episode 6;

7 4 0
                                    


[mudita]

Aku tahu Abian itu sikapnya deksura, hampir sangat menyebalkan. Ia berlaku sangat baik bak malaikat kepada semua orang yang ia temui. Aku pikir, Abian selalu berpikir bahwa dirinya mempunyai kewajiban atas kebahagiaan semua orang.

Lihat saja sekarang, ia sedang tebar senyum manis-manis pada setiap penjuru kantin. Tidak, aku tidak marah, aku hanya kesal kenapa diriku bisa-bisanya mencemburui hal itu. Senyuman itu milik Abian, ia bisa menebarnya pada siapapun.

Dan aku tak rela, aku tak senang berbagi walau nyatanya aku tahu itu  bukan miliku.

Orang bilang, ada satu istilah dimana kita bisa mencintai diri kita sendiri setara dengan kita mencintai orang lain, disebut; mudita. Namun nyatanya kenapa sekarang aku jauh lebih mencintai Abian? Dan katanya kebanyakan orang selalu gagal.

Jika mereka mencintai dirinya sendiri, maka mereka seringnya mengjancurkan orang lain. Dan jika mereka terlalu mencintai orang lain, maka mereka akan menghancurkan diri sendiri.

Cinga itu kehancuran. Karna luka berada dalam satu deret yang sama pada definisi cinta itu sendiri.

Tapi kenapa seakan aku hanya  membutuhkan Pemuda itu untuk bernapas di sekelilingku lalu aku akan selalu baik-baik saja. Wangi pinus dan juga semerbak ketenangan laut adalah hal yang paling aku gilai dari Abian.

Semua, hampir semua tentangnya aku pelajari baik-baik. Hampir semua tentang Abian aku runtut dan ingat baik-baik agar aku tak akan pernah melupakan setitik pun tentangnya. Karna aku membutuhkannya, aku akan selalu membutuhkannya.

"Cie, seneng pasti ya dibilang ketua OSIS paling baik selama ini?" godaku mencoba untuk memperpanjang sebuah temu yang mugkin akan berujung semi.

"Iya, saya seneng banget. Tadi kamu denger, ya? Tumben merhatiin pas upacara?"

Aku mendengus, "aku juga pengen kali jadi orang baik."

Ia tertawa. Asataga, sumpah, tawanya yang terbaik di dunia. Bolehkah aku selalu mendengar itu untuk di sisa hidupku?

Aku menatapnya takjub, lalu teringat sesuatu.

Adalah orang yang hebat dikala kau bisa mencintai dirimu sebesar kau mencintai orang lain. Namun kebanyakan, orang-orang gagal dan hanya bisa mencintai salah satunya. Jika kau mencintai dirimu sendiri, maka seringnya kau menghancurkan orang lain, namun dikala kau mencintai orang lain kau sendiri yag akan hancur sehancur-hancurnya. Karna kata lain dari cinta adalah kehancuran jika kau benar-benar tak paham cara kerjanya.

Seperti yang sudah kuberitahu tadi, kan?

☘️

"Masih aja deket sama Abian?" Itu Katherin, si gadis yang selalu berbando seperti orang kanker.

Aku mengangkat alis, walau tahu dia adalah seorang kakak kelas. "Iya, temenan doang, emang kenapa?"

Dengusan bengis keluar dari mulutnya, cih, menyebalkan seperti setan.

"Jangan lagi dekat dengannya, dia nggak suka sama kamu, dia emang baik sama semua orang." Perintahnya dengan anggun, apa tak salah dengar?

"Ini hidupku, tentang semua itu bukan hak Kakak sama sekali, bye." Akupun melenggang pergi, yang pasti tinggalkan gundukan kesal di hati Katherin. Masa bodoh, memang kapan sih aku merasa peduli pada orang lain kecuali pada Abian?

Aku menubruk seseorang yang sialnya membawa buku lumayan banyak. Aku tahu aku bukan setan, maka aku membantunya dan bergumam maaf sekali pada pemuda itu.

"Gak sengaja." Sahutku malas.

"Iya, nggak papa. Makasih ya."

Akupun mengangguk malas. Aku ini sedang malas bicara, malas apapun, kalau bisa aku juga tak ingin bernapas. Ingin hilang dari pandangan manusia untuk sekali saja.

Namun mataku menangkap postur Abian, tengah tertawa dengan seorang gadis, teman dekatnya. Tidak, aku tak pernah punya sebuah hak untuk sekedar melarang Abian tebar pesona. Aku hanya sebuah penikmat tawanya yang kebetulan di olok-olok semesta.

Abian itu serupa mudita; ia selalu merasa kasihan pada semua orang dan selalu merasa bahwa bahagia orang lain adalah tanggung jawabnya.

☘️

[aurorakanza]

im afraid i will fall for you forever;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang