13. HANA MALU

663 209 58
                                    

“Kamu tak bergerak, tapi selalu sigap membuat ragaku semangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu tak bergerak, tapi selalu sigap membuat ragaku semangat. Kamu tak berulah, tapi giat membuat hatiku lelah.”

~Hana Anatasya

*****

13. HANA MALU

Hana masih memandangi Jun. “Gue suka sama lo, Jun.”

Jun berhenti merapikan rambut Hana dan kini wajahnya sangat tertawan. “Apa?”

Hana tersadar dan buru-buru menutup mulutnya dengan kedua tangan. Kenapa mulutnya ini tak bisa direm? Hana kelabakan dan malu bukan kepalang. Ia pun mencoba mengalihkan pemikiran Jun dari kata-kata yang spontan diucapkannya tadi. Sungguh Hana ingin diambil saja dari bumi ini, Tuhan.

“Ummm l-lupain kata-kata gue tadi! Pokoknya lupain! Ingat kita ini musuh. I—iya musuh! Ingat itu!” ujar Hana kemudian berlari entah kemana.

Jun hanya terkekeh melihat tingkah menggemaskan Hana. Gadis pendek itu bahkan masih bisa bercanda pada situasi mendebarkan tadi. Jun tak mengerti, tapi hatinya tak bisa berbohong kali ini. Ada sesuatu yang merasuki dan entah apa itu, yang jelas Jun sangat senang dan semangat kembali. Terbangkan saja diriku ke langit, Tuhan.

Hana mempercepat langkah untuk menghindari Jun K Geraldy. Ini semua gara-gara cowok itu! Kenapa juga dia pakai merapikan rambutnya? Dan mulutnya, kenapa lancang sekali berbicara di depan orang?

Hana tak henti-hentinya memukul mulutnya yang sudah sembarangan mengujar. Ia juga kembali mengacak rambutnya, semua ini salah David juga!

Hana masuk ke dalam salah satu bilik toilet perempuan dan duduk di kloset. Kemudian menutup wajahnya dengan tangan mungilnya.

“Hana lo bego sumpah! Lo berani banget ngomong kayak gitu!” gerutunya.

Padahal baru saja semalam ia mengatakan kepada sahabat-sahabatnya bahwa ia tidak menyukai Jun.

“T—tapi, kenapa hati gue malah lega setelah ngomong itu?” tanya Hana bingung. “Apa benar gue itu suka sama Jun?”

Hana kembali menggelengkan kepala untuk menghilangkan pemikiran itu. “Nggak, gue gak mungkin suka sama dia. Secara setiap kali ketemu pasti berantem dan ribut. Jadi mana mungkin gue suka?”

Ia melihat jam tangannya, jam sudah menunjukkan pukul enam lewat lima puluh lima. Masuk sekolah hanya tinggal lima menit lagi. Apa yang harus ia lakukan?

“Oke, Hana!” serunya.

“Lo gak boleh lebai. Hanya karena lo nyatain perasaan gak jelas itu, terus lo jadi pengecut gitu?” tanyanya lalu terkekeh kecil.

Setelahnya ia malah merengek. “Tapi itu bisa buat gue jadi munafik. Terus gue harus gimana dong?”

*****

ATMOSFER [TAMAT✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang