Sebelumnya Jimin tidak pernah bangun sepagi ini karena hampir setiap malam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Pagi ini anehnya ia terbangun saat jarum jam menunjuk angka lima seolah ada yang sesuatu yang mengharuskannya untuk bangun pagi-pagi sekali, biasanya paling cepat ia bangun jam tujuh.
matanya mengerjap menyesuaikan cahaya yang menerpa retinanya, masih mengumpulkan sisa kesadaran sampai maniknya menangkap sesosok di hadapannya yang masih tertidur pulas. Ingatannya kembali pada kejadian semalam di mana gadis yang saat ini tidur di atas ranjang yang sama dengannya meminta dirinya untuk tetap tinggal. Alhasil Jimin mau tak mau menemani Danhee sampai tertidur dengan membiarkan lampu kamar tetap menyala atas permintaan si pemilik kamar. Ketika mengira Danhee sudah tertidur dirinya hendak kembali ke ruang utama, namun tangannya di cekal begitu menoleh Jimin melihat Danhee yang menatapnya sedih seolah mengatakan tidak ingin di tinggalkan melalui tatapannya.
Jimin jadi tidak tega melihatnya, karena itu pagi ini ia terbangun di ranjang yang sama dengan Danhee dengan posisi saling berhadapan yang membuatnya dapat melihat wajah Danhee ketika terlelap, damai dan tenang tak seperti semalam. Mendadak Jimin jadi bertanya-tanya mengenai kejadian semalam saat pemadaman, kenapa Danhee sampai bereaksi seperti itu?
Jimin cukup dibuat penasaran dan akan menanyakannya nanti saat Danhee sudah terbangun. Sekarang yang harus ia lakukan adalah bangun dan mencari ponselnya untuk melihat apakah ada seseorang yang menghubunginya dan benar saja ketika ia mengecek ponselnya ada tiga panggilan masuk tak terjawab dari sekretarisnya.
Kalau sudah sekretarisnya menghubunginya itu berarti ada sesuatu penting yang ingin di sampaikan kepadanya, maka dari itu Jimin langsung menghubungi sekretarisnya kembali dan tak perlu menunggu lama panggilannya di jawab.
"Ada apa sekretaris Wang?"
"..."
"Hari ini?"
"..."
"Lalu apa jadwalku besok?"
"..."
"Baiklah kalau begitu, nanti aku ke kantor."
Menjauhkan ponsel dari telinganya setelah memutuskan sambungan, kemudian ia membuka internet melihat masakan yang mudah dan cepat di sajikan. Ya, ia akan membuat sarapan untuk dirinya dan Danhee sebagai tanda terima kasih karena telah mengizinkannya untuk menginap semalam.
Setelah memutuskan untuk memasak apa, Jimin berjalan ke dapur untuk mengecek bahan-bahan di kulkas Danhee dan semua yang ia butuhkan tersedia di dalam kulkas jadi ia sudah bisa mulai memasak dengan bahan yang ada. Pertama ia menyiapkan sebuah bahan di atas meja dari satu bawang bombai, lima cabai merah, tiga daun bawang, dua telur dan terakhir nasi dengan ukuran dua porsi. Sarapan pagi ini ia akan membuat nasi goreng dengan telur gulung dengan harapan Danhee akan menyukainya.
Jimin tinggal terpisah dengan Ayahnya setelah memimpin perusahaan menggantikan kependudukan sang Ayah, setelah setahun bekerja sebagai pemimpin perusahaan Jimin menggunakan tabungannya untuk membeli apartemen di kawasan elit yang harganya tidak perlu di pertanyakan yang pasti sejak saat itu ia mulai belajar mandiri dengan melakukan semua hal sendirian dari mulai memasak sampai ia sudah tidak lagi bisa mengurus semua sendirian karena terlalu sibuk dengan urusan kantor sehingga ia memutuskan untuk mempekerjakan seorang maid yang merupakan wanita paruh baya di apartemen miliknya.
Karena pernah hidup mandiri Jimin jadi punya pengalaman memasak, karena itu ia tidak kesulitan menyiapkan sarapan pagi ini. Semua berjalan sesuai harapan, nasi goreng yang ia buat rasanya cukup enak di lidahnya, telur gulung yang ia masak juga pas di lidahnya. Sekarang hanya tinggal menunggu Danhee bangun.
"Ssaem?"
Panggilan barusan mengalihkan tatapan Jimin dari ponselnya, kini tidak jauh di depannya sudah ada Danhee yang berdiri sedang menatapnya. "Oh, kau sudah bangun?" dengan sigap Jimin berdiri dari kursi yang ia duduki. "Kemarilah dan duduk di sini, aku sudah membuat sarapan untuk kita." di tariknya kursi di sebelahnya mengintrupsi Danhee untuk duduk di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Secret of The Past (Hiatus)
Fiksi PenggemarBerpusat dari tragedi masalalu yang belum terselesaikan membuat Park Jimin berambisi untuk mengungkap pelaku yang menewaskan Ayahnya dalam kecelakaan dan Ibunya yang harus terabring di rumah sakit bertahun-tahun lamanya. Sampai suatu hari Jimin ber...