4th🚲 | My Plus Point

75 9 0
                                    

Ya ampun, lama banget enggak ngejamah FFTL😐
Maaf, ya, kalo misal ada yang nungguin
Lagian, siapa suruh nunggu😌
Eh, enggak, enggak
Bercanda🙈

Nah, sebelum baca, alangkah lebih afdal kalo kalian klik ☆ yang ada di bagian pojok kiri bawah supaya berubah jadi ★
Eum ..., biar bagus aja, hehe

Terima kasih😊

🚲🚲🚲

JAM di dinding kamar Dara sudah menunjukkan pukul 06:30. Akan tetapi, empunya kamar sama sekali belum beranjak dari kasur empuk dambaan mayoritas manusia di bumi. Entahlah, rasa malas menguasai gadis yang telungkup di balik selimut tebal dengan kepala menyadar bantal. Raut mukanya jangan ditanya lagi. 5L. Lemah, letih, lesu, loyo, letoi.

Treng! Treng!

Dara berdecak pelan sebelum akhirnya membuka mata dengan terpaksa. Ia melirik ke arah sumber suara. 'Kaleng ajaib' yang bertengger di kisi jendela bergerak-gerak dan mengeluarkan bunyi gaduh. Dahi Dara berkerut samar memandang 'kaleng ajaib' tersebut. "Tumben, dia duluan yang hubungin gue," gumamnya.

'Kaleng ajaib', istilah yang Dara gunakan untuk menyebut mainan tradisional semasa kecilnya dan juga Data, yaitu telepon kaleng---dua kaleng yang tiap ujungnya dihubungkan menggunakan tali, dimainkan seperti sedang bertelepon, tetapi tali harus dalam keadaan regang. Mainan tersebut merupakan awal dari perjumpaan sekaligus persahabatan Dara dan Data.

Sewaktu kecil, setelah jajan di warung, Dara pulang ke rumah sendirian dengan berjalan kaki sambil mengulum permen. Sesekali, ia juga bermonolog, memuji rasa manis dari permen yang dibelinya.

Langkah Dara mendadak terhenti saat tak sengaja melihat kaleng tergeletak di jalan beraspal. Selayaknya anak kecil yang mudah penasaran akan hal baru, Dara pun mendekati kaleng tersebut dan memungutnya. "Eh, kok, ada talinya?" Gadis kecil itu terheran karena kaleng tersebut tersambung dengan tali putih. Suara herannya tidak terdengar jelas karena masih mengulum permen. "Lah, ada dua kaleng ternyata," katanya ketika menemukan kaleng lagi di jalan.

"Balikin!"

Dara kecil menoleh ke sumber suara cempreng dari arah depan. Perhatiannya terpusat pada bocah laki-laki yang entah muncul dari mana. Dara menebak, bocah itu sepertinya sepantaran dengannya.

Bocah laki-laki itu mengambil satu kaleng yang tergeletak di jalan, lalu berjalan mendekati Dara. Tangan kanannya terjulur dan meminta, "Balikin!"

Alih-alih menyerahkan kaleng bertali yang ditemukannya, Dara malah menyembunyikan benda tersebut ke belakang tubuh. Tangan yang satu mengambil permen dari mulut. "Emang kalengnya punya kamu?" tanyanya polos.

"Iya. Cepet balikin!"

Dara masih tidak mau menyerahkan kaleng yang 'katanya' milik si bocah laki-laki. "Emang ini kaleng apa?"

"Itu bukan kaleng biasa. Itu mainanku," jawab bocah laki-laki.

Mendengar kata 'mainan', mata Dara langsung berbinar. Wajar, namanya juga anak kecil. Main adalah hobi. Ah, kebutuhan lebih tepatnya.

"Mainan?" seru Dara antusias. Gadis kecil itu akhirnya menyerahkan satu kaleng yang disembunyikannya. "Aku mau main juga! Ajarin, ya!"

Bocah laki-laki terdiam beberapa saat dengan raut datar. Bisa ditebak jika ia enggan meladeni permintaan gadis kecil di hadapan yang tak ia kenal. Namun, demi mendapatkan kembali mainannya, ia pun mengiyakan saja. Bocah itu berjalan mundur cukup jauh dengan satu kaleng di tangan kanan.

From FRIEND To LOVE (New Version) | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang