7. BUKAN LEMAH

866 280 51
                                    

"Aku tidak lemah karena sedang berpura-pura menjadi kuat di depanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak lemah karena sedang berpura-pura menjadi kuat di depanmu."

~Jun K Geraldy

*****

7. BUKAN LEMAH

Pagi yang cerah, langit yang biru, dan mentari yang bersinar

"Petir, petir! Aaaa," teriak Ivan sang phobia petir.

Ia berteriak sambil berlari keluar kelas, mungkin sampai halte bus.

"Ivannn!" jerit seorang siswi dari dalam kelas X IPA lima.

Semua menatap aneh pada Ivan, termasuk Figer yang kala itu kurang satu personilnya yaitu Jun K Geraldy. Pasalnya Ivan berlari dan melewati mereka berempat. Lian dan Kailan terkekeh keras, sedangkan Bintang dan Tarrel hanya menatap pelik Ivan. Kenapa dia berteriak petir? Sedangkan pagi itu, 'kan cerah benderang, mana ada petir!

"Konyol banget tuh anak. Dimana ada petir coba?" ujar Kailan sembari tertawa.

"Penyakit itu sih, haha." Lian menimpali.

Bintang menggelengkan kepalanya. Mereka sampai di kelas, ketika tepat di ambang pintu, hal yang disebut petir itu memang nyata. Terlihat semua siswa berkumpul di sudut ruangan dengan ekspresi yang takut. Itu petirnya! Nampak dua siswi sedang memarahi dan melabrak siswa tak berdaya. Satu siswi membawa penggaris, sedang yang satunya siap menghabisi siapapun yang tak mematuhi kewajiban.

Keysa mencengkram kerah almamater lelaki itu tanpa ampun. Di sudut satunya juga terdapat Crystal yang tengah melihat aksi petir itu.

"Bayar atau gue buat nasib lo pagi ini sama kayak Ivan?!" desak Keysa.

"Udah Key hajar aja! Siapa suruh gak mau bayar?" Dukung Crystal pada bodyguard Hana.

"Eh jangan-jangan. I-iya gue bayar." Yudha pasrah.

Yudha pun memberikan uangnya pada Keysa. Hana mencatat itu. "Nah, itu baru murid teladan."

Hana yang kala itu memegang penggaris, mencoba berkomunikasi dengan korban selanjutnya. Ia menoleh pada segerombolan anak laki-laki yang ada di sudut ruangan.

"Penggaris ini ... kok berat banget ya Key?" tanya Hana. Keysa menganggukkan kepalanya mantap.

Ke empat cowok di ambang pintu itupun meneguk salivanya.

"Kayaknya enak nih kalau penggaris ini kena kepala mereka," kata Hana sembari menepuk-nepukkan penggaris ringan itu ke telapak tangannya.

Crystal tertawa puas karena ini seru. Ia suka melihat aksi Hana dan Keysa yang mengerjai seluruh murid laki-laki ngeyel yang tidak ingin membayar, alasannya hanya karena terlalu mahal. Katanya sekolah ini fasilitas serba ada, lantas kenapa harus membayar uang kas? Ada juga yang berpikir seperti itu.

ATMOSFER [TAMAT✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang