6th🚲 | Feel So Hot

66 6 0
                                    

Sebelum baca, alangkah lebih afdal kalo kalian klik ☆ yang ada di bagian pojok kiri bawah supaya berubah jadi ★

Biar penuh, enggak kosong kayak hati(mu)
•‿•


Terima kasih

🚲🚲🚲

TIBA waktu istirahat, Dara dan Aletta memutuskan segera pergi ke kantin. Selain untuk makan, juga untuk berkumpul dengan teman-teman lain dari jurusan IPA. Ada Data, Fiona, dan Zacky.

"Eh, Dar. Lo ... duluan aja, deh, ke kantinnya. Gue kebelet, nih," ujar Aletta sambil merapatkan kedua kaki.

Dara yang melihat gelagat Aletta tersebut mengembuskan napas pelan dan geleng-geleng. "Ya udah, sana. Jangan sampe lo ngompol di kelas. Malu, udah gede."

"Iya, enggak bakal ngompol gue." Aletta langsung berlari cepat keluar kelas.

Begitu Aletta menghilang dari pandang, Dara beranjak menuju kantin. Saat berjalan di koridor kelas, langkahnya berangsur memelan karena obrolan dari arah belakang.

"Eh, lenjeh. Mau ke mana lo? Kok, jalannya nunduk gitu?"

"Takut bulu mata palsunya jatuh kali."

"Lah, dia pake bulu mata palsu? Kayak cewek, dong."

"Eh, lo cewek atau cowok, sih, sebenernya?"

Dara tidak tahan lagi. Ia dapat menduga apa yang terjadi di belakang sana. Ia segera berbalik badan. "Udah gue duga," gumamnya. Ia menemukan Fandi yang tengah berhadapan dengan teman-teman kelasnya, salah satu yang paling mencolok adalah siswa laki-laki berambut agak gondrong. Namanya Hugo, pentolan di kelas 12 IPS 2. Laki-laki itu menjadi pentolan kelas bukan karena cerdas atau berprestasi, melainkan karena sifatnya yang "sok". Kalau Dara ibaratkan, Hugo adalah versi laki-laki dari Vey.

"G-gue cowok, kok, Hugo." Fandi menjawab dengan gugup. Ia menunduk, menghindari tatapan Hugo.

"Wah, lo berani nyebut nama gue? Dih, sok kenal lo!" sewot Hugo. "Gue tanya sekali lagi, lo cewek atau cowok?"

"Cowok."

"Kok, lenjeh?" Setelah mengejek, Hugo tertawa puas bersama teman-temannya. Bukan hal asing lagi jika Hugo bertingkah seperti itu.

"Bener-bener harus dikasih pelajaran, tuh, cowok," gumam Dara. Gadis berambut panjang tergerai itu lantas berjalan, menghampiri Fandi dan Hugo. "Eh, Hugo! Lo jangan kurang ajar gitu, dong, sama Fandi!"

Hugo menoleh ke sumber suara. Laki-laki yang semula duduk di bangku itu segera berdiri dan menyisir rambut menggunakan tangan. Ia tersenyum penuh arti pada Dara. "Eh, Dara. Kenapa ke sini? Kangen, ya, sama gue?" godanya sambil menaikturunkan alis.

Dara memasang ekspresi jijik. "Ih, cuma orang gila aja kali yang mau kangen sama lo!"

Kawan-kawan Hugo tertawa begitu mendengar perkataan Dara. Hugo langsung menatap tajam rekan-rekannya itu. Berani sekali mereka menertawakan dirinya.

"Lagian, gue ke sini, tuh, mau marahin lo," kata Dara sambil melipat kedua tangan di depan dada. "Lo jadi orang jangan suka semena-mena, deh, apalagi sama Fandi. Pake nanya-nanya enggak mutu, dia cowok atau cewek. Mata Lo masih sehat, 'kan? Masa bedain cewek sama cowok aja enggak bisa. Perlu dibuka mata batinnya, ha?"

Hugo diam dengan raut merengut.

"Lo juga enggak usah ngejek-ngejek kepribadian orang. Emang Fandi begini adanya, kenapa lo cari masalah, ha? Kurang kerjaan, ya?" Dara terus saja menyudutkan Hugo. Jika sudah menyangkut perundungan, Dara memang tidak akan tinggal diam. Ia tidak menyukai ada orang yang bersikap sok paling berkuasa. "Makanya, wajar kalo gue enggak pernah ada respect sedikit pun sama lo dari dulu," ujarnya.

From FRIEND To LOVE (New Version) | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang