PROLOG

2.8K 505 141
                                    

Sehelai jepit berwarna hitam mencoba masuk ke dalam lubang kunci. Orang itu berusaha membuka sebuah loker. Loker dengan nomor delapan puluh enam itu terus dibongkarnya, meskipun banyak mata-mata menatapnya aneh.

Jika gagal ia mendengus. Jika tak bisa, ia berdecak sebal. Ah, sulit sekali! Padahal ia sudah datang pagi sekali untuk ini. Apa perlu menggunakan bor api? Suatu pendapat yang gila. Tapi jika punya alatnya, ia akan menekannya tepat di stiker kepala panda itu. Ia sampai terkekeh sendiri membayangkan pintu loker ini bolong dan hangus seperti sundel bolong. Jangan mengada-ngada, lanjutkan bongkar!

Nampak seseorang bersepatu putih berdiri di hadapannya.

"Ehem ... udah benerin kunci lokernya, Mas Jun?" tanyanya.

Jun menelan salivanya lalu menoleh kepada orang itu sampai salah tingkah. Bagaimana tidak? Dia adalah yang punya loker!

"Eh i-iya, Mbak. Udah kok, mbaknya tinggal buka dan kembaliin bola basket saya!" tuntut Jun K Geraldy.

Hana tertawa geli. "Maaf ya Mas, gantiin headphone saya dulu. Baru saya kembaliin bola basket Masnya."

Jun memasang wajah masamnya. Matanya terlihat lelah dan sendu, tingkahnya sangatlah panik.

"Oke! Oke! Gue bakal ganti headphone murahan lo itu. Tapi kembaliin dulu bola gue!" Jun merengek.

"Ck, lo pikir headphone gue dijual di pinggir jalan apa? Itu mahal tahu!"

"Gue gak peduli! Kembaliin sekarang!" Jun tetap kekeh mempertahankan keinginannya.

"Nggak mau! Gue mau kita kembaliin sama-sama."

Jun semakin kalut. Cowok itupun mengamati bibir mungil Hana yang merah muda dan sepertinya manis. Entah kenapa Jun sedikit tersentak dan meneguk salivanya kasar.

"Kalau lo gak mau kembaliin bola gue.” Jun menggumam. “Siap-siap—”

Jun tersekat dengan masih mengamati bibir Hana.

"S-SIAP-SIAP APA? JUN LO JANGAN MACAM-MACAM, YA!" pekik Hana gugup dan takut.

Jun refleks menutup mulut Hana. "Mph ... mph ..."

Jun tersenyum kikuk ketika melihat situasi sekitar. Orang-orang menatap keduanya curiga sebab tadi Hana berceletuk ria dan berpikiran negatif.

"Kenapa harus teriak, sih?" bisik Jun.

Lepasin dulu!

Hana tak kuasa lagi, ia tak bisa bernafas! Gadis mungil itupun mengigit tangan Jun sampai siempunya merintih kesakitan.

"Aw, aaa~h." Seraya mengibas-ngibaskan tangannya. Dasar kanibal!

"Lo gila, ya? Sakit tahu!"

"Lo yang brengsek!" Hana naik darah dan meninggalkan Jun begitu saja.

Jun memandangi punggung Hana yang semakin menjauh. Ia semakin kacau ketika dibayang-bayangi keributan yang akan terjadi bertahun-tahun nanti.

Cowok itu mengacak rambutnya frustasi. "Arrggh!"

*****

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ATMOSFER [TAMAT✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang