❛ં⸼ ᝢ 𝘔𝘦𝘭𝘭𝘪𝘧𝘭𝘶𝘰𝘶𝘴| I. Toge

9.9K 1.4K 387
                                    

Mellifluous

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mellifluous

Request by : CindyAtika2515

Pair : Inumaki Toge x Reader

Warning : OOC, typo, alur tidak sesuai anime/manganya

Jujutsu Kaisen © Gege Akutami

Plot by Lemonara

.

.

.

Mellifluous

(n.) of a voice or words, sweet or musical; pleasant to hear.

.

.

.

Nyayian sang dewi begitu memukau hati. Bahkan burung dan penghuni hutan lain pun kini menemani. Musai sang lambang seni pun mengakui. Sang penonton yang mengawasi dari kejauhan menikmati. Layaknya panggung orkestra, si gadis memimpin yang lain untuk menunjukkan penampilan sempurna.

Dari kejauhan, di atas dahan pohon, lelaki dengan kerah tinggi yang menutupi mulut itu memejamkan matanya guna menikmani lantunan lagu. Sungguh hari yang indah dengan nyanyian dewi sebagai pembuka hari.

Senandung tak lagi terdengar, langkah kaki menggantikan.

"Ano, maaf? Kau yang ada di atas sana. Nanti jatuh loh,"

Lelaki itu membuka mata. Tak ada niat turun, ia hanya melirik melirik lewat ekor mata.

"Sawi,"

"Maaf?"

"Tuna mayo,"

"..."

Gadis itu terdiam dengan wajah bingung.

"Dia tersesat kah? Tapi sepertinya tidak," batinnya berkata.

Mencoba mengabaikan ucapan aneh laki-laki itu, si gadis kembali tersenyum.

"Hei, apa kau lapar?"

"..."

"Ayo turun,"

Lelaki itu meloncat tanpa berkata.

***

Ketika angin menyapa, helai menyambut dengan tarian. Begitu lembut angin membelai wajah. Senyum manis dan nyanyian pun sudah tak asing bagi mereka yang di sana.

Menghela napas, senandung kecil ia lanjutkan. Menoleh ketika merasa diperhatikan, dirinya memasang wajah bingung.

"Doushita, Inumaki-san?"

Toge menggeleng.

"Sawi,"

"..."

Mengabaikan jawaban aneh orang di sebelah, sang pemilik suara dewi kembali menyanyi. Sungguh merdu nyanyiannya. Kicauan burung dan gemerisik daun kini ikut bersenandung mengikuti irama.

Memperhatikan wajah di sampingnya, Toge merasa ada yang aneh. Mungkin sebab untuk pertama kalinya, ia merasakan sesutu yag asing. Perasaan hangat, nyaman dan senang ketika di dekatnya.

Juga, saat itu Toge merasakannya. Keinginan untuk melindungi sang gadis. Nyanyian, senyuman, dan semua tentangnya.

Toge ... ingin melindunginya.

***

Tubuh sang penyanyi terbelah dua. Cairan merah pekat berbau besi yang menusuk indra penciuman, kini menjadi hiasan di segala arah dalam hutan. Jeritan para penghuni hutan terdengar. Sebab kutukan, kini pembunuhan merajalela.

Lelaki itu berlari tanpa henti. Netra coklatnya terus mencari. Tubuhnya membeku ketika sepasang netra menemukan yang dicari.

Namun dengan keadaan yang tak lagi sama.

Berlari, cipratan dari kubangan darah yang diinjak dihiraukan. Kedua tangan itu kini memeluk tubuh yang tak lagi utuh.

"A-ah ... Toge-san ternyata ... l-lari lah ... "

Toge menggeleng. Bukan takut atau apa, tapi sebab ia sudah lebih dulu mengalahkan akar dan dalang dari semua ini. Demi dewa, Toge merasa gagal. Ia merasa telah gagal melaksanakan janjinya sendiri. Gagal melindungi orang yang dicintainya.

"T-tuna ... "

Si gadis terkekeh kecil—yang membuatnya kembali memuntahkan darah.

"Dasar ... Toge-san ini ... disaat begini ... kau masih saja ... "

Toge menggeleng kencang. Sungguh, ia tak ingin sang dewi pergi terlebih dahulu.

Tangan pucat yang dilumuri darah kini terangkat. Menyusup ke dalam kerah, tangannya kini mengusap lembut permukaan kulit.

"Toge-san ... tetaplah hidup ... dan juga ... "

Dengan begitu perlahan dan lembut, tangannya menarik perlahan wajah Toge. Menghapus jarak, ruang diantara keduanya terkikis. Perlahan tapi pasti, bibir pucat berhiaskan cairan merah itu menyatu dengan bibir sang pemuda.

Tak lagi hangat.

Tak lagi manis.

Hanya terasa cairan amis. Menjauhkan bibir, sang pemilik suara dewi berucap lirih.

"Aku mencintaimu,"

Tak tahu harus mengatakan apa, air yang mengalir telah menjawab. Memejamkan mata, ia kembali mendekatkan wajah. Ketika kening bersatu, tetesan air terjatuh.

"Jangan pergi ... "

Ketika doa terucap dari mulut, dan segalanya telah diucapkan dengan tulus dari hati, tapi semua telah terjadi.

Dia ... sudah pergi, dan tak akan kembali.

***

571 words

15 November 2020

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐄! jujutsu kaisenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang