layak! Lagipula manfaatnya akan kita rasakan juga!” jelas Abe.
“Itulah yang kusebut konyol tadi, Abighail. Sudah takdir dari orang-orang itu untuk hidup dan menderita di bagian bumi yang sudah hancur itu. Mereka tidak perlu repot-repot berusaha apalagi bersaing untuk mendapat tempat di sini. Tidakkah cukup bahwa tempat semegah Athelier memiliki pekerja-pekerja yang jauh lebih baik?”
Abe mencengkeram kerah baju Klaus, “Jaga ucapanmu, Klaus! Bagaimanapun mereka adalah manusia seperti kita! Kau tidak berhak−”
“Tunggu dulu, Abighail. Mengapa kau gusar? Apa perkataanku salah? Sampah akan selalu berada di tempat sampah dan tidak ada alasan bagimu untuk meletakkannya di atas ranjangmu!” Klaus berusaha melepas cengkeraman.
“KLAUS!” Abe telah siap untuk mengarahkan tinjunya ke wajah Klaus. Sebelum akhirnya...
“ ... atau mungkinkah kau bagian dari orang-orang itu?”